Jumat, 30 November 2012

Berbaik Sangka Berbagi Manfaat

Berangkat pagi petang, meski terpincang-pincang namun hati ini begitu senang karena bisa kembali tiba di Semarang. Perjalanan inspirasi dan berbagi guyu kali ini terasa begitu berbeda, karena memang keberangkatan saya lebih didasari karena keinginan berbagi energi positif di tempat saya menimba ilmu. Sejujurnya saya sempat ragu apakah saya mampu tiba di semarang dikarenakan akomodasi yang ala kadarnya: serba ekonomi. Karena memang institusi tempat saya bernaung kali ini, bukanlah merupakan institusi yang semata mengumpulkan uang, tapi lebih berfokus pada pengabdian kepada remaja dengan memberikan pendidikan terbaik demi masa depan.

Pertama kali dikabari bahwa saya akan naik kereta api ekonomi bayangan buruk sudah terbentang dalam alam bawah sadar: panas, sumpek, sesak, melelahkan, bercampur bau toilet nan semerbak menyengat. Ditambah lagi saya harus naik dari stasiun pasar senen, tempat yang identik dengan rawan kejahatan dan kumuh pelayanan. Plus, karena keterbatasan fasilitas, saya dan tim dikabarkan harus menginap di ruang kelas. Luar biasa menguji kebulatan tekad untuk tulus berbagi.

Haduh! Tapi bismillah, saya dan tim tetap berangkat karena niatan untuk berbagi manfaat. Dalam perjalanan saya berdoa kepada Tuhan "Ya Rahman Ya Fattah, Semoga Engkau berkenan memudahkan niatan kami dengan kepantasan dalam kadar yang telah Engkau tentukan".

Dan apa yang terjadi? Saya mendapati stasiun pasar senen sudah cukup lebih baik dan aman. Kereta api ekonomi yang saya khawatirkan ternyata jauh berbeda dari bayangan mengerikan. Gerbong kereta begitu bersih, terdapat air conditioner yang membuat perjalanan nyaman, bahkan toilet yang paling saya khawatirkan, ternyata bersih dan baik terawat. Belum pernah toh merasakan sensasi buang air besar diiringi dingin udara air conditioner dari atas, dan hangat udara dari bawah.....hehehe hanya bisa anda rasakan bila naik kereta api. Harus dicoba loh..

Lebih menakjubkan lagi, ternyata sampai di semarang kami dijamu dengan sangat istimewa. Disiapkan kendaran jemputan pribadi, diantar menyantap sop ayam Pak Min yang bergizi lan uenak tenan, plus ternyata kami sudah disiapkan kamar khusus untuk beristirahat, milik klien yang sungguh ramah dan bersahabat.

Alhamdulillah, semesta mendukung. Ternyata memang benar tiap niat baik akan mendapat dukungan yang layak dan laik dari Tuhan. So, sahabat bagi siapapun dari kita yang berniat berbagi manfaat, mantapkan niat dan jangan ragukan campur tangan Tuhan terhadap bentuk kesejahteraan yang akan kita dapat.

Mari berbaik sangka dalam berbagi manfaat. Mari Hidup berbagi, Berbagi hidup

-aeplopyu [I Love U]-

--------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Kamis, 29 November 2012

Kedewasaan Memaafkan

Bercerita dan berbagai guyu untuk anak-anak akan selalu menjadi prioritas utama pelampiasan hobi inspirasi saya. Meskipun jarang mendapatkan imbal kesejahteraan yang sepadan dengan effort yang saya keluarkan, namun luar biasa hati ini begitu terpuaskan, karena mampu menikmati celoteh, kenakalan, dan tawa anthusiasme kala saya hadir untuk mereka.

Jangan salah, anak-anak adalah guru kehidupan terbaik kita lho. Sebagaimana yang saya dapati hari ini, ketika berbagi inspirasi di salah satu institusi pendidikan swasta di sekitaran kota Tangerang. Hari ini saya menginspirasi beberapa anak dengan kisaran usia antara sembilan hingga sepuluh tahun, fokus inspirasi saya adalah bagaimana mempersiapkan mereka menjadi remaja terbaik, seorang remaja yang memiliki nilai hidup PrestasiSempurna.

Salah satu materi yang saya sisipkan dalam pelatihan tersebut adalah bagaimana mereka harusnya berinteraksi dengan sesama, menghargai teman, dan menghindari praktek pelecehan anak atau yang kita kenal sebagai bullying. Salah satu tindak perilaku bullying yang marak dilakukan dikalangan anak seusia mereka adalah "stateran". Dimana pelaku akan menempelkan kaki di kemaluan temannya dan bergerak seraya sedang menekan gas kendaraan bermotor. Tindakan "stateran" amatlah bahaya karena selain akan melukai harga diri, hal tersebut juga mampu membuat trauma pada sistem reproduksi si korban.

Nah, menariknya ketika saya memaparkan terkait materi bullying "stateran" tiba-tiba seorang anak menangis  terisak sesenggukkan, sebut saja namanya Dewa (bukan nama sebenarnya). Saya berpikir ia menangis sampai sedemikian rupa dikarenakan karena dirinya merupakan korban bullying "stateran". Tapi teryata saya salah, Dewa menangis karena merasa menyesal selama ini dirinya merupakan pelaku bullying "stateran". Dia menyadari selama ini telah menjadi penjahat dan berdosa kepada teman-temanya.

"Teman-teman maafkan saya yah karena telah jahat sama kalian semua" pinta Dewa kepada teman-temannya. Namun ketika ada seorang peserta tidak memaafkannya Dewa menjadi sangat sedih dan menangis. Dewa begitu sedih karena ternyata apa yang dilakukannya menimbulkan dendam dan membuat teman tidak menyukainya. Namun berkat kegigihannya meminta maaf disertai air mata penyesalan yang berbeda jauh dengan air mata buaya, Dewa pun kembali tersenyum bahagia karena lepas dari beban kebersalahan dan mendapat maaf dari temannya tadi.

Meskipun masih anak-anak, apa yang dilakukan Dewa menunjukkan kedewasaan dalam meminta maaf. Kedewasaan meminta maaf itu dimulai dengan bersungguh-sungguh menyadari kesalahan, mengakuinya, tak malu ataupun gengsi untuk meminta maaf, kemudian segera melakukan langkah perbaikan nyata sebagai kompensasi atas kesalahan masa lalu yang pernah dilakukan.

Apa yang dilakukan Dewa semoga menjadi tamparan ilmu kehidupan bagi kita yang pernah melakukan kesalahan tapi gengsi untuk meminta maaf. Atau bahkan kita harus belajar kepada temannya Dewa yang meski diawal sulit memaafkan, namun karena menghargai kesungguhan upaya akhirnya bersedia memaafkan dan membuka lembar baru persaudaraan. Jika Dewa yang anak-anak mampu menunjukkan kedewasaan, masa kita yang Dewasa malah terus-terusan menjadi kekanak-kanakan.

- aeplopyu dan maap-maapan yuk-
-----------------------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Rabu, 28 November 2012

Hargai Makananmu, Hargai Orang Lain

Saya selalu tersenyum miris jika melihat seorang yang mendedikasikan diri untuk mendidik dan membantu orang lain mendapat kehidupan terbaiknya, ternyata masih berlaku harus dipentingkan. Hal paling sederhana yang seringkali masih saya dapati mindset "GUE" harus dipentingkan, adalah ketika saya bersama tim dalam sebuah pelatihan menjalani rutinitas makan di waktu siang (sengaja saya tulis demikian karena nanti jika saya tulis makan siang ada yang protes: siang kok dimakan...hehehe).

Biasanya dalam sebuah acara pelatihan sederhana dan ala kadarnya, kami akan mendapat jatah makan di waktu siang dalam sebuah boks kardus. Saya paling jengkel jika seorang fasilitator yang mengambil boks kardus, membukanya untuk melihat apakah lauk kesukaan yang terdapat didalam boks sesuai selera atau tidak. Jika tidak dia akan mengembalikannya, mencari boks lain dan begitu seterusnya sampai seleranya terpenuhi.

Mengapa saya jengkel, karena seringkali fasilitator tersebut dengan seenak congornya beralasan dan mengabaikan keluhan teman setim demi egoisme bernama kepuasan. "Ikh kok milih-milih gitu sih? orang lain jadi seperti dapat sisaan. Gak sopan" setidaknya itu tamparan kepekaan sosial yang sering dikumandangkan kepada oknum yang kurang peka sosial atau dalam bahasa jawa disebut sebagai pekok.

Bagi saya memalukan, jika ada orang yang mendedikasikan diri dan membantu orang lain meningkatkan harga diri dan respon sosial, teryata ilmu yang diajarkan tidak teraplikasikan dalam keseharian yang ia jalani. Mulailah dari hal kecil dan sederhana seperti menghargai makanan. Menjadi pick eater karena alasan kesehatan atau alergi memang diperbolehkan. Tapi bila menjadi pick eater karena merasa harus dipentingkan, please deh malu sama apa yang diucapkan, mending ngungsi sana ke hutan.

Percaya deh, orang yang merasa "GUE" harus selalu dipentingkan, maka pasti kepuasan yang ia nikmati tidak akan bertahan lama. Karena ia memperoleh kepuasan dengan mengesampingkan kebutuhan orang lain yang mungkin teraniaya dengan caranya mendapat kepuasan tersebut.

Ingat! Hal-hal kecil merupakan bagian penting dan penguat dari hal yang besar. Seperti pasir yang mengokohkan bangunan. Kepuasan yang kita raih akan terasa kopong dan rentan, jika kita memperolehnya dengan cara ketidakpedulian.

Rasulullah saw bahkan mengajarkan ambillah makanan yang tersaji berada paling dekat denganmu, karena itu merupakan bentuk kebersyukuran jua menghargai perasaan orang yang ada disekitarmu. So, mari menghargai orang lain, dengan menghargai makanan.

-aeplopyu [I Love U]-

-------------------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Selasa, 27 November 2012

Inspirasi Dari Kaki

Pulang dari pelatihan yang diadakan di Bogor semalam, saya merasakan ada nyeri di sekitar kaki kanan. Oleh karena alasan tersebut saya sengaja tidak mengikuti sesi ramah tamah, lalu langsung melaju kendaraan menuju dokter untuk mendapatkan pemeriksaan. Sayapun mendapat diagnosa yang mengejutkan, ternyata luka yang saya sepelekan selama lima bulan mengalami infeksi, menjalar dan membesar.

Lima bulan lalu, kaki saya pernah tertusuk paku ketika senam pagi tanpa alas kaki. Saat itu saya menganggap kecil luka dan mengobati ala kadar dengan obat merah. Luka pun sebenarnya sudah menutup, tapi karena keseharian saya banyak menggunakan pergerakan kaki, akhirnya luka tersebut terbuka kembali. Saya pun terus melanjutkan melampiaskan hobi menginspirasi tanpa mengindahkan luka yang terdapat di kaki. Terus menerus mendapat tekanan dari berat tubuh, ditambah sering pulang malam dan kehujanan, membuat luka tersebut akhirnya menjalar dan membesar. Menurut dokter ini pula yang menyebabkan mengapa akhir-akhir ini daya tahan tubuh saya melemah.

Khawatir akan menjalar ke seluruh kaki, maka dokter menyarankan untuk segera menjalani operasi bedah, mengangkat jaringan yang rusak untuk kemudian menutupnya. Saat bersedia di operasi dengan sebuah pertimbangan, bahwa Insyaallah mulai hari rabu hingga seminggu kedepan, saya memiliki janji roadshow ketiga kota. Saya pun meminta kepadanya agar paska operasi saya tetap harus bisa memenuhi janji menginspirasi tersebut. Dokterpun menyanggupi tapi tentu dengan biaya yang tergolong tidak murah...hehehehe...

Pagi tadi saya akhirnya sukses menjalani operasi bedah dan diperlihatkan besarnya jaringan yang rusak. Apa yang saya alami dua hari ini semoga bisa menjadi sharing inspirasi. Senikmat apapun dalam mencintai profesi agar jangan menyepelekan kondisi diri. Tubuh dan kesehatan adalah aset berharga, jika ia rapuh dan rentan bagaimana bisa optimal dalam menikmati profesi yang kita cinta. 

Mintalah pertimbangan pada ahlinya, kapan tubuh tetap bisa digunakan menjalani kecintaan, dan kapan tubuh harus istirahat agar kelak bisa memberikan keluasan manfaat.

-aeplopyu [I Love U]-
----------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Senin, 26 November 2012

Hargai Ayam, Hargai Hidup

Hari ini bersama para trainer dari perusahaan peternak ayam terkemuka di Indonesia saya mendapat sebuah pelajaran berharga. Masyaallah, ternyata beternak ayam itu tidaklah mudah. Bukan hanya sekedar sabar dan telaten mengurusi, bahkan kita dituntut untuk persisten dengan kebahagiaan sang ayam. Betapa tidak persisten, ternyata seorang peternak ayam harus mengerti jenis-jenis suara ayam yang akan menentukan perlakuan lanjutan bagi kenyamanan ayam untuk tumbuh kembang, hingga kemudian siapn sedia dipotong untuk dimakan.

Suara ayam memiliki tipe yang berbeda, ada kalanya ayam sakit flu, meriang, sesak nafas, bahkan ketika kakinya terjepit pun ayam akan mengeluarkan suara yang berbeda. Bukan hanya harus mengenali suara, seorang peternak ayam juga harus berjibaku dengan kotoran ayam yang notabene jauh lebih memuakkan daripada kototran hewan ternak lainnya. Please, jangan sepelekan bhakti hidup para peternak ayam demi kemaslahatan menyiapkan ayam untuk dimakan.

Mengetahui hal tersebut, saya kok berasa ditampar. Seringkali beberapa dari kita ketika berbelanja ayam di pasar kok masih sempat-sempatnya menawar dengan keterlaluan  bahkan bila tidak dikasih sama si penjual, keluarlah cibiran-cibiran yang merusak tubuh dan harga diri.

Selain itu, tidak dapat dipungkiri masih saja ada yang menyia-nyiakan daging ayam yang tersaji di meja makan. Padahal bukan hanya cinta istri yang terdapat dalam memasak sajian daging ayam, tapi ada pula bhakti hidup mereka yang mendedikasikan diri menyiapkan ayam sehat untuk dikonsumsi. Sebuah hal kompleks yang mungkin kita sendiri tidak akan bisa melakukan dengan harga ayam yang seringkali masih ditawar plus cibiran.

So, mari bersyukur dengan kemudahan yang masih kita rasakan. Menghargai bhakti hidup orang lain, dengan mulai belajar pantas menghargai ayam.

-aeplopyu {I Love U]-

-----------------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si Burung Biru

Minggu, 25 November 2012

Sepatu Ilmu

Malam tadi sepatu saya yang basah ternyata belum kering, padahal besok pagi saya harus mengenakannya sebagai pelengkap grooming dalam salah satu sesi inspirasi guyu di Bogor. Memutar otak untuk mendapatkan solusi agar sepatu cepat kering, saya jadi teringat cara yang selalu saya lakukan ketika masa kecil dahulu. 

Ketika celana sekolah saya yang basah belum kering untuk digunakan pagi hari, maka saya akan mensangrainya di wajan panas yang terletak diatas kompor. Terbukti cara ini efektif menguapkan air yang menempel dan membuat celana cukup kering dan menimbulkan sensasi hangat-hangat kuku.

Akhirnya saya mencoba cara yang hampir serupa. Dikarenakan kapasitas wajan yang tidak muat bagi sepatu, maka sayapun memasukkan sepatu yang basah kedalam panci dan memanaskannya untuk beberapa saat. Bahkan biar semakin cepat kering dan air lekas menguap, saya tutup rapat panci tersebut. Eladhala, baru berselang satu menit asap hitam dan bau gosong menyeruak. Ternyata kulit luar sepatu saya lengket di dasar panci. Ternyata saya lupa bahwa kulit luar sepatu terbuat dari lapisan sintetis yang akan meleleh jika dipanaskan. Alamak, maksud hati agar cepat kering, tapi karena salah ilmu malah bikin sepatu jadi gosong dan garing.

Apa yang saya alami malam tadi membuat saya belajar, bahwa agar sesuatu  baik hasilnya, itu ada ilmunya. Ibarat sepatu tersebut, karena ketidaktahuan saya tentang bagaimana mengeringkan secara tepat, malah sepatu menjadi rusak. Jangan sampai seorang guru, trainer, inspirator, motivator, atau jenis profesi lain yang membantu manusia, ketika menerapkan pengetahuan atau solusi kepada orang lain, padahal ia tidak menguasai ilmu tentangnya. Bisa jadi menyesatkan dan malah merusak kehidupan orang yang membutuhkan bantuan.

Pun ibarat sepatu yang merupakan alas kaki kita dalam berjalan. Karena kehadirannya kita akan merasa nyaman dan terhindar dari luka yang menyakitkan. Ilmu pun akan membuat kita nyaman dalam menjalani kehidupan.

Mari menjadi manusia yang bijak dalam belajar dan bijak dalam menerapkan.

-aeplopyu {I Love U]-
-----------------------------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama guyu? cukup klik kitik si burung biru

Sabtu, 24 November 2012

[Bukan] Gombalan Malam Minggu

Hal yang paling mengagumkan dari istri saya ditengah-tengah kehamilannya adalah semangat dan ketekunannya untuk terus kuliah. Bahkan sekalipun kehamilannya sudah mulai menua, ia tidak keberatan untuk berangkat diantar dan dijemput pulang berkendara roda dua dengan saya. Keputusannya tersebut dikarenakan istri saya menginginkan intimasi kebersamaan lebih lama dengan saya, suaminya yang memang jarang  tinggal lama di rumah.

Sekalipun berkendara roda dua, saya selalu mementingkan kenyamanan istri dan janin yang bersemayam dalam rahim mulianya. Dengan pertimbangan aspal Raya Bogor dan laju kendaraan yang tidak bersahabat bagi Ibu hamil, saya hanya berani melaju kendaraan sebatas maksimal kecepatan sepeda.

Seringkali, sebagai mana malam minggu tadi. Pulang kuliah, ditengah hujan melanda dan kemacetan mendera, istri saya yang lelah bisa terlelap tidur mendekap erat sepanjang perjalanan. Saking lelap ia tertidur, saya sampai bisa merasakan bahwa tubuhnya yang tengah hamil mendorong saya hingga harus membungkuk berkendara. Sungguh saya tidak tega berhenti dan membangunkan tidur tethanya.

Saya tidak malu bercerita bahwa saya baru memiliki kendaraan roda dua. Dikarenakan kondisi tersebut, yang bisa saya lakukan untuk membuat istri saya tetap nyaman adalah tetap menopang tubuhnya dan melaju dengan pelan kendaraan, mencoba bermain rem dan mengendalikan gas saat melalui lobang dan gajlukan dijalan. 

Meski awalnya punggung ini sakit karena menopang, bahkan tangan mengalami kram akibat dingin tersiram hujan, saya selalu bersyukur bisa melayani dan membhaktikan hidup untuk istri dan si buah hati. Mengapa? Karena akhirnya saya bisa merasakan nikmat berjuang menjadi seorang suami dan ayah. Sesuatu yang beberapa tahun lalu dianggap mustahil saya peroleh menurut ahli medis yang salah diagnosa.

Istriku engkau bukanlah beban hidup dipunggung kurusku. Kehadiranmu akan selalu menyempurnakan malam mingguku. Ketabahanmu jua ketegaranku, semoga akan berbuah syurga tempat kita bertemu... nanti disatu waktu.

-aeplopyu [I Love U]-

-----------------------------------------
ingin berbincang dan bersama-sama guyu, cukup klik kitik si burung biru


Jumat, 23 November 2012

Belajar Dari Pao Pao

Pao Pao alias Si Canon Ball itulah nama kecil Jackie Chan. Pria berusia lima puluh delapan tahun yang lahir di Hongkong tersebut merupakan sosok fenomenal dalam industri film komedi laga. Seorang Jackie Chan menjadi fenomenal karena ketekunannya menjadi seorang Expert, teguh menantang limitasi dirinya, serta bertindak mulia dalam menyempurnakan prestasinya.

Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Semenjak kecil ayah Jackie Chan mendukung impian anaknya untuk menjadi Aktor Kelas Dunia. Ayahnya menyekolahkan Jackie Chan ke sebuah akademi opera cina, dimana Jackie Chan dilatih untuk berakting, bernyanyi, kung fu, dan akrobat. Bahkan ketika Orang Tuanya pindah bekerja ke Kedutaan Amerika di Australia, Jackie Chan lebih memilih belajar opera cina di Hongkong, dan keputusan tersebut didukung oleh sang ayah.

Lulus dari akademi opera China, ternyata apa yang dipelajari Jackie Chan tidak berguna. Saat itu industri perfilman Hongkong lebih membutuhkan sosok muda bertenaga untuk memainkan peran pengganti di beberapa adegan berbahaya. Apakah ia lantas putus asa? Tidak! Jackie Chan memutuskan untuk menantang kemampuan akting pertama kali dengan menjadi pemeran pengganti idolanya: Bruce Lee.

Merasa kemampuan yang dimilikinya mampu memukau (stunning) dunia, Jackie Chan menantang dirinya untuk memulai debut filmnya sendiri dengan fokus pada film laga dan memainkan semua adegan berbahaya tanpa pemeran pengganti. Dampak dari keputusannya tersebut hampir semua tulang di tubuhnya pernah patah, yang terparah adalah ketika dia jatuh dari ketinggian pohon dan membuat tulang tengkoraknya retak dan berlubang. Hal itulah yang menyebabkan hingga kini Jackie Chan tidak memiliki asuransi, karena bagi perusahaan asuransi Jackie Chan merupakan sosok yang mengkhawatirkan. Dan apa yang ia dapat, Jackie Chan mampu menembus Hollywood, kiblat perfilman dunia yang sulit sekali ditembus oleh orang asia, terbukti Jackie Chan membubuhkan cap telapak tangannya di Hollywood Hall Of Fame.

Tanpa asuransi bahkan sempat divonis dokter sulit memiliki keturunan karena aksi menantang diri yang dilakukan, apakah Jackie Chan berhenti? Tidak! Batasan yang orang luar berikan kepadanya tidak menghentikan langkahnya untuk mengukir prestasi. Terbukti Guiness Book Of World Record menganugerahi Jackie Chan sebagai Most Stunts By A Living Actor. Jackie Chan sudah melampaui prestasi idolanya Bruce Lee, bahkan ia memiliki seorang putra yang juga berprestasi dibidang akting dan tarik suara.

Setelah berhasil meraih semua prestasi tersebut apakah Jackie Chan berhenti? Belum! Hal ini dibuktikan ketika beberapa hari yang lalu Jackie Chan mengumumkan kepada dunia pada festival Canes di Perancis, bahwa dalam usia lima puluh delapan tahun merupakan usia yang tidak mungkin lagi bagi dirinya untuk memainkan film laga. Kedepan ia menantang dirinya untuk menjadi Aktor Watak sebagaimana yang ia lakukan di film 1911 dan Karate Kid. Jackie Chan ingin menjadi Robert De Nironya asia, sosok Aktor Watak terbaik yang ia idolakan.

Ada satu rahasia yang menyebabkan Jackie Chan melesat seperti peluru dalam meraih prestasi. Sebuah rahasia yang membuat ia selalu selamat dalam setiap aksi bertaruh nyawa bahkan membuat film yang dibintanginya sukses mendunia. Jackie Chan menyempurnakan raihan prestasi dengan meluangkan waktu, tenaga, dan harta kepada anak-anak yang kurang beruntung dan perempuan yang teraniaya, khususnya di tanah kelahirannya, Hongkong Cina.

Jackie Chan telah menjadi seorang Expert karena ia mampu melewati limitasi dirinya. Challenge Your Limit, kondisi diri yang melekat dan batasan yang orang buat jangan diperlakukan sebagai penghambat. Pun Jackie Chan telah menjadi Masterpiece Kehidupan, karena ia menyempurnakan raihan prestasinya dengan menebar manfaat bagi sesama.

Masterpiece Kehidupan adalah manusia yang mampu mendesain hidupnya, meraih prestasi dari desain hidup yang ia buat, serta menyempurnakan prestasi tersebut dengan menebar manfaat..

-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------------------------
ingin berbincang langsung dan bersama-sama guyu, cukup klik kitik si burung biru

Kamis, 22 November 2012

Kopi Cinta

Ibu mertua saya adalah seorang wanita luar biasa. Meskipun bukan Xena The Warior Princes, bagi saya beliau adalah wanita perkasa. Enam tahun hidup menjanda dan hidup sangat sederhana, beliau pantang menerima santunan dan lebih memilih menjadi buruh jahit di pabrik pakaian, meskipun melelahkan dan mendapat penghasilan tak seberapa. "Ibu masih bisa bekerja, ndak nyaman dirumah dan bergaul gosip sama tetangga" Itu pula yang seringkali dilontarkan Ibu mertua untuk menolak rupiah yang saya berikan. Alhasil, daripada rupiah, saya lebih memilih memberikan bahan pangan yang tidak akan rela untuk beliau buang.

Selain keteguhan dalam memperoleh maisyah, Ibu mertua saya juga kekeh dalam hidup menjanda. Sebagaimana yang terjadi dua malam lalu. Seorang teman sekolah, laki-laki yang GR lama memendam rasa sejak masa SMK, datang dari kampung berkunjung larut malam dan meminta untuk menikahinya. Dipersembahkan pada Ibu mertua sekantung besar biji kopi yang dibawa dari Temanggung sebagai bukti keseriusannya. Menolak halus, Ibu mertua saya bertutur "Bagi saya cinta itu seperti biji kopi yang kamu bawa"

"Cinta itu datangnya tidak instan, seperti biji kopi mentah yang kamu harap agar langsung saya konsumsi. Agar matang dan siap dikonsumsi, cinta tersebut harus dijemur dahulu dibawah terik panas matahari ujian. Setelahnya, biji kopi cinta harus disangrai hingga hitam kecoklatan dan matang. Pasca disangrai di atas wajan panas cobaan, biji kopi cinta harus digiling menjadi bubuk kopi, agar cita rasa dan keharuman perjuangan siap untuk dinikmati. Tapi itu juga belum selesai, agar bisa dikonsumsi kamu harus siap disiram air mendidih tantangan, untuk menghidupkan cinta yang kamu inginkan. Jika itu semua terselesaikan, maka pasti saya akan menikmati manisnya perjuangan kopi cinta yang kamu tawarkan" Ibu mertua saya panjang lebar halus menolak pinangan.

"Wuih Ibu kok keren banget perkataannya" puji saya takjub. "Nanti bila dia berhasil dan menagih memangnya Ibu siap untuk menikah lagi" tanya saya jail. "Endak mas, itu hanya penolakan saya karena sebenarnya dia mau menjadikan saya istri keduanya" Tukas Ibu mertua.

Ibu mertua jadi malah balik bertanya sama saya "memangnya mas arief mau poligami nanti?". Mengandaikan kopi cinta itu tadi saya menjawab "Bu, saya dengar dari banyak orang kopi itu enak dan menyehatkan, apalagi kopi bukan minuman yang diharamkan. Bahkan saya sering diejek bukan laki-laki bila ndak suka kopi. Tapi bu, saya bukan penikmat kopi. Bagi saya cukup air putih, sebagaimana putri Ibu yang menyehatkan saya dengan ketulusannya, berkenan menerima saya yang serba kurang"

Dari kamar istri saya seketika keluar dan mencubit gemas pipi saya "UUhhh, Co Cweeet popo"


-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------------------------
ingin berbincang langsung dan bersama-sama guyu, cukup klik kitik si burung biru

Rabu, 21 November 2012

Air Susu Vs Tulang Rusuk

"Mas pulang, Ibu kemarin jatuh dari batu karang di laut" Gemetar saya membaca pesan tersebut. Pesan tersebut dikirim adik saya via sms, facebook, dan mention twitter, diawal-awal orang tua saya menikmati hobi baru mereka: ngelaut. Gemetarnya saya bukan hanya karena sedih mendapati kabar tersebut, yang lebih membuat gemetar adalah kok saya kebangetan, orang tua kena musibah tapi saya ndak ngeh dan baru tahu esok harinya, itupun dari adik. Sebagai seorang anak saya pantas jika dicap menjadi penganut alirannya Bang Aji: TERLALU!

Menebus keterlaluan saya tersebut, esok pagi saya langsung menuju Bekasi, memacu kecepatan tiada terkendali berharap segera bertemu dengan wanita yang teramat paling saya kasihi. Sampai disana, saya tiada mendapati orang dirumah, mencoba menelepon dan terkejut mendapat jawaban "Hahaha Ibu lagi di perahu, lagi berendem sama nemenin papa mancing" Ibu tertawa dan saya pun hanya geleng-geleng kepala.

Beberapa hari kemudian saya sengaja mengosongkan jadwal selama satu minggu dan mengajak istri yang sudah selesai ujian tengah semester untuk berlibur dan ngelaut bareng orang tua di Bekasi. Hari berwisata ngelaut pun tiba, mengendarai motor kami berangkat pagi, menuju kampung nelayan di pesisir pantai dekat Bekasi.

Saya senang melihat Ibu riang. Begitu bahagia melihatnya bermain air laksana bocah kecil yang gembira. Pemandangan ini akan selalu membuat saya terenyuh. Sampai-sampai saya berkata kepada istri "Ubi, jika popo harus memilih siapa yang harus lebih dikasihi antara Ubi dan Ibu, maka dukunglah popo untuk lebih mengasihi Ibu"

"Dalam tubuh popo terdapat darah dan daging yang tererat kuat dari air susu Ibu. Itu yang membuat popo bisa mencintaimu hingga sekarang. Sedangkan Ubi adalah tulang rusuk popo. Dalam tubuhmu berarti juga terdapat air susu Ibu popo. Maka sayang, dukunglah popo untuk mencintai Ibu lebih daripadamu"  Jelas saya kepada istri.

"Popo, jika memang Ubi adalah tercipta dari tulang rusuk yang benar berasal dari air susu Ibu. Maka Ubipun akan mencintai Ibu popo, sebagaimana Ubi mencintai Ibu sendiri. Jadi popo juga harus mendukung Ubi untuk mengutamakan Ibu yah ?" santun istri saya bertutur ajar kehidupan.

Aduhai para istri, pun kita para suami, sajikanlah bahagia untuk Ibumu. Jangan hanya karena telah menikah maka membuat kita lupa akan kebahagiaannya. Jika istri ataupun suami adalah tulang rusukmu, maka karena air susu Ibu pulalah tulang rusuk tersebut hadir dan mencintaimu.

Mari bahagiakan Ibu....

- aeplopyu Bu [I Love U Ibu] - 

Selasa, 20 November 2012

Payung - Payung Kehidupan

Mencari ilmu layaknya jamur payung (tiram). Kita harus tepat mencari dan memetik ilmu di tempat yang tepat. Jamur payung dapat tumbuh disegala tempat, namun tidak seluruh ilmu dapat berguna dan tepat manfaat. Tempat yang sehat akan membuat kehidupan kita melesat dengan ilmu yang kita dapat. Namun jika memetik ilmu di tempat yang salah, jamur payung justru akan menjadi racun dan membuat impian kita tertimbun.

Kesuksesan yang kita dapat segeralah dimuliakan dengan berbagi manfaat. Tidak harus melakukan hal yang besar dan jor-joran karena bisa membuat kita ragu berbagi kebaikan. Mulailah dengan menjadi seperti paku payung, meski hal yang dilakukan kecil tapi bisa bermanfaat membantu mereka yang membutuhkan. Paku payung merekatkan dan menguatkan. Tapi setiap kebaikan yang dilakukan usahlah selalu disebutkan. Ibarat paku payung yang terbalik, bukannya bermanfaat justru akan melukai balik. Melukai kemuliaan hati yang sudah diniatkan untuk ikhlas berbagi.

Jika sudah mendapatkan peningkatkan prestasi, maka harus juga melakukan peningkatan berbagi. Dari paku payung menjelmalah menjadi permen payung: permen manis yang terbuat dari coklat dan dibentuk payung. Berbagilah manisnya coklat kehidupan dengan orang lain. Coklat kebaikan yang kita bagikan akan membuat orang lain merasa nyaman dengan manfaat yang kita berikan.

Permen payung hanyalah snack kehidupan. Manfaatnya mungkin kurang sebanding dengan kesuksesan prestasi yang kita raih. Ingat prinsip semakin banyak meraih, semakin banyak memberi. Ibarat sebuah kontinum yang semakin membesar ke atas, semakin besar kesuksesan yang diraih maka kemuliaan hidup berbagi yang kita jalani juga harus semakin besar. Maka jadilah payung sesungguhya, yang bermanfaat bagi sesama kala deras hujan kehidupan menerpa maupun terik panas ujian membakar. Payung yang memberikan manfaat lebih luas.

Ketika kita mampu seimbang antara kesuksesan yang teraih dan kemuliaan yang terbagi, maka kelak setidaknya kita mampu menjawab dan meminta hak syurga kepada Tuhan atas tiap kebermanfaatan yang kita lakukan. "Tuhan, aku memulai dengan payung-payung kecil kehidupan, dan kebermanfaatan tersebutlah satu-satunya yang aku wariskan selama aku menjalani kehidupan. Maka pantaslah setidaknya aku mendapatkan syurgamu, meskipun itu berada di tingkat yang paling rendah?"

Sedialah payung sebelum dipanggil Tuhan. Mari menjadi payung - payung kehidupan. 

- aeplopyu [I LoveU] - 

Senin, 19 November 2012

Pertemuan Imaginer

Para malaikat sudah mulai geram menahan murka, kedzaliman yang mereka lihat bahkan sudah mencapai titik didih kesabaran. Mereka pun mengadukan kegelisahan kepada Tuhan. Bersujud dan menunduk salah seorang malaikat pemimpin mengadu "Aduhai Allah Yang Maha Pemberi Kemudahan, mengapa Engkau biarkan anak cucu setan (zionis israel) terus menerus mendzalimi anak cucu adam yang berada di bumi kemuliaanMu Palestina?"

"Sungguh padahal bila Engkau mau, perintahkan hamba untuk mengantarkan adzab mu kepada mereka para pelahap nanah (zionis israel). Pun jika Engkau berkenan aduhai Allah Dzat Yang Maha Dekat bagi hambamu yang sedang dirundung kesusahan, bantulah palestina dengan bala tentara Ababil yang akan meluluh lantakkan arogansi dengan batu panas neraka yang akan melumat habis zionis" para malaikat mulai menangis membayangkan saat ini anak cucu Adam bertaruh nyawa mempertahankan akidah dan tanah air mereka.

Tak tahan, salah satu malaikat yang berada di belakang tersengguk-sengguk berujar "Allah, bukankah Engkau ciptakan manusia sebagai makhluk termulia yang engkau ciptakan? Lalu mengapa saat keturunan Samiri (Dajjal) pongah berlaku arogansi, Engkau seakan tidak peduli?". Dan suasana menjadi hening seketika.

Kini saatnya Dzat Termulia, Tuhan penguasa seluruh alam semesta berbicara "Tidaklah aku ciptakan alam semesta, termasuk kalian malaikat, jin, maupun manusia untuk sesuatu hal yang sia-sia. Begitupun dalam setiap perlakuan yang Aku berikan, baik kesulitan maupun kemudahan."

"Selain tangis duka anak cucu Adam di Palestina, tidakkah kalian lihat senyum para mujahid yang mati syahid. Tidakkah kalian rasakan kebanggan bocah yang berjuang mempertahankan aqidah. Tidakkah kalian mencium harum wangi para wanita saleha yang berjuang bertaruh nyawa demi kehormatan agamanya" Suara Mulia tersebut terlantun dengan Maha Bijaksana.

"Lalu lihatlah kekuatan silaturahim di belahan dunia lain. Sekalipun sedikit, masih terdapat sekawanan mukmin yang  berbondong - bondong melawan berondongan propaganda para pelahap nanah (israel). Beberapa dari mereka rela datang menjadi sukarelawan demi saudara mereka sesama islam. Beberapa dari mereka meluangkan waktu, tenaga, harta dan cinta mereka untuk keselamatan Palestina. Dan tidakkah kalian dengar dan melihat harapan meminta yang tersusun dalam not balok doa dan terdengar elok berirama demi keselamatan Palestina" Tuhan kembali bersuara mengobati kedukaan malaikat yang tengah berputus asa.

"Hujan propaganda, fitnah perusak aqidah, justru itulah yang memuliakan para anak cucu adam, yang akan membuat Palestina sesungguhnya menjadi Negeri Kemuliaan. Sederas dan sekeji apapun anak cucu setan (Israel) memperlakukan, Palestina tidak akan pernah jatuh. Karena sesungguhnya Palestina dan anak cucu adam akan terus bertumbuh" Mendengar hal tersebut para Malaikat kemudian berbesar hati.

'Dan coba kalian simak. Telah tumbuh Palestina - Palestina baru di setiap hati mukmin yang mendukung, berjuang, dan mencintainya. Palestina yang tumbuh besar di hati anak cucu Adam itulah yang tidak akan pernah tergerus dan mampu dicaplok oleh para pelahap nanah (Israel). Palestina itulah yang akan semakin bertumbuh dan menjadi cikal bakal kemerdekaan Palestina yang utuh" Malaikat semakin bersujud khusyuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Tahu

La Haula wa La Quwwata Ila Billah Hil Aliy Hil Adzim. Wa Allahu Bi Sawaab. Lets Do More Care and Do More Pray for Palestine,

- aeplopyu [I Love U} - 




Minggu, 18 November 2012

Pemecah Ombak Kehidupan

Setelah menempuh tiga puluh menit perjalanan akhirnya kami tiba di perkampungan nelayan Marunda. Kedatangan kami langsung disambut oleh angin pantai yang tidak bersahabat, seakan hendak membantai niat kami untuk berlibur sesaat. Angin begitu dahsyat, membuat ombak menggulung dan mempontang-pantingkan barisan perahu kecil yang tertambat. Langit mendung begitu kelam, sempat membuat kami murung dan memiliki opsi untuk kembali pulang.

Mata saya langsung tertuju pada barisan batu pemecah ombak yang tertata menjurus ke laut dan menyerupai teluk kecil. Air laut menggulung, menghantam keras jajaran batu pemecah ombak, menimbulkan suara menggelegar yang mampu membuat telinga menjadi pekak.

Usai mengantar ibu dan istri ke saung kecil yang tersedia di muka warung salah satu nelayan, saya pun bergegas menyempatkan diri menjajaki barisan pemecah ombak tersebut. Saya dapati bahwa barisan pemecah ombak terdiri dari kumpulan bebatuan yang tersusun dengan rapih dan kokoh. Beberapa dari batu tersebut sudah ada yang menguning karena faktor usia, bahkan merapuh karena terus tergerus

Sekeras atau sedahsyat apapun hantaman yang diberikan, batu pemecah ombak berdiri tegar dan mempertahankan daerah di sisi lainnya agar tidak terhantam dan mengalami abrasi. Batu pemecah ombak tampil menjadi pijakan  dan jalan bagi manusia yang ingin menikmati kesegaran alam perairan. Batu pemecah ombak adalah guru inspirasi kehidupan.

Jika diibaratkan metafora kehidupan, batu pemecah ombak merupakan kumpulan ujian yang kita hadapi. Ibarat vaksin imunisasi yang awalnya menyakitkan dan membuat demam, vaksin pemecah ombak menjadikan kita kebal terhadap hantaman ombak masalah yang datang untuk menjangkiti. Semakin banyak masalah dan ujian yang kita hadapi akan membuat kita lebih kokoh dan kuat terhadap hantaman tantangan yang akan menghampiri.

Masalah kita adalah harta kehidupan ketika kita mampu menuntaskan. Penderitaan dan cobaan akan berbuah kasih sayang ketika kita mau berbagi solusi kepada mereka yang membutuhkan. Ibarat pemecah ombak, semakin banyak masalah kehidupan yang dimiliki, maka akan semakin banyak solusi kehidupan yang bisa kita bagi. Semakin banyak solusi yang kita bagi, maka semakin banyak orang terselamatkan dari abrasi demotivasi dan keputusasaan diri.

Mari menjadi pemecah ombak, mari hidup berbagi..

- aeplopyu [I Love U] - 

Sabtu, 17 November 2012

Tri In One Kehidupan

Suatu kala, Bhismadewabrata mengajak tiga pandawa terbaik yaitu Yudhistira, Bima, dan Arjuna untuk berlatih di pedalaman hutan Kalingga. Sampai di tengah hutan, Bhisma meminta ketiga cucunya untuk menyiapkan busur beserta panah. "Cucu-cucuku yang tercinta, sekarang kakek ingin kalian melihat kawanan burung merpati yang berada di atas pohon hijau nan lebat, seratus meter di kejauhan sana" Ketiga pandawa melayangkan pandangan kearah yang dimaksud Bhisma.

"Tugas kalian adalah memanah salah satu dari merpati tersebut untuk dijadikan santapan malam nanti" Ujar Bhisma memerintah ketiga cucunya. Yudhistira, Bima, dan Arjuna pun bergegas menyiapkan busur panah, menyiapkan strategi, dan menunggu giliran.

Yudhistira tentu mendapat giliran pertama, karena ia memang sosok panutan bagi seluruh pandawa. Ia pun mengarahkan mata panah ke angkasa dengan memejamkan mata. Busur sudah ditarik dan mata panah siap dilepaskan. "Bletak.." terdengar suara kayu dan besi terbanting ke tanah. Ternyata Yhudistira mengurungkan niat dan menjatuhkan busur panah ke atas tanah. Ia kemudian merogoh tas bawaan dan merogoh remah roti,  menggerakkan tangan seraya mengumpan, lalu bersenandung puisi terlantun dari bibirnya dan membuat seekor merpati menghampiri. "Aku tidak mau melukai makhluk secantik merpati, biarlah dengan remah roti dan puisi, ku goda ia untuk menghampiri"

Arjuna mendapat kesempatan kedua. Ia picingkan satu mata, menarik busur dengan kuat, dan mengarahkan mata panah dengan akurat. "Whuss..." panah melesat dengan cepat dan seekor merpati terhujam di dada tepat. "Aku memikirkan panahku terhujam tepat di dadanya. Dan aku mendapati seekor merpati terhunus terhormat sebagaimana yang aku kehendaki" Arjuna tersenyum berbagi kiat dengan kakek dan para saudaranya.

Tiba giliran Bima, dengan tangan kekarnya ia tengah bersiap memanah. "Akh, cuma satu merpati, mana bisa kenyang. Aku saja butuh banyak makan, bagaimana juga dengan kakek Bhisma dan kedua kakakku malam nanti" Ujar Bima yang kekar namun penuh dengan simpati. Bima pun meletakkan busur dan panahnya, mengambil batu besar dan melempar kuat ke arah pohon yang berjarak seratus meter jauhnya. "DHUARR.." terdengar bunyi menggelegar, pohon pun tumbang dan membuat puluhan merpati lemas terkapar tertimpa batu besar. "Oke, nanti malam kita tidak perlu cemas kelaparan" sahut Bima seraya membersihkan tangan.

Bhismadewabrata pun bahagia terhadap ketiga cucunya, karena mereka telah memiliki solusi terhadap ujian yang kelak akan mereka hadapi. "Yudhistira yang welas asih dan mencintai alam, Arjuna yang memiliki akurasi dalam meraih prestasi kehidupan, jua Bima yang perkasa tapi tidak mementingkan diri sendiri. Gabungan dari apa yang kalian lakukan akan mampu menghadirkan kehidupan terbaik sepanjang hayat yang akan kalian jalani" Bhisma memeluk dan menangis haru dihadapan ketiga cucunya.

Bersikap welas asih dan menjaga kelestarian alam akan membuat semesta seimbang dan mencintaimu balik. Mampu mendesain hidup dan fokus meraih prestasi terbaik akan membuat kesuksesanmu melejit. Tidak egois dan menebar manfaat bagi orang lain akan menyempurnakan kesuksesan yang kita raih. Tri In One Kehidupan akan menjadikanmu berkelimpahan kemuliaan.

- aeplopyu [I Love U] - 

Jumat, 16 November 2012

Memancing Rezeki

Dipilinnya tiga buah senar dan dikepang sedemikian rupa sehingga membentuk untaian yang tampak kuat. Berjarak setiap lima puluh sentimeter, ditambahkan olehnya untaian benang untuk mengikatkan kail pengumpan. Di penghujung untaian ia tambahkan sebuah bola besi sebesar kelereng yang berfungsi sebagai pemberat. Beberapa titik luka terlihat di tangan karena tersayat ketika memasang kail pengumpan. Ya, Papa sedang asyik menikmati dan berinvestasi untuk hobby barunya: memancing di pesisir pantai Marunda.

Beliau begitu bahagia dengan apa yang dilakukan dan bersedia berinvestasi lebih untuk sesuatu yang dianggapnya berharga: Ikan. Dan memang terbukti apa yang beliau lakukan tidak sia-sia, selama seminggu ini orang tua selalu menyantap limpahan tangkapan laut bergizi yang dibawa papa pulang serta.

Hal yang dilakukan papa membuat saya terinspirasi, bagaimana hendaknya kita memperoleh rezeki. Rezeki bukanlah semata-mata berbentuk harta. Rezeki juga dapat berwujud tahta, kata (ilmu), ataupun cinta. Ketika kita menginginkan rezeki kita berlimpah, maka kita harus rela berinvestasi lebih untuk mendapatkannya. 

Diibaratkan memancing rezeki, untaian tali pancing keahlian kita haruslah istimewa. Karena dengannya ikan rezeki akan tertarik, tak akan putus ditengah perjalanan, berhasil kita bawa serta dalam kotak kebahagian, jua menjadi hidangan bergizi ketika kita sajikan..

Jadilah seorang ahli karena dengannya kita akan dicari rezeki. Gunakanlah kail keahlian terbaik sehingga ikan rezeki tidak akan lepas dan menjauhi balik. Gunakanlah pemberat berupa keunikan diri, sehingga itu akan memudahkan ikan rezeki mengenali, mendekati, dan bersedia untuk kita bawa. Kuatkan keahlian dengan tiga buah senar ibadah, sedekah, dan silaturahim yang akan memperkuat asa dan membuat berkelimpahan bahagia.

Pun demikian, seahli dan sehebat apapun kita pasti akan terluka karena kecerobohan atau khilaf menghadapi ujian. Tapi anggaplah itu proses penyempurnaan diri, karena tanpa ujian kita akan menjadi orang biasa kebanyakan.

Mari mengasah diri, mari menjadi ahli terhadap apa yang kita cintai, mari memancing rezeki.


- aeplopyu [I Love U] - 



Kamis, 15 November 2012

Romantisme Mimi Lan Mintuno

"Hiduplah berbahagia layaknya mimi lan mintuno", setidaknya itu petuah jawa yang ibu sampaikan ketika saya menikah. Mimi merupakan blankas betina, sedangkan Mintuno adalah blankas jantan, merupakan hewan laut sejenis kepiting raksasa yang dalam bahasa amerika disebut sebagai horseshoes crab karena bentuknya yang menyerupai tapal kuda. Hewan ini akan selalu berpasangan, kemanapun dan dalam kondisi apapun. Bahkan konon jika mereka dipisahkan mereka akan langsung mati karena merasa kehilangan.

Dalam persepsi umum, mintuno sang pejantan, sosok yang berukuran lebih kecil dan berada diatas mimi, merupakan sosok yang lebih berjasa. Kemanapun mintuno menuju, ia mencengkeram kuat pasangannya untuk melindungi dan memastikan mimi hidup berkecukupan.. Begitupun dalam perspektif mintuno, sosok suami kemanapun dan dalam kondisi apapun harus mampu memberikan kepastian hidup nyaman dan berkecukupan bagi istrinya.

Mimi juga berjasa besar bagi kemaslahatan dan kesuksesan mintuno. Atas nama cinta, mimi meminta mintuno untuk mencengkeram kuat punggungnya, meski tak dapat disangkal cengkeraman mintuno membuat mimi sakit. Kemanapun dan apapun kondisinya, mimi mendukung mintuno untuk selalu berada diatas dan selalu berbahagia meski ia sekedar menjadi pijakan kaki kesuksesan pasangan terkasihnya.

Hei laki-laki, itu kita para suami! Janganlah berbangga diri jua merasa pongah mengaku sebagai pihak utama yang berjasa. Seringkali karena sifat bangga diri tersebut, tak sedikit suami yang menjadi seenaknya sendiri. Melupakan peran dan menganiaya istri yang mengabdikan hidup demi kesuksesan yang kita raih. Ingatlah, istrimu begitu setia menjadi pijakan demi cintanya kepadamu.

Aduhai perempuan, itu kalian para istri! Teguhlah mendukung suami dan setia menjaga diri. Menjadi pijakan tidak akan membuatmu terbelakang. Justru karena kesetiaan dan kerelaan yang engkau berikan, membuatmu menjadi bahan perbincangan para bidadari yang berada di khayangan. Mereka cemburu karena tidak bisa mengabdikan hidupnya di dunia sepertimu.

Begitu indah kerjasama kemesraan keduanya. Romantisme Mimi lan Mintuno merupakan simbol kebahagiaan hidup dalam ikatan setia pengabdian. Guru kehidupan bagaimana tentang kesetiaan dalam sebuah pernikahan.


- aeplopyu [I Love U] - 

Rabu, 14 November 2012

Bijak Memilih Tukang Parfum

Suatu kala Botum Si Botol Parfum penebar manfaat bergegas menuju ke negeri sebelah. Bersama para botol parfum hebat  lainnya, Botum bergerak menuju ke sebuah pelatihan yang menjanjikan akan memberikan parfum terbaik bagi siapapun yang bersedia bergabung menjadi anggota dari Akademi Penebar Harum. Sang pendiri akademi yaitu Rapum yang mengklaim dirinya sebagai Raja Parfum terbaik, sebenarnya merupakan praktisi yang baru saja meningkat karirnya pasca mengikuti sebuah perlombaan bertajuk Kontes Penebar Harum Wangi.

Satu-satunya yang membuat Botum mau menempuh jarak ratusan kilo, karena iming-iming Rapum akan memberikan parfum terharum dan menjadikan Botum sebagai Penebar Harum Terbaik melalui akademi yang ia pimpin. Pelatihan pun berakhir, Rapum berkata bahwa tak lama lagi Botum juga peserta lain akan mendapatkan parfum yang dijanjikan dan segera dihubungi untuk bersama berbagi wangi ke seantero negeri. "Nanti saudara semua tunggu saja, sudah banyak permintaan untuk menebar wangi" Janji Rapum berbangga diri.

Hari berganti bulan, bulanpun berganti tahun. Botum tak kunjung mendapatkan parfum yang dijanjikan. Bertanya pada botol parfum lain, ternyata mereka juga mendapat perlakuan yang sama. Usut punya usut ternyata Rapum asyik menikmati parfum bersama orang terdekat, sedangkan janji tempo hari sudah dianggap lewat.

Rapum ternyata belum siap untuk berbagi, parfum yang ia janjikan ternyata disimpan sendiri, dan akan digunakan bersama kroni terdekat apabila ada imbalan dari penduduk negeri yang menggunakan jasanya. Ternyata selama ini, perekrutan dan akademi dilakukan hanya untuk mengangkat citra diri dan nilai jual perusahaan yang Rapum dirikan. Rapum: Raja parfum pemilik akademi penebar harum terbaik yang terdiri dari para botol parfum hebat seantero negeri.

Bagi anda yang berprofesi sebagai penebar manfaat layaknya botol parfum, mohon bijaklah dalam memilih Tukang parfum panutan. Bisa jadi janji untuk memberdayakan ternyata justru jadi memperdaya anda. Anda hanya menjadi alat untuk mendongkrak citra Sang oknum semata.

Jika pepatah bilang, bergaul dengan penjual parfum akan membuat harum. Maka bergaullah dengan penjual parfum yang tepat. Sehingga wangi yang anda dapat, mampu harum mewangi sepanjang hayat.

- aeplopyu [I Love U] -

Selasa, 13 November 2012

Cintai, Kuasai, Menghasilkan

Setiap kali Bhisma Dewabrata memanggil Bima dan Arjuna untuk berlatih memanah, ia tidak akan pernah memberikan porsi latihan yang sama. Hingga pada suatu hari ketika kedua cucunya tersebut mulai beranjak remaja, Bima protes kepada kakek tercintanya.

"Kakek aku merasa memanah bukanlah hal yang aku cintai, makanya secara diam-diam sebenarnya aku berlatih memukul menggunakan kuku ibu jariku, dan lihatlah hasilnya aku semakin kuat, lalu kemarin seekor gajah jahat sekejap saja mampu aku lumat". Bhisma tersenyum dan berkata "Baiklah Bima jika memang demikian, mulai hari ini berlatihlah menggunakan kuku ibu jarimu, hingga kelak engkau akan mahir dengannya. Mulailah dengan menghantam kawanan jahat gajah, jika berhasil tingkatkan kemampuanmu dengan melumat kawanan raksasa. Jika telah berhasil kelak kau pasti mampu meluluh lantakkan deretan pegunungan disana".

Bima pun terus berlatih hingga seringkali bukan hanya kuku bahkan tangannya patah. Hari demi hari hingga berujung puluhan tahun berlatih, Bima pun beranjak dewasa, hasilnya akhirnya Bima menjadi yang terkuat di negeri Astina Pura berkat keampuhan kukunya.

Tak mau kalah dengan protes Bima, Arjuna pun berkeluh kesah pada kakeknya "Kakek Bhisma mampukah aku menjadi kuat seperti Bima? Tapi aku sungguh tidak menyukai cara kekerasan sebagaimana yang ditempuh Bima". Sekali lagi dengan penuh cinta Sang Bhisma tersenyum dan berkata "Engkau pasti bisa, tapi engkaupun tak bisa berpaling dari mengeluarkan darah. Mulailah dengan memanah sejauh kawanan gajah yang ada disana. Jika sudah cobalah memanah setinggi raksasa yang ada di negara sebelah. Pun ketika engkau telah berhasil cobalah untuk meluluh lantakkan deretan pegunungan dengan sekali panah". 

Arjuna terus berlatih, meski terus mengorbankan jari yang terus terluka akibat tercabik tali busur panah. Arjuna akhirnya tumbuh menjadi pemanah terbaik di Astina Pura. Pria rupawan nan santun meskipun jari tangannya kasar akibat berlatih memanah dalam waktu puluhan tahun.

Bima dan Arjuna sama-sama menjadi manusia yang terkemuka di negerinya dikarenakan keahlian utama mereka. Mereka mampu menjadi yang terbaik karena mengetahui hal yang mereka cintai sehingga mereka kuasai. Mereka mampu meraih prestasi terdahsyat tersebut karena rutin berlatih tiap hari dalam porsi dan level yang terus meningkat.  Bahkan dalam meningkatkan keahlian mereka harus merasa sakit dan menghadapi kondisi yang sulit.

Konsisten tidak akan menjadi konsist that will bring you perfect ten jika yang sekedar kita lakukan adalah rutinitas pengulangan. Untuk menjadi seorang yang expert (pakar), kita harus ingat ada faktor kecintaan disana. Orang yang mencinta tidak akan pernah memberikan hal yang sama kepada yang ia cinta, harus selalu memberikan yang terbaik. Ada juga faktor meningkatnya penguasaan keahlian, kesempurnaan tidak akan hadir karena pengulangan pekerjaan melainkan karena adanya perbaikan dalam setiap kesempatan. 

Yang terakhir adanya faktor kesulitan atau ujian. Pelaut yang handal tidak akan lahir dari lautan yang tenang. Begitupun keahlian anda tidak akan sempurna tanpa adanya ujian. Jadi mari terus memperbaiki diri. Cintai, kuasai, dan menghasilkan. Mari menyempurnakan diri dengan menjadi manusia terbaik dalam berbagi kebermanfaatan.

- aeplopyu { I Love U] -

Senin, 12 November 2012

The Thing That Will Bring Perfect Ten

Seminggu awal saat saya memulai blogging istri selalu bertanya "Popo kenapa sih maksain diri nulis terus?". Pertanyaan tersebut saya jawab dengan sebuah analogi seperti ini:

"Apakah Ubi merasa bahwa Popo mencintai Ubi?" tanya saya. "Ehm..tentu saja" jawab istri saya. "Apa yang membuat Ubi yakin bahwa Popo mencintai Ubi?" tanya saya kembali. "Karena setiap hari Popo mempertaruhkan nyawa berjuang demi membahagiakan Ubi" jawab istri saya mulai berkaca-kaca. "Lalu ketika Ubi tahu bahwa Popo mencintai Ubi, apa yang Ubi lakukan?" tanya saya sambil memandang kedalam matanya. "Ubi akan mencintai Popo, lebih daripada apa yang popo berikan" jawab istri tersenyum dan memeluk dengan penuh rasa kagum.

Dalam jawaban saya ada sebuah penekanan "setiap hari", sebuah klausa kata yang menunjukkan konsistensi dengan hal yang saya kerjakan. Awalnya saya berusaha mencintai, ketika terbiasa mencintai saya jadi membutuhkan. Setiap hari saya mencintai istri  dan akan selalu membutuhkan dirinya, karena kehadirannya membuat hidup selalu menjadi lebih bergairah. Begitupun dengan menulis, hingga kini jadinya jika saya tidak menulis hari-hari menjadi tidak sumringah (bahagia).

Konsistensi jika dipilah mampu menjadi kata "konsis" dan "atensi" yang bisa bermakna ketika kita rutin melakukan apa yang kita cintai, akan membuat kita diperhatikan, menjadi terkenal karena dibutuhkan. Menulis akan menghadapi tantangan ketika konsistensi dibutuhkan. Tapi ketika konsistensi mampu dihadirkan bersiaplah menjadi orang yang dirindukan, karena apa yang kita kerjakan akan selalu dibutuhkan.

Konsistensi memiliki kata dasar konsisten, yang bisa diartikan sebagai konsis that will bring you perfect ten. Jika kita rutin menekuni apa yang kita cintai maka kebahagiaan hidup yang disimbolkan dengan angka sepuluh insyaallah akan datang menghampiri. Saat membuat blog dan menulis, niatan saya hanyalah berbagi inspirasi dan berbagi guyu (tawa bahagia), terus menulis dan rutin menulis ternyata siapa sangka membuat saya dapat berkeliling nusantara. Niatan berbagi kebermanfaatan ternyata mampu menghasilkan penghidupan.

Menulis sebenarnya mudah, yang penting niatnya kita hendak membuat orang yang membaca menjadi sumringah (: guyu: bahagia), itulah prinsip kebermanfaatan yang selalu saya unggah. Ketika mencintai, maka kita akan dicintai. Ketika kita membutuhkan, kitapun akan dibutuhkan.

Cintai, kuasai, menghasilkan. Sebagaimana kita memperlakukan pasangan. Pertama kali cintailah dirinya, lalu kuasai hal yang akan membuatnya bahagia dan membutuhkan kita, dengan demikian kita akan mendapat hasil dari apa yang kita upayakan.

- aeplopyu [I Love U] -

Minggu, 11 November 2012

Belajar Di Steam Motor

Pagi ini saya mengajak Jupi ke salon steam motor. Harapan saya begitu sampai agar Jupi bisa segera ditangani, namun apa daya saya mendapat urutan ketiga dan harus mengantri. Hari ini operator steam cuci hanya dua orang, dan selain tiga motor yang masih mengantri untuk dicuci, mereka sedang mengerjakan motor yang sudah datang duluan. Bila satu orang operator membutuhkan waktu 25 menit untuk mencuci motor, berarti saya masih harus mengantri selama kurang lebih satu jam untuk mendapatkan pelayanan.

Selang beberapa menit kemudian lima buah motor datang untuk mencuci tunggangan mereka. Melihat deretan antrian yang makin berlimpah, wajah kedua operator tadi mulai semakin gundah. "Bos masih lama lho nunggunya" Sahut Joni (bukan nama sesungguhnya. Joni dikenal cepat dalam bekerja, jika normalnya waktu mencuci membutuhkan 25 menit, joni memangkasnya hanya dalam 15 menit. Ia selalu memuaskan pelanggan dengan cara kerja cepat, dengan harapan pelanggan lain bisa segera pulang cepat.

Kembali tamu yang ingin mencuci motor datang. "Bos masih lama lho nunggunya" kali ini Jono (bukan nama sesungguhnya) yang menyambut. Melihat antrian yang masih banyak, tamu tersebutpun mengurungkan niat. Berbeda dengan Joni, Jono mencuci lebih lama, ini karena Jono telaten membersihkan tiap sela motor dengan seksama. Karena ritme kerjanya tersebut mengakibatkan Jono membutuhkan waktu lebih lama, untuk satu buah motor membutuhkan hingga 35 menit lamanya. 

Dua operator tadi memiliki orientasi pelayanan dan fokus kepuasan pelanggan yang berbeda. Joni ingin melayani dengan cepat, sehingga pelanggan yang lain tidak tersiksa karena menunggu lama. Semakin cepat dia bekerja, semakin banyak pelanggan segera pulang ke rumah. Cepat  dan puas, Joni berorientasi pada kuantitas.

Jono menghendaki motor yang ia kerjakan bersih tanpa menyisakan kotoran, ia menikmati pekerjaan tanpa diburu-buru setoran. Semakin bersih dia bekerja, semakin banyak pelanggan yang setia. Bersih dan puas, Jono berorientasi pada kualitas.

Mana yang lebih baik? Jono atau Joni? Benar, Apapun jawaban anda, yang pasti kedua-duanya sama baiknya. Baik Jono maupun Joni sesungguhnya berfokus pada perusahaan dan pelanggan. Kedua-duanya menguntungkan perusahaan dengan apa yang mereka kerjakan. Kedua-duanya memberikan kepuasan dengan apa yang mereka lakukan: membersihkan kotoran.

Dari apa yang mereka kerjakan, pulang ke rumah saya mendapat sebuah pelajaran: bukan masalah cepat atau lambat, yang terpenting engkau melayani dengan tepat.


- aeplopyu [I love U] -

Sabtu, 10 November 2012

Pahlawan Senyum

Setiap kali melihat foto ini saya akan selalu menangis haru. 12 Desember 1995 beliau datang dan saya resmi memanggilnya Papa. Sekalipun beliau bukan tipikal orang tua yang romantis, namun saya akan selalu mengingat tiap momen berharga bersamanya, sebuah momen kepahlawanan kasih sayang ayah pada anaknya. Sekalipun kami (saya dan adik) bukanlah darah daging biologisnya.

Setiap pagi menyusuri Bekasi - Jakarta, Papa akan mengantar kami sekolah berboncengan tiga. Panas maupun hujan menapaki maisyah, kembali datang menjemput kami sore harinya. Dan Papa akan selalu tersenyum menyembunyikan rasa lelah.

Suatu kali seusai pulang sekolah, saya menyertai beliau berbelanja knalpot truk raksasa. Ukurannya hampir sama dengan besar motor Yamaha Alfa, membawa dua knalpot raksasa yang diikat disamping serta membonceng tubuh kecil saya yang terhimpit sakit di belakang, kami menyusuri jalanan asam reges - kramat jati yang penuh dengan lobang. Sesampainya disana bukan bayaran yang didapat, melainkan makian dari sang kepala seksie yang terus mengumpat. Dan Papa tersenyum menyembunyikan rasa sedih.

Tahun 2007 ketika tsunami ujian datang dan membuat saya lumpuh, Papa setia telaten merawat saya dengan sungguh. Pun ketika saya sudah mulai sembuh, Papa selalu mendukung saya untuk kembali menjadi lelaki tangguh. "Jangan terpuruk pada penyakit, justru itu yang akan membuat hidupmu semakin sulit" Dan Papa akan tersenyum simpul, menyembunyikan berat beban yang terkumpul.

Duhai pahlawan senyum yang sepanjang hayat selalu membuat kagum. Saya adalah darah dagingmu, karena dengan senyum dan lelahmu saya tumbuh.

- aeplopyu pa -


Kesejatian Pahlawan

Diantara barisan legiun semut pekerja, tampak seekor yang terdiam mematung tak bergerak kemanapun. Semut-semut lain tampak konsisten terhadap kegiatan mereka: memanggul makanan untuk persembahan kepada Sang Ratu Rupawan. Mereka terkesan tidak peduli terhadap kawan mereka yang sedang kesusahan.

Aih.. saya terus memperhatikan, penasaran akankah ada yang peduli terhadap kondisi semut yang terdiam. Akhirnya ada seekor semut lain, terlihat tergopoh - gopoh berjalan memanggul sebutir remah roti, berusaha menuju ke semut yang sedang berjuang setengah mati. Tanpa menaruh beban yang dipanggul, dia datang menghampiri, seolah sedang mencium dan bertanya kepada kawan terkasih.

Hal mengagumkan terjadi, semut kedua meletakkan remah roti kemudian membantu semut yang terdiam untuk kembali berjalan didalam barisan. Selang beberapa menit, usai memastikan kawannya masuk ke dalam sarang, semut tersebut kembali memanggul remah roti yang ia tinggalkan. Aih.. sungguh mengagumkan hari ini saya sudah melihat sesosok pahlawan. Seekor hitam semut yang tindakannya ditiru patut.

Aih... bagi saya tindakan kecil yang dilakukan semut pemanggul remah roti merupakan tindakan kepahlawanan. Ia dahulukan kesetiakawanan tanpa mengabaikan kewajiban. Mungkin jika dianalogikan kedalam dunia manusia, apa yang dilakukan semut merupakan hal kecil tapi langka. Tindakan kecil yang dilakukannya merupakan tindak kepahlawanan meskipun tanpa tanda jasa.

Di era masa kini, ternyata untuk menjadi seorang pahlawan tidaklah harus sampai meregang nyawa lalu mati. Dengan melakukan manfaat sederhana seperti apa yang dilakukan oleh semut pemanggul remah roti, bagi saya anda sudah layak menjadi pahlawan yang berarti. Tokoh - tokoh inspiratif seperti Kakek Guru Jamil Azzaini, Mas Mono, Yusuf Mansur, ataupun Saptuari yang begitu militan membantu mereka yang membutuhkan dengan revolusi sedekahnya, merupakan segelintir pahlawan di era masa kini.

Menemani istri berbecek ria ke pasar, mendengar curhat sahabat yang sedang gusar, menginspirasi tanpa mementingkan berapa besar materi yang didapat, atau konsisten melakukan hal kecil namun bermanfaat, itupun sudah mampu membuat anda menjadi pahlawan.

Karena kesejatian pahlawan adalah mereka yang mau melakukan kebaikan, meskipun kecil namun memiliki nilai kebermanfaatan. Selamat hari pahlawan....

- aeplopyu [I Love U] - 


Jumat, 09 November 2012

Tiga Wanita

"Mas, kamu ndak kekurangan toh nak?" tanya Ibu mengawali pembicaraan telepon sore tadi. Pertanyaan tersebut selalu Ibu pertanyakan kepada saya. Dan saya sadari itu adalah bentuk motivasi dukungan cintanya kepada saya. Ibu selalu mengingatkan bahwa saya harus terus berusaha lebih  sebagai bentuk tanggungjawab  terhadap istri dan bayi yang insyaallah tak lama lagi akan menjelma ke bumi. Demi orang terkasih saya harus berusaha lebih.

"Mas, jadi orang harus rendah hati, ramah sama tetangga kanan dan kiri. Juga bersyukur terhadap tiap rezeki yang didapat, meski sedikit tapi yakin pasti bermanfaat" Ibu mertua berpesan, tiap kali kami memiliki waktu ngumpul diakhir pekan. Pesan yang Ibu mertua saya sampaikan, merupakan motivasi agar saya seimbang dalam kehidupan. Jangan sekedar asyik mencari rezeki diluar, melainkan juga harus berbagi dengan masyarakat sekitar.

"Po, dirumah ini biarkanlah cinta yang berlimpah. Sediakan waktu lebih banyak untuk keluarga". Istri saya berkelu kesah, kala saya sakit terbaring karena lelah. Kesah yang istri saya utarakan merupakan motivasi penggugah, kala jarak dan waktu membuat kami terpisah. Keluarga adalah segalanya, prioritas dari cita-cita yang engkau punya.

Memiliki orang-orang yang bersedia meluangkan waktu demi kebaikan hidup kita adalah penting, karena merekalah yang akan selalu ada disaat kondisi hidup kita sedang genting. Jauh lebih berharga jika orang orang-orang tersebut berasal dari keluarga, karena bentuk pertolongan mereka tak akan pernah dapat kita duga. Sebagaimana yang selalu saya dapatkan ketika saya merasakan kesulitan. Tiga wanita selalu ada, mendukung saya dengan cinta kasih dan doa.

Ibu saya bernama Suyati, Ibu mertua saya Sri Danayanti. Istri saya bernama Dessy, merekalah tiga wanita yang penuh kasih.

- aeplopyu [I Love U] -

Kamis, 08 November 2012

Pengawet Cinta

Pagi ini saya menemani istri berbelanja sayuran ke pasar. Semalam ia ngidam meminta jagung yang masih terbungkus daun dan masih ada bonggol di ujung. Menurutnya jagung yang langsung dibeli di pasar pastinya lebih segar. Daun dan bonggol yang masih melekat pada jagung merupakan pengawet alami, bukan pengawet buatan yang berbahaya bagi kesehatan.

"Popo merasa ndak? bukan hanya jagung, namun setiap hal ternyata membutuhkan pengawet biar lebih sehat, lebih enak, dan lebih tahan lama" Istri saya berkata. "Tapi po, sebaik-baiknya pengawet adalah yang alami. Kalo pengawet buatan itu diberikan karena dipaksakan, yang justru akan membuat kenikmatan menjadi rentan buat kesehatan" Seperti biasanya hari ini istri saya muncul menjadi Guru Kehidupan.

Apa yang dikatakan istri terus terpikirkan, seakan menjadi sebuah tamparan lembut inspirasi kehidupan. Ternyata konsep pengawet yang dikatakan oleh istri memang harus diterapkan disegala lini kehidupan, termasuk pernikahan.

Saya jadi teringat sebuah lirik lagu yang saya senandungkan ketika mengkhitbah istri:
"Agar cinta bersemi indah semaikanlah didalam dada keikhlasan untuk memaafkan segala kesalahan. Agar tiada dendam bersemayam, lapang dada untuk menerima segala perbedaan yang terjadi. Agar tiada kekecewaan dan lahir kebesaran jiwa. Menuju kemesraan yang menyegarkan hati dan canda-canda kecil menggelitik hati" (JV: Agar Cinta Bersemi Indah)

Pernikahan itu harus mampu dinikmati. Agar kenikmatan pernikahan bertahan lama tentunya dibutuhkan pengawet. Sebaik-baiknya pengawet adalah yang alami, dan pengawet alami adalah yang tidak dipaksakan dan berasal dari kerelaan hati. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw ketika tiap hari mengeluarkan canda kecil untuk istrinya aisyah ra. Menggoda, merayu, hingga memberikan julukan mesra khumairah (yang pipinya kemerah-merahan). Itu baru sedikit dari sekian banyak pengawet cinta kasih yang rasulullah saw lakukan.

Tidak usah memaksakan diri dalam memanjakan istri dengan memberikan kemewahan materi yang menyilaukan. Menyilaukan itu membutakan, membutakan itu menyesatkan, menyesatkan itu mematikan, sebagaimana pengawet buatan. Tapi jika kita mampu, PENTING membahagiakan istri dengan kemewahan sekali-kali.

Sebagaimana jagung itu tadi, lebih baik memberikan pengawet alami. Karena pengawet alami, rasa jagung ketika direbus sungguh nikmat manis sekali. Apalagi jika menyantapnya disuapi tangan penuh kasih, "Popo, sini Ubi suapin jagungnya sayang....." Haduh sungguh uenak tenan.


- aeplopyu {I Love U) -


Rabu, 07 November 2012

Saat Sikat Curhat

Suatu kala dini hari, disuatu toko perlengkapan kamar mandi. Tiga buah sikat terlihat asyik curhat bagaimana kesuksesan mereka dalam berbagi manfaat.

"Aku ini sikat PATUH ASA. Apa yang tuan butuhkan aku bisa." lantang sikat cuci membanggakan diri. "Aku memang diciptakan untuk menyikat pakaian ketika dicuci. Tapi aku juga bisa menyikat lantai kamar mandi. Aku bisa untuk menyikat bak mandi ketika dikuras. Aku bisa untuk menyikat ban mobil jika tuan mencucinya kala panas. Aku bahkan bisa untuk menyikat sayuran. Pokoknya aku bisa melakukan apa yang tuan butuhkan" Sahut sikat cuci merasa dirinya yang paling hebat.

"Iya kakak sikat cuci memang hebat. Tapi kan tetap saja kakak sikat cuci berharga murah" tukas sikat gigi tidak mau kalah. "Aku juga tidak kalah hebat sama kakak sikat cuci. Aku dibuat khusus untuk membersihkan gigi tuan, sehingga ia dapat terus menyantap makanan. Aku bisa digunakan untuk membersihkan perhiasan. Aku diciptakan untuk mengerjakan hal - hal istimewa dan aku berharga lebih mahal dari kakak sikat PATUH ASA" jumawa sikat gigi bercerita.

"Kakak berdua memang hebat. Tidak seperti aku yang hanya bermanfaat membersihkan tempat paling menjijikkan. Tempat tuan membuang kotoran" rendah diri si bungsu sikat kakus berkata. "Aku hanya bermanfaat membersihkan feses tuan. Menghilangkan bau pesing sehabis tuan kencing. Sehabis kalian digunakan tuan akan membersihkan lalu membelai tubuh kalian. Sedangkan aku, sehabis digunakan akan langsung dihempaskan atau tergantung diabaikan". Sikat kakus melanjutkan "Tapi sekalipun demikian aku bangga dengan totalitas yang aku berikan, sekalipun tuan tidak memperlakukanku secara istimewa" sikat kakus tersenyum bahagia.

Seketika suasana menjadi hening. Melihat hal tersebut peri baik hati bernama Poo Sikat Dol muncul mencoba menjadikan suasana kembali bening. Ia berkata "Tiap - tiap kalian adalah istimewa dan berharga mahal. Berbangga dengan apa yang kalian kerjakan itu penting, tapi juga ndak perlu sombong. Pun kalian tidak perlu minder dan malu akan pekerjaan yang kalian lakukan". Dan Suasana menjadi cair, ketiga sikatpun berjanji memberikan yang terbaik hingga waktu mereka berakhir.

Tidak perlu menyombongkan kesuksesan yang kita miliki, karena kesuksesan bukan dilihat dari seberapa banyak prestasi yang telah diraih, bukan pula bangga karena diperlakukan istimewa. Kesuksesan sejati merupakan totalitas memberikan manfaat, itulah nikmat yang mampu menjadikan hidup bersemangat.

- aeplopyu [I Love U] - 

Selasa, 06 November 2012

Beda Aliran

Saat jeda istirahat siang suatu pelatihan yang ditujukan untuk para dosen honorer salah satu universitas swasta terkemuka di Indonesia. Seorang dosen peserta menghampiri saya yang saat itu berencana untuk laporan pada Yang Maha Kuasa. Bernada setengah mengejek ia bertanya kepada saya "mobilnya yang mana mas?". Sembari melepas kaus kaki, saya menjawab "Oh saya ndak bawa mobil, saya kesini menggunakan sepeda motor, itu dia sepeda motor saya" jari saya menunjuk Jupi, sahabat setia saya.

Dosen tersebut hanya menyunggingkan senyum yang berporos ke sudut bibir kanannya. "Kalo saran saya, lain kali ngisi training bawa mobil mas, biar keren dan dihormati orang" nasehat laki-laki tersebut. "Dulu saya pernah hampir dapat tender besar proyek pendidikan untuk sekolah terkemuka di jakarta. Saya bela-belain pinjam mobil teman untuk datang ke sekolah tersebut, melihat bawaan saya, Kepala sekolah tersebut setuju untuk bekerjasama. Tinggal menunggu empat hari lagi untuk penandatangan kontrak kerjasamanya" cerita laki-laki tersebut.

Saya kemudian bertanya bagaimana kelanjutan kisahnya. Laki-laki tersebut melanjutkan "itu dia mas, celakanya ketika hari penandatangan teman saya lagi pergi keluar kota, mobilnya tentu dia bawa. Kelabakan saya cari rental mobil tapi ternyata gak ada yang sama persis mobil teman saya" laki - laki tersebut kembali bercerita dan seakan mengacuhkan ekspresi wajah saya yang sudah kebelet nabung di Bank TOTO.

"Yah, akhirnya saya kesana bawa motor. Sampai disana saya sempat melihat kepala sekolah tersebut. Saya disuruh menunggu lima belas menit. Kemudian seorang staff sekolah keluar dan menyampaikan mohon maaf kepala sekolah sedang sibuk dan tidak bisa menemui" mulutnya mulai berbusa - busa bercerita. 

