Saya selalu tersenyum miris jika melihat seorang yang mendedikasikan diri untuk mendidik dan membantu orang lain mendapat kehidupan terbaiknya, ternyata masih berlaku harus dipentingkan. Hal paling sederhana yang seringkali masih saya dapati mindset "GUE" harus dipentingkan, adalah ketika saya bersama tim dalam sebuah pelatihan menjalani rutinitas makan di waktu siang (sengaja saya tulis demikian karena nanti jika saya tulis makan siang ada yang protes: siang kok dimakan...hehehe).
Biasanya dalam sebuah acara pelatihan sederhana dan ala kadarnya, kami akan mendapat jatah makan di waktu siang dalam sebuah boks kardus. Saya paling jengkel jika seorang fasilitator yang mengambil boks kardus, membukanya untuk melihat apakah lauk kesukaan yang terdapat didalam boks sesuai selera atau tidak. Jika tidak dia akan mengembalikannya, mencari boks lain dan begitu seterusnya sampai seleranya terpenuhi.
Mengapa saya jengkel, karena seringkali fasilitator tersebut dengan seenak congornya beralasan dan mengabaikan keluhan teman setim demi egoisme bernama kepuasan. "Ikh kok milih-milih gitu sih? orang lain jadi seperti dapat sisaan. Gak sopan" setidaknya itu tamparan kepekaan sosial yang sering dikumandangkan kepada oknum yang kurang peka sosial atau dalam bahasa jawa disebut sebagai pekok.
Bagi saya memalukan, jika ada orang yang mendedikasikan diri dan membantu orang lain meningkatkan harga diri dan respon sosial, teryata ilmu yang diajarkan tidak teraplikasikan dalam keseharian yang ia jalani. Mulailah dari hal kecil dan sederhana seperti menghargai makanan. Menjadi pick eater karena alasan kesehatan atau alergi memang diperbolehkan. Tapi bila menjadi pick eater karena merasa harus dipentingkan, please deh malu sama apa yang diucapkan, mending ngungsi sana ke hutan.
Percaya deh, orang yang merasa "GUE" harus selalu dipentingkan, maka pasti kepuasan yang ia nikmati tidak akan bertahan lama. Karena ia memperoleh kepuasan dengan mengesampingkan kebutuhan orang lain yang mungkin teraniaya dengan caranya mendapat kepuasan tersebut.
Ingat! Hal-hal kecil merupakan bagian penting dan penguat dari hal yang besar. Seperti pasir yang mengokohkan bangunan. Kepuasan yang kita raih akan terasa kopong dan rentan, jika kita memperolehnya dengan cara ketidakpedulian.
Rasulullah saw bahkan mengajarkan ambillah makanan yang tersaji berada paling dekat denganmu, karena itu merupakan bentuk kebersyukuran jua menghargai perasaan orang yang ada disekitarmu. So, mari menghargai orang lain, dengan menghargai makanan.
-aeplopyu [I Love U]-
-------------------------------------------
Ingin berbincang dan bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar