Minggu, 30 Desember 2012

Belajar Ikhlas Dari Kehilangan


Dua hari ini alhamdulillah energi negatif atas keburukan yang pernah dilakukan secara sadar maupun khilaf akhirnya cair. Kemarin lusa, di pusat perbelanjaan di bilangan Cibinong saya kehilangan amplop berisi rupiah yang hendak saya gunakan untuk membayar belanja bulanan. Setelah mencari kesana kemari akhirnya usaha saya tidak membuahkan hasil, karena memang percuma kondisi pusat perbelanjaan saat itu penuh dengan orang yang berbelanja dan antri untuk membayar. Karena sudah berusaha dan tidak membuahkan hasil akhirnya saya berusaha legowo dan membayar debit dengan satu-satunya kartu ATM Bank syariah yang saya miliki.

Tiba dirumah saya disambut dengan tayangan Chating dengan YM disalah satu televisi swasta nasional. Dan ajaibnya, saat itu Sang Ustadz tengah bernasehat "enakan dapat duit apa kehilangan duit?....enakan kehilangan duit, karena kalo kita kehilangan duit bakalan dapat ganti yang lebih gede, asalkan ikhlas" Eladhala mungkin ini pengingat dan penghibur yang Allah langsung berikan terhadap apa yang baru saja saya alami. Saya pun akhirnya menikmati kehilangan saya malam itu.

Esok siangnya alias kemarin, saya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di Depok dengan niat membelikan hadiah bagi keponakan yang sedang berbahagia berbahagia arena usianya bertambah. Karena tidak membawa uang tunai, saya pun menuju ATM Center untuk mengambil uang sekaligus berniat menunaikan janji saya untuk sedekah atas tiap penghasilan yang saya peroleh. Dikarenakan ditempat tersebut tidak terdapat mesin ATM dari Bank syariah tempat rekening saya, saya pun menggunakan mesin ATM BRI yang mendukung penggunaan jaringan ATM bersama.

Saya langsung menuju menu pembayaran untuk sedekah dan alhamdulillah "Mohon maaf layanan tidak tersedia untuk kartu anda". "eladahala kok aneh" gumam saya dalam hati. Mesin ATM tersebut belum selesai bicara, teks selanjutnya adalah "demi keamanan kartu anda kami tahan". "hah...tobat...tobit..tobil..." hal tersebut membuat emosi saya sempat mendidih.

Merasa dirugikan sayapun menelepon customer service kedua bank terkait. Dengan perasaan kesal saya mengutarakan bahwa saya hendak membahagiakan keluarga di tahun baru, tapi satu-satunya alat transaksi saya ditelan karena mal fungsi sistem ATM. "masa saya yang harus menanggung akibatnya?" tanya saya. Sayapun mendapat jawaban "Begini saja pak, silahkan bapak mengambil uang secara manual dengan membawa buku tabungan ke cabang kami yang terdekat" jawab customer service officer. Hal ini malah membuat saya kesal "Mas, sekarang hari sabtu cabang terdekat mana yang buka?" tanya saya dengan ngelus-ngelus dada. "Oh iya pak maaf, kalo begitu hari Rabu bapak silahkan ke kantor cabang terdeka kami" jawabnya.nAkhirnya setelah menyampaikan permintaan blokir kartu ATM dan berterima kasih kerena tidak memberikan solusi, dengan mangkel saya tutup telepon sebelum pembicaraan kami selesai.

Astagfirullah al adzim, sungguh saya telah malu karena ternyata saya malah menambah tabungan energi negatif, karena telah berlaku buruk dengan kesal dan melampiaskan marah pada sang customer service. Padahal bisa saja sebenarnya apa yang saya alami merupakan ujian terhadap keihlasan saya terhadap kehilangan.

Menjadi orang yang ikhlas ternyata memang berat, karena pasti akan ada rentetan dan runtutan kejadian yang akan menguji kebesaran jiwa dan kelapangan dada untuk ikhlas. Tapi akhirnya saya menyadari dan terus mengafirmasi hingga pagi ini bahwa dalam tiap ujian dan musibah merupakan wujud cinta Allah terhadap kita. Lagipula tidak ada yang terjadi secara kebetulan ataupun percuma. Apa yang terjadi pada kita merupakan hasil dari tiap perbuatan yang kita lakukan.

Pun tidak akan percuma, karena tiap musibah yang kita rasakan akan meringankan catatan keburukan, dan insyaallah akan berbuah kebaikan di kemudian hari. Begitupun jika kita mendapat keberuntungan atau kemudahan, bisa saja itu merupakan "uang muka" terhadap musibah di kemudian hari, jadi banyak-banyaklah sedekah energi: berbuat kebaikan sebagai wujud "terima dan kasih" atas cinta yang Allah berikan.

-aeplopyu [I Love U]-

---------------------------------------
Ingin berbincang & bersama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Kamis, 27 Desember 2012

Nilai Yang Melebihi Harga


Saya memiliki langganan optik di pusat perbelanjaan di bilangan Cempaka Putih semenjak tahun dua ribu enam. Optik tersebut menjual kacamata dengan kualitas atas namun dengan harga sangat bersahabat, jauh lebih bersahabat daripada optik-optik ternama yang menjual produk sejenis. Bersahabat disini maksudnya bukan hanya dari segi harga  namun juga dari segi pelayanan . 

Semenjak tahun dua ribu enam saya selalu terpuaskan jika membeli kacamata di optik ini. Namun kunjungan terakhir membuat saya kecewa, seperti biasa karena melihat hampir keseluruhan manajemen baru dan orang baru saya berbelanja menggunakan profil Sutikno: sosok ndeso yang hendak membeli kacamata. Aspek keramahan dalam pelayanan hilang total, sang manager berlogat ketus dalam melayani, yang akhirnya berimbas kepada para frontlinernya. Hanya ada satu orang operator teknisi yang masih mengenali saya dan tetap melayani dengan ramah. Melihat ketidaknyamanan saya, sang teknisi tersebut menyarankan agar saya berkunjung ke gerai satunya yang terletak di pusat perbelanjaan di bilangan Senen.

Kemarin akhirnya saya menuju ke tempat yang dimaksud, dan sengaja karena tempat dan orang baru saya menggunakan setelan Sutikno: menggunakan celana bahan yang sudah kusam, kaos oblong, dan logat jawa medok. Hal ini saya lakukan karena saya mencari vendor yang benar-benar mau melayani dengan sepenuh hati dalam memuaskan pelanggannya, tak peduli siapapun dan apapun penampakan strata ekonomi sosialnya. Namun apa daya, ternyata saya mendapat pelayanan yang sama sebagaimana yang saya alami di gerai sebelumnya. Kecewa dengan brand optik tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk mencari vendor lain dan akhirnya mendapatkan satu gerai tujuan.

Saya sengaja mengamati untuk beberapa saat, memastikan bagaimana pelayanan di gerai tersebut. Akhirnya tetap dengan setelan Sutikno saya menghampiri gerai tersebut. Luar biasa hati ini begitu tersanjung dengan first impression yang diberikan para front liners. Sebagai orang kampung saya merasa benar-benar diperlakukan layaknya seorang kekasih: Ingat pembeli bukanlah lagi Raja, melainkan kekasih yang harus dilayani dengan tulus dan sepenuh hati, jaga ia sehingga tidak akan selingkuh ke lain hati.

Karena merasa cocok dengan kualitas pelayanan yang diberikan, sayapun sepakat untuk membeli sebuah kacamata. Saya akhirnya merogoh kocek untuk membayar, meski sebenarnya saya tahu benar harga yang diberikan masih kemahalan. Namun saya rela membayar dengan harga tersebut, karena saya mengeluarkan uang bukan hanya untuk kacamata, namun pelayanan yang luar biasa prima: kekeluargaan para front liners, pesanan saya selesai hanya dalam  waktu dua puluh menit dan dalam kualitas pengerjaan terbaik, ditambah lagi saya mendapat banyak bonus gimmick. Sebagai hadiah untuk para front liner akhirnya saya melakukan sedikit stand up comedy, yang alhamdulillah mampu menghadirkan guyu bahagia bukan hanya bagi mereka, tapi juga para customer lainnya.

Sahabat Guyu yuk berikan pelayanan terbaik bukan hanya bagi kepuasan pelanggan namun juga pembeli yang baru datang. Perlakukan mereka layaknya kekasih, sehingga mereka menjadi loyal dan menyadari bahwa mereka mendapat nilai melebihi dari harga yang mereka bayar.

-aeplopyu [I Love U]-

------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Rabu, 26 Desember 2012

Lihat Kebunku Penuh Dengan Posko


Gubernur Baru DKI Jakarta membuat sebuat terobosan baru dalam pelajaran sedekah energi. Jokowi menerbitkan keputusan bahwa partai politik dilarang mendirikan posko disekitar area yang terkena bencana. Alasannya sederhana karena kehadiran posko partai politik dinilai tidak efektif meringankan kesulitan hidup korban bencana.Posko hadir lebih karena upaya branding dan perjuangan vote gathering.

Saya semilyar sepakat dengan kebijakan Gubernur DKI tersebut. Sekalipun beliau bisa menempati kursi kepemimpinan dengan kendaraan partai politik, tapi dalam hal pengabdian fokusnya adalah kepada rakyat bukan kepada partai politik: rakyat harus diberdayakan, bukan diperdayakan. 

"Lihat kebunku penuh dengan posko
biru dan putih dan ada yang merah
kuning dan hijau jua tak mau kalah
sedikit memberi dan minta pilih saya"
[disenandungkan ala lagu kebunku]


Kekurangan maupun kesulitan seseorang jangan sampai dijadikan objek manipulasi kepentingan. Jika hal demikian dilakukan, percayalah nilai kebermanfaatan akan berkurang. Pun suatu saat bukannya keberlimpahan pencairan energi kebaikan yang kita dapat, justru rentetan musibah yang akan datang menimpa.

-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Selasa, 25 Desember 2012

Sebelum Keringat Mengering

Sebagai pimpinan di salah satu perusahaan ritel, dulu saya sangat perhitungan dalam menentukan besaran kesejahteraan staf saya. Begitupun sebagai salah satu pemilik usaha waralaba, dulu saya juga begitu perhitungan dalam memberikan besaran gaji karyawan. Namun semua itu berubah ketika saya mengkaji benar keindahan kebenaran kalam Allah yang terdapat dalam kitab suci Al Quran [99: 7-8].

Kebaikan sekecil apapun pasti akan mendapat ganjaran, pun keburukan sekecil apapun akan mendapat balasan. Karena hukum semesta tersebutlah sedapat mungkin saya bertekad untuk lebih banyak menanam benih kebaikan, termasuk dalam hal mensejahterakan orang lain.

Kini saya menggeluti berpetualang di dunia pengembangan sumber daya manusia. Dalam beberapa kesempatan saya akan meminta bantuan kepada beberapa orang teman sebagai trainer ataupun fasilitator pendamping. Secara profesional saya akan menyampaikan besaran kesejahteraan yang akan didapat dan kapan hal tersebut akan diberikan, bahkan jika kewajiban mereka sudah terpenuhi, sebisa mungkin saya segera menyampaikan hak mereka. Saya berprinsip jangan sampai mereka merasa terdzalimi ketika keringat mereka sudah mengering namun imbal jasa belum juga diberikan.

Memang benar tentunya kita akan mendidik rekanan kerja kita untuk tidak terlalu menuntut kesejateraan semata dan berargumen bahwa itu akan menjadi catatan penting dalam rekening tabungan energi kebaikan mereka. Namun harus diingat, jangan sampai alasan tersebut diatas dijadikan sebagai pemakluman terhadap ketidakadilan yang kita lakukan. Jika hal tersebut selalu anda lakukan maka itu akan menjadi catatan dalam rekening tabungan energi negatif, yang pasti akan cair suatu saat.

Nah, bagi anda yang seringkali dzalim dengan memanipulasi hak kesejahteraan rekanan kerja bahkan menggantung hak dalam ketidakjelasan hingga "keringat mereka mengering", lekas-lekaslah bertobat ya. Ingat prinsip jika mau kaya , maka kayakanlah orang lain, jika ingin pintar maka pintarkanlah orang lain, jika ingin dicinta maka cintailah orang lain.

-aeplopyu [I Love U]-

------------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Senin, 24 Desember 2012

Dibalik Penundaan Doa


Dalam Shaidul Khatir, Imam Ibnu Al Jauziy berkisah bahwasanya pada suatu ketika beliau ditimpa musibah, maka berdoalah beliau dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi lama-kelamaan beliau tak kunjung mendapati jawaban doanya. Dalam kegelisahannya mulailah iblis menebar tipu daya pada hati Sang Imam.

Lama Sang Imam dirundung kegetiran karena kesedihannya belum juga terobati. Jiwanya pun semakin dirundung duka. "Hapuslah kegelisahanmu wahai jiwaku! Dia tidak akan menunda kecuali ingi  menguji ketabahanmu dalam menghadapi musuhmu, agar engkau menjadi tangguh" Hibur Sang Imam kepada jiwanya.

Kemudia Sang Imam memberi penjelasan sebagai pengibur jiwanya, alasan mengapa doa belum juga terkabulkan. Menurut Sang Imam ada empat penyebab utama mengapa doa belum dikabulkan, yaitu:
[pertama] Sang Rabbi adalah Maha Raja yang memiliki kekuasaan dan wewenang untuk memberi ataupun tidak memberi. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menentang kekuasaan-Nya, so keeping ikhlas.

[kedua] Mungkin kita menilai sesuatu buruk dalam pandangan kita, namun sebenarnya dibalik itu ada hikmah yang tidak kita ketahui, so be patient please
[ketiga] Bisa saja pengabulan doa ditunda demi suatu kemaslahatan, sementara jika doa segera dikabulkan akan menimbulkan bahaya, so be positif thinking.
[keempat] Bisa saja doa tertolak lantaran aib yang kita simpan, sesuatu yang syubhat dalam apa yang kita makan, hati lalai ketika berdoa, atau karena kita tidak sungguh-sungguh dalam bertaubat atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, so fix your self.

Terkadang kita menganggap bahwa ketetapan Tuhan itu nyeleneh. Namun tetaplah berpikir positif terhadapNya dan jangan pernah berputus asa padaNya.

-aeplopyu [I Love U]-

--------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Jumat, 21 Desember 2012

Bijak Dalam Bersyukur

Kemarin saya mendapat undangan tasyakuran khitan putra salah seorang  warga. Didalam undangan tertulis bahwa acara dilangsungkan dari ba'da dzuhur hingga ba'da isya, serta turut mengundang wakil wali kota dan jajaran muspida salah satu kota administratif di jawa barat. Dalam pikiran saya saat itu "wuih baru khitanan saja sudah seheboh ini ya?"

Sore tadi, akhirnya saya dan istri pun menyempatkan untuk memenuhi undangan tersebut. Kesan glamor begitu terlihat tidak seimbang dengan kehidupan warga di sekitar kampung kami. Usai menyempatkan tuk ucap selamat dan doa, kami pun menikmati hidangan yang tengah disajikan. Saat menikmati sajian makanan terjadi sebuah kejadian yang menohok dan membuat kami geleng-geleng kepala.

Bukan kehadiran pejabat, bukan pula kesan glamor tasyakuran tersebut, tapi yang membuat miris adalah kok tega-teganya tuan rumah (si orang tua) mengadakan organ tunggal dan menghadirkan penyanyi yang bagi kami sangat seronok. Lebih parahnya lagi, letak panggung berada di sebelah kanan persis si bocah tasyakuran itu tadi.

Musik genjrang gendhut diputar dan sang biduan mulai goyang tak beraturan, para hadirin mungkin senang mendapat setruman penghangat di kala gerimis hujan. Tapi bagaimana dengan bocah tadi? yang ia lakukan hanya melongo, nganga, melihat sang biduan bernyanyi dan bergoyang dihadapannya. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya, bisa banyak hal, mungkin heran atau bahkan menahan nyeri karena efek goyang biduan pada luka yang belum kering pasca dikhitan.

Aduhai para orang tua, bijaklah dalam bersyukur dan mendidik anakmu. Janganlah mengutamakan agar tampak hebat dihadapan tetangga, namun ternyata apa yang engkau lakukan malah membuat anakmu sesat dan lebih banyak menghadirkan mudharat. Yah, menimbang efek goyang sang biduan, pasca pulang kondangan saya hanya bisa berdoa untuk si bocah, semoga ia tidak harus dikhitan untuk kedua kalinya.

-aeplopyu [I Love U]-

-------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Kamis, 20 Desember 2012

Pentingnya Guru


Beramal (mengaplikasikan ilmu) itu perlu guru, seseorang yang akan mendampingi, membimbing, bahkan mengevaluasi aplikasi ilmu yang kita pelajari. Sehingga dengan demikian kita tidak terjebak dalam kebutaan hal yang kita anggap benar. Hal demikian bisa digambarkan dalam cerita Sutikno berikut.

Dini hari, Sutikno remaja sudah beranjak dari tempat tidur dan menuju masjid di kampungnya. Dalam benaknya ia bertekad untuk melaksanakan ibadah sunah dari buku yang baru saja dipelajarinya: shalat tahajud, shalat hajat, salat istikharah, salat fajar, dan yang tidak kalah penting adalah shalat rawatib. Baginya semua shalat sunah tersebut harus ia lakukan agar dirinya benar-benar dekat dengan Tuhan.

Tiba di masjid ia mempraktekkan shalat tahiyatul masjid yang sudah ia sering lakukan sebelumnya, hingga berlanjut ke shalat-shalat sunah yang lainnya. Waktu adzan shubuh tiba, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan mendapat pahala dengan mengumandangkan adzan. Sutikno memiliki suara yang merdu, setelah adzan, ia lantunkan shalawat yang mampu membuat banyak jama'ah shubuh rela tergoda untuk datang ke masjid dan berjama'ah shalat. Semua orang senang dengan Sutikno, ia memang pemuda rajin dan menyenangkan bagi warga di kampungnya.

Dini hari ini spiritualitas Sutikno membuncah. Usai shalat shubuh berjama'ah dan nikmat hanyut dalam dahsyat dzikir yang dipimpin sang imam, Sutikno segera bangun dan beranjak ke suatu sudut ruang masjid dan melakukan shalat. Sang Imam pun menjadi heran, namun tetap memperhatikan apa yang Sutikno lakukan. Sang Imam melihat sutikno begitu khusyuk di rakaat pertama, bahkan dirakaat kedua ia melihat Sutikno semakin menjadi-jadi menangis termehek-mehek wal sesenggukkan. Sang Imam menjadi semakin heran dan menggeleng-gelengkan kepala "apa gerangan yang terjadi pada anak ini?" tanyanya.

Akhirnya sang imam pun menghampiri Sutikno. "No, kamu lagi ada masalah?" tanya Sang Imam. "ndak kok pak" jawab Sutikno. "Ohhh begitu, sebab saya heran. Saya pikir kamu lagi ada masalah pelik, sampai-sampai habis shalat shubuh kamu shalat dua rakaat lagi. sampai menangis sesenggukkan begitu?" penasaran Sang Imam menekankan pertanyaan.

"Itu dia pak. Semalam saya membaca buku tentang ibadah sunah. Disana saya baca terdapat beberapa ibadah sunah yang bisa dilakukan hingga shalat shubuh dan saya bertekad melakukannya. Nah tapi saya baru teringat ketika melaksanakan rakaat kedua sehabis shalat shubuh tadi. Bahwa ternyata tidak ada lagi shalat rawatib ba'diyah shubuh. Aduh bodohnya saya. Makanya saya nangis sesenggukkan itu minta maaf sama Allah, menahan malu karena bodoh dan buta saya terhadap ilmu". jawab Sutikno polos.

"Oh alah no..no...amal itu ada ilmunya, dan tiap ilmu itu harus ada guru biar kamu ndak buta" Cekikikan sang Imam berkata.

-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Rabu, 19 Desember 2012

Senyum Dong Pren


Dingin-dingin kehujanan, sepulang dari mengisi training semalam saya mampir ke penjual nasi goreng pinggiran jalan. "Mas, tolong buatkan nasi goreng kambing plus petai, tolong dibuat super pedas dan tanpa kecap" Pinta saya kepada sang penjual nasi goreng. Tanpa senyum sapa dan banyak bicara ia pun segera memasak pesanan saya. Semua bahan ia kumpulkan dan diracik dengan cekatan, ia pun memasak dengan terampil diatas bara api biru yang sempurna menyala. Wuih cara memasaknya benar-benar seperti koki restoran kelas atas, tapi kok tanpa ekspresi ya?

Pesanan saya matang dan segera terhidang di hadapan. Dari bentuk sungguh menggiurkan: warna coklat dari daging kambing berbaur dengan warna keemasan nasi, diperindah dengan kemilau hijau petai. "Ehm rasanya pasti lezat" pikir saya. Saya ambil sesendok dan melahap "Hap....lho kok hambar?" pikiran saya sempat kecewa, namun saya tepiskan dan saya coba aduk-aduk itu nasi goreng dan mencoba menyantapnya kembali.

"Hap...lho kok masih hambar? padahal secara bentuk sudah menarik?". Sebenarnya saya berharap bisa menikmati irama "Nyam..nyam..." saat makan, tapi apa daya sepanjang mengunyah saya hanya mampu berirama "hap..hap..hap...". Tetep karena lapar dan kedinginan saya akhirnya mengabiskan nasi goreng, sekalipun dengan irama "Hap..hap..hap..".

Usai menyantap nasi goreng saya pun segera membayar, dan menyempatkan diri menyampaikan saran kepada sang penjual nasi goreng "Mas hebat deh tadi masaknya, bahkan bentuk nasi gorengnya juga bagus kayak di hotel-hotel." Ia pun akhirnya tersenyum. "Nah biar bukan hanya bentuknya yang bagus, kalo saya boleh kasih saran, besok-besok masaknya pakai ekspresi senyum mas. Jadi biar rasa nasi gorengnya kayak di hotel-hotel. Karena jujur tadi nasi gorengnya hambar" saya menambahkan.

"Memang apa hubungannya senyum sama rasa masakan saya?" tanya dia ndak mau kalah. Eh ini orang diberi saran malah ngajak berantem, ujar saya dalam hati. "Mas senyum menandakan orang bahagia. Senyum menandakan orang ndak stress. Senyum membuat orang jadi suka sama anda. Minimal senyum menjadikan anda senang dan tidak lupa memasukkan bumbu ketika memasak" jawab saya mencoba sesantun mungkin. "Eh astagfirullah, iya mas saya lupa memasukkan bumbu, karena mas nya tadi bilang ndak pakai kecap, jadinya bumbunya juga ndak ketuang" ia pun mengakui kesalahannya.

Senyum dong Pren! Ayo yang banyak lupa, jangan-jangan anda jarang tersenyum? Yuk tunjukkan senyum terbaik kita :D

-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? cukup klik kitik si burung biru

Selasa, 18 Desember 2012

Patas Nan Pantas


Dalam sebuah jamuan makan anda harus mengantri untuk mendapat semangkuk bakso yang merupakan sajian terlezat dalam acara tersebut. Memang sih masih banyak hidangan yang lain, tapi banyak tamu undangan yang testimoni bahwa bakso tersebut merupakan hidangan yang paling enak dari sekian banyak sajian makanan yang ada, buktinya banyak tamu yang mengantri untuk mendapatkannya. Hidangan bakso memang masih terlihat banyak tapi sayangnya ketika anda berhitung, mangkuk sebagai wadah untuk makan ternyata hanya cukup untuk tiga orang di depan anda. Apa yang akan anda lakukan?

"Gimana sih mas? saya ini tamu harusnya dilayani layaknya Raja! Cepat sana carikan saya mangkok yang baru!" jika anda lakukan hal ini, memang besar kemungkinan anda akan mendapatkan bakso idaman anda, tapi bukan dalam wadah mangkok baru, melainkan langsung ditempatkan ke dalam mulut anda. Tindakan agresif dan merendahkan seperti ini akan berdampak buruk dan membawa bahaya dalam hidup anda, karena anda memperlakukan orang lain secara tidak pantas.

"Mas, karena mangkok untuk bakso habis, boleh ya saya pakai mangkok alternatif" Anda berbicara dengan santun sembari menyodorkan mangkok kecil untuk menyantap sup. Jika anda lakukan hal ini, anda akan mendapatkan bakso idaman. Sekalipun tidak dalam jumlah porsi yang ideal, namun anda tetap mendapatkan kepuasan karena mampu merasakan nikmat lezat bakso yang anda dambakan. Bahkan hal yang anda lakukan bisa saja menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, karena anda telah memberikan sebuah solusi yang yang dianggap pantas.

Patas Nan Pantas. Usah khawatir dibilang tidak tahu malu dalam memilih solusi alternatif demi pencapaian kebutuhanmu, yang penting buatlah solusi cepat dan baik karena mengedepankan unsur kepantasan. Ingat! Bukan mengaplikasikan prinsip buta menghalalkan segala cara. Carilah solusi alternatif yang tidak mengabaikan nilai kepantasan: kepantasan terhadap diri sendiri dan kepantasan terhadap orang lain.

-aeplopyu [I Love U]-

-----------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Senin, 17 Desember 2012

Bau Tubuh Bau Shubuh

Ibu saya selalu bilang bahwa sebenarnya diantara sekian banyak sembahyang fardhu yang paling berat godaan untuk segera melakukan adalah shalat isya. Alasannya adalah karena waktunya panjang, sehingga membuat kita sering menyepelekan hingga jadi lupa akan kenikmatan melakukannya. Manusia bila sudah tergoda dengan yang nikmat-nikmat pasti lupa terhadap kebutuhan utama yang menghadirkan manfaat bukan sesaat: sholat.

Selain shalat isya, shalat shubuh tentu juga menjadi ibadah yang berat untuk dilakukan, apalagi jika harus berjama'ah ke masjid. Nah terkait berjama'ah tersebut, tentu banyak faktor yang tidak dapat dipungkiri yang menyebabkan seringkali barisan jama'ah shubuh menjadi sepi peminat, salah satu penyebabnya mungkin seperti apa yang saya alami shubuh tadi.

Ketika saya datang hanya terdapat seorang tua dengan suara khas yang bergetar ala kadarnya selalu membangunkan warga di kampung kami untuk segera berjama'ah menuju masjid: tapi bukan beliau penyebab yang saya maksud. Iqamah pun dikumandangkan, shalat shubuh berjama'ah segera dilaksanakan. Tak lama setelah takbiratul ikram seseorang segera menyusul disebelah saya persis.

"Nyesss.." bau achem tubuh yang kemringet khas baru bangun tidur segera mengganggu saya. "Nyesss..." bau keringat yang terakumulasi dipakaian segera meresahkan saya. Dan "Nyesss..." bau mulut segera merusak simfoni "Aaaaaminn" kala sang imam selesai membaca fatihah. Salam pun terhampar dan akhirnya saya melihat sebuah wajah disebelah terpapar belek dan iler yang masih tersandar. Saya salam jabatkan tangan dan disambut dengan kemegahan bau mulut yang bikin kliyengan.

Sepantasnya jika kita hendak bertamu, kondisikanlah kehadiran kita sehingga menyenangkan pula bagi orang-orang yang bertamu bersama. Mbok yao kalo shubuhan ke masjid itu jangan "ala kadar"nya. Akan lebih baik menyempatkan mandi terlebih dahulu, atau minimal gunakan wewangian yang tidak akan membuat orang lain menjadi pilu karena menghisap semerbak bau tubuh.

Bau tubuh Bau shubuh. Bau yang tidak sedap melahirkan ibadah yang tidak nikmat. Mungkin karena hal kecil tersebut barisan berjama'ah shubuh di masjid merupakan hal yang langka. Nah, yuk sahabat mulai sekarang kita coba memberi kepantasan pada shubuh, kepantasan pada Tuhan, kepantasan pada ibadah, kepantasan pada sesama, dengan hadir secara baik untuk berjama'ah di masjid ataupun mushalah.

-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Sabtu, 15 Desember 2012

Receh Bukan Remeh Temeh


Istri saya memiliki kebiasaan mengumpulkan recehan uang logam seratus rupiah dan dua ratus rupiah. Begitu telatennya hingga ia berhasil mememenuhi kotak bedak bayi yang tersimpan di sudut lemari. Awalnya saya begitu heran sebab apa yang membuat ia mau ngurusin hal remeh receh seperti itu. "Hal-hal kecil mampu menghadirkan sesuatu yang besar, kan popo yang bilang sendiri" begitu biasanya istri saya akan mengingatkan.

Dini hari tadi, apa yang diucapkan istri akhirnya terbukti. Usai shubuh tadi saya sengaja pergi ke pasar tanpa mengajak dirinya dan hanya bermodalkan tiga belas ribu rupiah yang terdiri dari kumpulan uang receh pecahan seratus rupiah dan dua ratus rupiah. Hmmm..kira-kira keajaiban apa yang akan terjadi: sebelas ekor ikan lele, satu tahu putih besar, dan dua ikat kacang panjang berhasil saya beli untuk asupan istri dan si jabang bayi, dibayar tunai dengan kepingan receh ratusan rupiah.

Ternyata kepingan-kepingan kecil receh mampu menghadirkan sesuatu yang bermanfaat besar dan bukan remeh temeh. Belanjaan pasar yang berhasil saya bawa pulang adalah contoh bukti nyatanya. Jika diniatkan dan diikhtiarkan nominal tiga belas ribu yang berasal dari kumpulan recehan ratusan rupiah, mampu menghadirkan manfaat besar berupa asupan gizi yang nilainya jauh melampaui nilai kepingan receh tadi.

Segera manfaatkan kepingan recehan yang kita miliki. Bakat-bakat kecil yang kita miliki dan cintai: menulis, hunting foto, melukis, hingga memasak teruslah latih dan asah. Lalu tunjukkanlah pada dunia karena itu akan memberikan nilai tambah terhadap hidup kita. Optimislah melakukannya! Daripada kita terus menggerutu terhadap ketetapan nasib atau bahkan menyalahkan orang tua, lingkungan, atau bahkan Tuhan: kok hidupku datar-datar saja? padahal kita yang seringkali kebliner mengacuhkan bakat-bakat kecil yang seharusnya kita bawa tampil (tunjukkan).

Menulis merupakan kepingan kecil dari bakat yang saya miliki. Mungkin bagi beberapa orang yang sudah jauh lebih pakar wal ahli tulisan saya merupakan kacang goreng receh wacana semata, tapi itu tak menyurutkan ikhtiar saya untuk terus menulis dan berbagi tiap hari. Impactnya: sahabat pembaca yang membuat penilaiannya yah :D.

Receh bukan remeh temeh: jangan sepelekan keping bakat yang ada dalam hidup kita. Semoga ikhtiar besar terhadap kepingan kecil yang kita miliki akan berbuah kehidupan yang PrestasiSempurna.

-aeplopyu [I Love U]-

-------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Jumat, 14 Desember 2012

Kebersyukuran Ayah

Dan lagi, semalam saya "dipaksa" untuk melihat keajaiban. Ketika check up kehamilan istri yang berusia enam bulan, sekonyong-konyong itu bidan menuangkan cairan bening lengket dan melakukan "penerawangan" USG tanpa seizin saya. Padahal saran dari orang tua dan teman-teman sebaiknya jangan sering-sering USG berbahaya buat kesehatan janin. Padahal saya sudah mengagendakannya nanti pada bulan ke delapan. "Anak pertama biarkan menjadi kejutan" begitu pesan orang tua saya.

Awalnya saya memang jengkel atas keputusan sepihak sang bidan, tapi ketika ia menunjukkan hasil penerawangan buah hati kami, aih senangnya hingga meleleh ini air mata. "Nah pak, ini dia jantungnya, sehat lho" bidan tersebut menunjukkan letak denyut jantung. "Tuh, alhamdulillah letak plasentanya bagus" sang bidan menunjukkan posisi ari-ari yang pas terletak pada tempatnya. "Wuih, kakinya nurunin ibunya nih pak, panjang" aih saya makin senang mendengarnya.

Tiga hal yang membuat saya bersyukur malam tadi. Pertama: saya senang karena Tuhan berkenan menitipkan buah hati pada saya. Sebuah anugerah yang sempat tervonis sulit saya dapatkan. Kedua: saya bersyukur buah hati dan istri saya dalam kondisi prima sejak awal kehamilan dan semoga hingga nanti pasca persalinan. Padahal saya hanya memberikan penghidupan yang ala kadarnya bagi kedua belahan jiwa tersebut. Ketiga: Saya bersyukur mengetahui fisik sang buah hati dominan nuruni fisik prima ibunya. Pinta saya kepada Tuhan memang agar putra-putri kami nanti menuruni kebaikan fisik prima ibu mereka, apalagi untuk keindahan lesung pipitnya. Tapi sayang lesung pipit belum bisa terdeteksi teknologi USG...hehehehe....

Sepanjang perjalanan pulang dari bidan saya jadi nangis cengengesan mendapat kebahagiaan seperti ini. Layaknya film india, berboncengan dengan istri saya jadi melantunkan sebuah lagu buat hati kami:

Ost. Masterpice Kehidupan
"Kamu adalah bintang
Bintang yang paling terang
Tercipta menjadi Masterpiece Kehidupan

Tak kan ayah biarkan apapun menghalangi
Kau meraih prestasi tertinggi
Tak kan ayah biarkan apapun menghalangi
Kau sempurnakan hidup tuk berbagi"

Nak kebersyukuran ayah akan kehadiranmu dalam hidupku adalah dengan membantumu menjadi masterpiece kehidupan, bukan untuk mendikte apa yang harus engkau lakukan. Jadilah masterpiece kehidupan sebagaimana bakat dan passionmu sayang, desainlah hidupmu, nikmatilah hidup dalam mencapai prestasi tertinggi, dan sempurnakanlah segera dengan berbagi.

-aeplopyu [I Love U]-

--------------------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Kamis, 13 Desember 2012

Gelang Sepet Tuh Gelang

Seorang sahabat yang tengah galau berkepanjangan berdiskusi alasan apa yang membuat hidupnya hampa. Ia mempercayai bahwa hidup adalah sebuah perlombaan, siapa yang tidak berusaha keras pasti akan tertinggal dan menjadi orang gagal. Sahabat tersebut telah menerapkan prinsip follow your passion, nyalakan lentera jiwa, cintai apa yang kau kuasai, dus ternyata tetap saja hidupnya begitu-begitu saja: Hampa.

Lalu apa yang salah? padahal sesungguhnya ia telah membuat desain hidupnya, kok malah hidupnya stagnan begitu-begitu saja? Jangankan berkembang, tumbuh pun ia alami dengan begitu perlahan. Ternyata ketika usut punya usut ia menjalani hidupnya dengan terlalu banyak gelang.

Menjadi lulusan terbaik dari universitas terkemuka, sahabat tersebut ternyata sudah membebani diri dengan berbagai macam desain beban yang harus ia selesaikan. "Aku harus membantu berobat bapak yang stroke dan sakit-sakitan. Aku harus membantu ketiga adik untuk mendapat pendidikan tinggi yang layak. Aku  harus bekerja diperusahaan bonafit sehingga derajat keluarga akan terangkat. Aku harus...Aku harus...Aku harus..."

Berbagai macam "Aku harus.." yang disebutnya sebagai desain hidup, harus saya katakan bahwa itu adalah salah. Apa yang sahabat tersebut katakan lebih menyerupai "mekanisasi" diri, memesinkan dirinya meraih kesuksesan dengan mengesampingkan aspek kemuliaan: obsesif meraih ego dan tidak peka terhadap kondisi sekitarnya. Sahabat tersebut jujur telah menghalalkan segala cara yang penting desain hidupnya tercapai. 