"Lalu si staff tadi menyampaikan alasan yang gak masuk akal. Padahal dulu bilang sudah tidak ada masalah dengan kontrak kerjasamanya. Eh pas saya datang waktu itu bilangnya kepala sekolah masih sibuk dan belum sempat merevisi draft kerjasama yang menurutnya masih bermasalah. Saya yakin itu semua karena saya datang bawa motor" Laki - laki tersebut pun menunjuk motor new shogun SP warna hitam miliknya.

"Orang Indonesia itu masih melihat apa bawaan kita, Makanya kalo mau sukses jadi trainer dan dapat bayaran mahal bawaannya mas harus yang serba mahal. Ingat mas jujur menjalani profesi, malah bisa hancur dan bikin depresi" Laki - laki tersebut memberikan kesimpulan.

Saya pun akhirnya mendapatkan kesempatan berbicara. Sembari ngempit Si Agung yang segera ingin nabung, saya bertanya sederhana "Pak Dosen, yang berbicara didepan, mobil atau manusia? lalu mana yang lebih istimewa dan berharga mahal, mobil atau manusia? Mana yang merupakan masterpiece kehidupan sesungguhnya mobil atau manusia?"

"Nah mungkin itu yang menjadi permasalahan, Seringkali beberapa orang dan mungkin Pak Dosen menjalani kesepakatan atau bahkan kehidupan dengan sesuatu yang palsu dan memaksakan. Saya ndak malu mengakui bahwa kemana-mana saya mengendarai motor, karena kemampuan saya baru bisa beli motor. Daripada saya omong besar sesumbar dengan memamerkan apa yang bukan kemampuan dan bawaan saya. Lebih baik apa adanya, karena sejatinya kita adalah masterpiece kehidupan. Lebih berharga dan lebih mahal, satu-satunya dan istimewa daripada mobil atau apapun yang kita bawa"  Saya pun menuju Jupi, mencium motor saya yang berada hanya lima langkah di depan.

Mendapat rezeki dan dibayar mahal dari profesi yang kita jalani itu adalah bonus. Tapi kenikmatan menyalurkan hobi melalui profesi itu bawaan yang ndak akan pernah hangus. Maaf ya Pak Dosen kita beda aliran....

- aeplopyu [I Love U] - 


Senin, 05 November 2012

Terima Kasih Ingus

Setelah cukup istirahat akhirnya tubuh saya sudah mulai bisa bersahabat dengan flu yang sedang bertamu. Memenuhi hobi, pagi hari seusai mengantar istri ke kampus, saya lajukan Jupi menuju daerah Pondok Gede untuk berbagi guyu dan inspirasi. Lewat tengah hari saya menyegerakan diri untuk segera pulang dan beristirahat, dengan harapan amanah menikmati hobi yang sudah dijadwalkan seminggu ini dapat terlaksana seluruhnya.

Fffuhh... udara siang tadi sangat tidak bersahabat, berselimutkan keringat saya harus bertarung dengan asap knalpot yang jahat. Mengendarai Jupi, membonceng istri, pusing akibat flu semakin menjadi-jadi. Pusing yang dirasa membuat saya sudah tidak tahan lagi, ini ingus mendesak berkeliaran berusaha keluar membanjiri dua lapis masker yang saya kenakan. Ah ya sudahlah, akhirnya saya biarkan ia berlabuh dan menjadi pendingin alami wajah yang terbakar panas mentari.

Sampai dirumah akhirnya saya melepas masker yang saya kenakan. Gugus ingus dan nikmat keringat terlihat sudah membanjiri masker dan sapu tangan. Istri saya tertawa cekikikan melihat polah saya yang tak ambil pusing, heran melihat saya malah sumringah layaknya orang sinting.

Beberapa dari anda mungkin akan beranggapan bahwa tulisan saya jorok dan menjijikkan. Tapi mari melihat dari sisi positifnya. Tulisan ini justru merupakan wujud kebersyukuran saya terhadap ingus yang mengajarkan tentang arti kebaikan. Saya bersyukur bahwa ketika saya mengalami flu adalah ingus yang keluar dari hidung saya. Bayangkan jika saatnya anda flu ternyata yang keluar dari hidung anda adalah darah, justru itu akan menjadi masalah. Ketika flu dan hidung anda mengeluarkan ingus berarti itu pertanda yang bagus.

See, ternyata ingus juga mampu menjadi guru kehidupan. Ia mengajarkan untuk melihat sisi positif dari suatu kejadian. Terima kasih ingus....

- aeplopyu [I Love U] - 

Minggu, 04 November 2012

Prioritas Hidup

Minggu siang akhirnya saya mengantarkan Si Jupi, kuda besi dan sahabat paling setia ke bengkel resmi untuk diservis. Saya memang akhirnya harus meluangkan waktu mengantar Jupi ke bengkel resmi karena saya merasa performanya akhir-akhir ini semakin kurang prima. Jujur terakhir kali saya membawanya ke bengkel resmi adalah satu tahun lalu ketika dia memang harus mengalami servis besar.

Mekanik bengkel tersebut begitu cekatan menangani Jupi. Saking cekatannya, mekanik tersebut menemukan berbagai macam penyakit dalam tubuh Jupi, penyakit yang sudah tertimbun selama satu tahun. Selama ini saya menganggap enteng jika Jupi sedikit rewel. "Ah cuma begini.. Ah cuma begitu... masih bisa... besok - besok ajah... hajar ajah.." seringkali saya berpikir demikian.

Mengetahui begitu banyak penyakit yang menjangkiti Jupi saya jadi merasa bersalah. Jikalau saja saya dulu lebih perhatian pasti Jupi akan jauh lebih sehat. Jikalau saja saya lebih pengertian pasti ongkos perbaikannya tidak akan sebesar tadi...he..he..he...

Pengalaman saya dengan Jupi tadi siang memberikan sebuah pelajaran penting: kesehatan itu harus jadi PRIORITAS hidup. Seringkali kita memaksakan tubuh untuk terus bekerja - bekerja - bekerja sekalipun kondisi onderdil dan sistem tubuh kurang menunjang. Seringkali kita menganggap sepele tanda - tanda "rewel" nya tubuh, padahal tubuh mengisyaratkan kapan kita harus istirahat, kapan kita harus berobat, hingga kapan tubuh kita bisa melaju cepat. Kita lebih memprioritaskan apa yang bisa dihasilkan tubuh, dan menganggap lalu kondisinya yang sedang rapuh.

Dengan tidak berorientasi sesaat dan menjadikan tubuh agar lebih sehat, pasti kita akan memiliki kesuksesan yang melesat.

- aeplopyu [I Love U] - 


Bijak Berhajat

Pulang dari bermalam mingguan semalam, kami melalui jalan raya bogor. Satu kilometer memasuki pertigaan Cilodong kami harus menghadapi kemacetan yang luar biasa parah. Kondisi semakin sempurna ketika hujan pun ikut turun mengisi sedikit ruang sempit kemacetan, membuat saya dan istri sedikit kedinginan.

Usut punya usut ternyata yang menjadi biang keladi kemacetan adalah adanya hajatan pernikahan yang berjarak seratus meter dari pertigaan Cilodong. Terdapatnya tamu undangan yang parkir sembarangan di bibir jalan, ditambah ketidakmampuan panitia dalam mengatur arus lalu lintas di jalan besar seperti raya bogor membuat kemacetan hingga hampir tiga kilometer.

Seiring dengan lagu "Kuda lumping ala Elvi Sukaesih" yang dinyanyikan oleh biduan panggung pada hajatan tersebut, orang - orang terdengar mulai mengeluhkan kemacetan. Membunyikan klakson bergantian, bahkan tak mau kalah dengan kendaraannya, beberapa juga terdengar membunyikan sumpah serapah cacian dari mulut mereka yang ditujukan kepada hajatan tersebut. 

Mendengar "hal perusak molekul air dalam tubuh tersebut" saya mencoba mengalihkan pendengaran saya dan istri dengan ikut melantunkan lagu dan berpolah layaknya biduan tadi. Sehingga ketika orang lain asyik orasi serapah, saya dan istri malah tertawa-tawa sembari melajukan pelan motor kami. 

Aduhai kasian..kasian...kasian... yang punya hajat. Memang yang punya hajat mendapat banyak doa dari para tamu undangan. Tapi selain itu, jika dikalkulasikan ternyata yang punya hajat  lebih banyak mendapat sumpah serapah cacian dari para tamu yang tak diundang, para pengguna jalan raya bogor. Coba pikirkan berapa ribu jiwa yang menggunakan jalan raya bogor dan menjadi korban kemacetan tersebut.

Bijaklah dalam berhajat. Ketika kita hendak memiliki hajat akan lebih baik jika hajatan tersebut dipikirkan sedemikian rupa sehingga tidak menganiaya hak orang lain. Karena jika sampai menganiaya hak orang, akan muncul sumpah serapah yang justru akan mengurangi keberkahan nilai hajatan tersebut.

- aeplopyu [I love U] -


Jumat, 02 November 2012

Beauty In The Beast

Kedua orang tua dan adik saya memiliki sebuah kebiasaan yang menurut saya menjijikkan yaitu doyan makan pete (petai). Lebih baik saya makan nasi lauk garam daripada harus ikut duduk mereka bertiga yang asyik graus sayuran menjijikkan tersebut. Saya akan lebih uring-uringan lagi ketika kamar mandi rumah kami menjadi lahan ranjau genosida aroma tak sedap pete. Alamak, pokoknya dipikiran saya pete itu  "monster" menjijikkan dan haram masuk ke dalam kerongkongan saya.

Tapi baru saja pikiran saya tersebut menggelepar ditabrak paksa oleh sang monster alias si pete itu tadi. Ceritanya, tetangga saya memberikan dua papan pete yang sudah dua hari tergeletak di rumah terabaikan oleh saya dan istri. Namun, hati saya jadi tergugah tak tega menyengsarakan nasib si pete. Akhirnya saya meminta istri untuk mengolahnya. Istri pun memasakkan sambel goreng pete yang tidak pernah ia masak sebelumnya karena memang saya tidak pernah memintanya.

"Kres..krenyes..krenyes" itu pete saya paksa terkunyah didalam mulut dan harus saya akui ternyata rasanya nikmat. Ketika saya telusuri ternyata pete juga memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai pereda stress dan penyeimbang kadar gula darah. Eh, ternyata dibalik monster "genosida" menjijikkan bernama pete terdapat keindahan manfaat.

Apa yang terjadi antara pete dengan saya pastilah hanya secuil kecil dari banyak contoh metafora keindahan menikmati hidup. Tapi setidaknya dari petikan kisah tersebut terdapat sebuah pembelajaran. Bukankah kita juga sering berprasangka buruk sekalipun kita belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu tersebut. Padahal Tuhan tidak menciptakan sesuatu dalam kesia-siaan. Setiap sesuatu di alam semesta baik benda, makhluk, kebijakan, atau apapun pastinya memiliki kebaikan dibalik keburukannya. Believe it, There's a beauty in the beast.

Dan mulai hari ini saya pun mulai berevolusi, bukan hanya menjadi manusia Homo Sapiens (pemakan daging sapi), namun juga menjadi manusia Petecantropus Javanicus (pemuda jawa yang menyukai pete).

- aeplopyu [ I Love U] -