"Popo merasa ndak? bukan hanya jagung, namun setiap hal ternyata membutuhkan pengawet biar lebih sehat, lebih enak, dan lebih tahan lama" Istri saya berkata. "Tapi po, sebaik-baiknya pengawet adalah yang alami. Kalo pengawet buatan itu diberikan karena dipaksakan, yang justru akan membuat kenikmatan menjadi rentan buat kesehatan" Seperti biasanya hari ini istri saya muncul menjadi Guru Kehidupan.
Apa yang dikatakan istri terus terpikirkan, seakan menjadi sebuah tamparan lembut inspirasi kehidupan. Ternyata konsep pengawet yang dikatakan oleh istri memang harus diterapkan disegala lini kehidupan, termasuk pernikahan.
Saya jadi teringat sebuah lirik lagu yang saya senandungkan ketika mengkhitbah istri:
"Agar cinta bersemi indah semaikanlah didalam dada keikhlasan untuk memaafkan segala kesalahan. Agar tiada dendam bersemayam, lapang dada untuk menerima segala perbedaan yang terjadi. Agar tiada kekecewaan dan lahir kebesaran jiwa. Menuju kemesraan yang menyegarkan hati dan canda-canda kecil menggelitik hati" (JV: Agar Cinta Bersemi Indah)
Pernikahan itu harus mampu dinikmati. Agar kenikmatan pernikahan bertahan lama tentunya dibutuhkan pengawet. Sebaik-baiknya pengawet adalah yang alami, dan pengawet alami adalah yang tidak dipaksakan dan berasal dari kerelaan hati. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw ketika tiap hari mengeluarkan canda kecil untuk istrinya aisyah ra. Menggoda, merayu, hingga memberikan julukan mesra khumairah (yang pipinya kemerah-merahan). Itu baru sedikit dari sekian banyak pengawet cinta kasih yang rasulullah saw lakukan.
Tidak usah memaksakan diri dalam memanjakan istri dengan memberikan kemewahan materi yang menyilaukan. Menyilaukan itu membutakan, membutakan itu menyesatkan, menyesatkan itu mematikan, sebagaimana pengawet buatan. Tapi jika kita mampu, PENTING membahagiakan istri dengan kemewahan sekali-kali.
Sebagaimana jagung itu tadi, lebih baik memberikan pengawet alami. Karena pengawet alami, rasa jagung ketika direbus sungguh nikmat manis sekali. Apalagi jika menyantapnya disuapi tangan penuh kasih, "Popo, sini Ubi suapin jagungnya sayang....." Haduh sungguh uenak tenan.
- aeplopyu {I Love U) -
Apa yang dikatakan istri terus terpikirkan, seakan menjadi sebuah tamparan lembut inspirasi kehidupan. Ternyata konsep pengawet yang dikatakan oleh istri memang harus diterapkan disegala lini kehidupan, termasuk pernikahan.
Saya jadi teringat sebuah lirik lagu yang saya senandungkan ketika mengkhitbah istri:
"Agar cinta bersemi indah semaikanlah didalam dada keikhlasan untuk memaafkan segala kesalahan. Agar tiada dendam bersemayam, lapang dada untuk menerima segala perbedaan yang terjadi. Agar tiada kekecewaan dan lahir kebesaran jiwa. Menuju kemesraan yang menyegarkan hati dan canda-canda kecil menggelitik hati" (JV: Agar Cinta Bersemi Indah)
Pernikahan itu harus mampu dinikmati. Agar kenikmatan pernikahan bertahan lama tentunya dibutuhkan pengawet. Sebaik-baiknya pengawet adalah yang alami, dan pengawet alami adalah yang tidak dipaksakan dan berasal dari kerelaan hati. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw ketika tiap hari mengeluarkan canda kecil untuk istrinya aisyah ra. Menggoda, merayu, hingga memberikan julukan mesra khumairah (yang pipinya kemerah-merahan). Itu baru sedikit dari sekian banyak pengawet cinta kasih yang rasulullah saw lakukan.
Tidak usah memaksakan diri dalam memanjakan istri dengan memberikan kemewahan materi yang menyilaukan. Menyilaukan itu membutakan, membutakan itu menyesatkan, menyesatkan itu mematikan, sebagaimana pengawet buatan. Tapi jika kita mampu, PENTING membahagiakan istri dengan kemewahan sekali-kali.
Sebagaimana jagung itu tadi, lebih baik memberikan pengawet alami. Karena pengawet alami, rasa jagung ketika direbus sungguh nikmat manis sekali. Apalagi jika menyantapnya disuapi tangan penuh kasih, "Popo, sini Ubi suapin jagungnya sayang....." Haduh sungguh uenak tenan.
- aeplopyu {I Love U) -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar