Setelah cukup istirahat akhirnya tubuh saya sudah mulai bisa bersahabat dengan flu yang sedang bertamu. Memenuhi hobi, pagi hari seusai mengantar istri ke kampus, saya lajukan Jupi menuju daerah Pondok Gede untuk berbagi guyu dan inspirasi. Lewat tengah hari saya menyegerakan diri untuk segera pulang dan beristirahat, dengan harapan amanah menikmati hobi yang sudah dijadwalkan seminggu ini dapat terlaksana seluruhnya.
Fffuhh... udara siang tadi sangat tidak bersahabat, berselimutkan keringat saya harus bertarung dengan asap knalpot yang jahat. Mengendarai Jupi, membonceng istri, pusing akibat flu semakin menjadi-jadi. Pusing yang dirasa membuat saya sudah tidak tahan lagi, ini ingus mendesak berkeliaran berusaha keluar membanjiri dua lapis masker yang saya kenakan. Ah ya sudahlah, akhirnya saya biarkan ia berlabuh dan menjadi pendingin alami wajah yang terbakar panas mentari.
Sampai dirumah akhirnya saya melepas masker yang saya kenakan. Gugus ingus dan nikmat keringat terlihat sudah membanjiri masker dan sapu tangan. Istri saya tertawa cekikikan melihat polah saya yang tak ambil pusing, heran melihat saya malah sumringah layaknya orang sinting.
Beberapa dari anda mungkin akan beranggapan bahwa tulisan saya jorok dan menjijikkan. Tapi mari melihat dari sisi positifnya. Tulisan ini justru merupakan wujud kebersyukuran saya terhadap ingus yang mengajarkan tentang arti kebaikan. Saya bersyukur bahwa ketika saya mengalami flu adalah ingus yang keluar dari hidung saya. Bayangkan jika saatnya anda flu ternyata yang keluar dari hidung anda adalah darah, justru itu akan menjadi masalah. Ketika flu dan hidung anda mengeluarkan ingus berarti itu pertanda yang bagus.
See, ternyata ingus juga mampu menjadi guru kehidupan. Ia mengajarkan untuk melihat sisi positif dari suatu kejadian. Terima kasih ingus....
- aeplopyu [I Love U] -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar