Sang Ibu yang tengah lelah melahirkan sang putra, terhenyak karena suara pertama yang keluar dari bayinya bukan "oek..oek..oek..". Berkonsentrasi Sang Ibu mencoba mendengarkan lirih suara bayi prematur tersebut dan terdengar suara "aep...aep...aep".
"Lho le, kok suaramu aep...aep...aep...?" tanya Sang Ibu. "Oh mungkin itu pertanda agar Ibu menamakanmu aep ya? Tapi kamu kan keturunan jawa timur masa namanya aep?" Sang Ibu mengajak diskusi bayi yang tengah asyik ngompol dipelukannya.
Singkat cerita Sang Ibu kemudian berdiskusi dengan Sang Ayah. Tanpa menghilangkan keistimewaan nama "aep", akhirnya mereka sepakat menamakan bayi tersebut Arief Eko Prasetyo yang jika disingkat menjadi AEP. Seorang laki-laki yang diharapkan berilmu dan bijak dalam memenuhi janji pada Yang Satu.
Memangnya siapa itu Yang Satu? Yang Satu disini adalah Yang Maha Esa, Tuhan yang memiliki kekuasaan dalam menciptakan dan memusnahkan alam semesta. Lalu punya janji apa? Konon katanya sebelum setiap ruh dilahirkan ke dunia, masing-masing mereka diikat janji oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala mentasbihkan diri sebagai hambaNya dan untuk menjadi sebaik-baiknya kebermanfaatan bagi alam semesta.
Laki - laki yang terlahir prematur tadi memang memiliki fisik yang lemah dan selalu sakit-sakitan. Gelombang pasang ujian pun tak berhenti mendera rentan jiwa dan rapuh tubuhnya. Seperti pada suatu tahun dua ribu tujuh masehi ia mendapat tsunami kehidupan hingga kemudian menurut para manusia yang katanya ahli kesehatan, nyawanya sudah tiada. Namun ternyata Yang Maha Punya berkendak memberikan kesempatan kedua. Kesempatan untuk menyempurnakan janji kepadaNya.
Laki-laki tersebut kini mendedikasikan diri untuk menjadi sebaik-baiknya kebermanfaatan bagi alam semesta. Memang bukan dengan melakukan dan menjadi hal yang besar. Laki - laki tersebut menghargai kesempatan kedua yang diberikan dengan menjadi seorang Guyutainer. Menginspirasi manusia meraih kebahagiaan hidup dengan cara menertawakan hidupnya. Menyajikan inspirasi dalam #StandUp Entertainment, bukan hanya mengukir tawa, tapi juga menginspirasi dan berbagi gairah menggapai visi hidup dalam senandung, kidung, dan kejenakaan.
Guyu itu lebih dari sekedar tawa, tapi bukan ngakak terbahak-bahak. Guyu merupakan simbolisasi dari kebahagiaan. Kebahagiaan yang dapat diraih melalui Hidup Meraih dan Hidup Berbagi.