Gelang sepet tuh gelang: belenggu memberatkan dibuang saja. Lepaslah satu persatu gelang beban tersebut. Sekarang bayangkan jika terlalu banyak gelang di leher, bagaimana rasanya: sesak bernafas. Terlalu banyak gelang ditangan: berat untuk berbagi. Terlalu banyak gelang di kaki: berat untuk bersilaturahim. Terlalu banyak gelang di kepala: sakit terasa karena terhimpit ruang sempit. Terlalu banyak gelang akan membelenggu hidup dan menghalangi menjadi orang yang bermanfaat.

Fokus pada raihan prestasi jangan sampai menjadi gelang beban, yang akan menghalangi kesempurnaan hidup dalam berbagi kemuliaan. Berbagilah kenikmatan prestasi dengan orang lain. Nikmatilah hidup: jadilah orang yang bermanfaat, maka kesuksesan akan menghampiri. 

- aeplopyu [I Love U]-

---------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Rabu, 12 Desember 2012

Two Be Last

Tidak ada yang terjadi secara kebetulan, semua sudah ditentukan dalam skenario kehidupan terbaik dalam ketentuan Tuhan. Hal tersebut pun menggugah kesadaran saya pagi ini, terlebih ditengah sesat histeria 121212 yang katanya merupakan hari kiamat.

Saat saya berusia 12 tahun, tepat pada tanggal 1212 saya mendapatkan sosok ayah, seorang mualaf yang bersedia mengabdikan hidupnya untuk 1 orang istri dan 2 anak yang sekalipun bukan darah dagingnya: 1212 adalah tanggal pernikahan orang tua saya. "Akh itu mah cuma utak atik gathuk" pikir saya dalam hati. 

Tapi ternyata tidak juga, karena hal yang bertolak belakang juga terjadi pada wanita yang kini menjadi istri saya. Saat istri saya berusia 12 tahun, tepat pada tanggal 1212 ia kehilangan sosok ayah yang dicintainya. Seorang pejuang kehidupan yang meninggalkan 1 orang istri dan 2 anak: 1212 adalah tanggal kehilangan besar bagi istri saya. 

Pastinya bukan hanya karena hal tersebut, tapi mungkin saja karena "skenario sejarah" tersebutlah saya akhirnya berjodoh dengan wanita mulia yang selalu menyuguhkan senyum merekah penuh cinta. Nah, berbicara tentang jodoh dan pernikahan, banyak juga yang menjadikan "tanggal cantik" hari ini sebagai hari untuk mengikat komitmen dalam sebuah pernikahan, makanya benar juga jika dikatakan 121212 sebagai hari kiamat: kiamat bagi perzinahan dan seks bebas.

Bagi sahabat-sahabat yang menikah pada tanggal 1212 saya pun ikut mendoakan semoga pernikahannya menghasilkan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Semoga biduk rumah tangga yang kita bangun langgeng sekalipun tergerus tsunami ujian: layaknya angka 12.

Jika di utak atik gathuk ala nyelenehisasi Cak Aep 12 dibaca "Dua Belas". Dua dalam bahasa Inggris adalah "two". Jadi 12 = "two belas", supaya bisa menjadi doa kita jadikan "two be last": Keindahan pernikahan benar-benar menjadi bersatunya dua insan untuk saling membahagiakan hingga akhir ajal menjelang.


-aeplopyu [I Love U]_

----------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si brung biru

Selasa, 11 Desember 2012

OST. Epos

Karena luka pasca operasi kecil di kaki belum pulih, produktifitas saya lebih pada mendesain program atau bahkan lebih tepat diminta mendesain sebuah program pelatihan. Sebagaimana yang saya lakukan seharian kemarin, saya diminta tolong oleh seorang sahabat sebut saja namanya Yani (bukan nama sebenarnya), untuk mendesain program berikut konten materi bertemakan Motivaselling. Dari pagi hingga malam saya aktifkan daya otak untuk utak atik gatuk untuk memenuhi permintaan tersebut.

"Kamu ngapain bantuin Yani, dia itu dah di black list tahu di komunitas kita. Dibayar kagak? Udah ngapain dikerjain? pun kalo dibayar enggak seberapa, terus nanti kamu ditinggal dan karya cipta materi kamu dipakai sendiri sama dia" kira-kira begitu inti bunyi yang sampai ditelinga saya tepat pukul setengah malam tadi. Telepon tersebut berasal dari Nala (bukan nama sebenarnya dan tidak pula menunjukkan jenis kelamin sesungguhnya).

Nala mengingatkan bahwa sebenarnya saya hanya dimanfaatkan oleh Yani, karena menurutnya teman-teman di komunitas pelatihan kami sudah tidak percaya lagi terhadap integritas Yani yang memang juga harus saya akui sebagai Bul Do Ser: suka ngiBUL, pakar Dobol (omong besar), dan SERakah. 

"Oh iya ep.... saya boleh minta tolong dibuatkan materi pelatihan untuk para guru taman kanak-kanak, tentang bagaimana mereka harus mendesain hidup dan menjadi pendidik terbaik, nanti sekalian di insert video-videonya yah" Nala mengakhiri pembicaraan tersebut dengan sebuah permintaan halus untuk membantunya. Istri saya yang sedari awal mendengar pembicaraan melalui loud speaker jadi tertawa cekikikan "tetap sama saja ya Po. Semangat untuk berbagi energi positif ya...epos...epos...epos..."

Seringkali saya memang "dimanfaatkan" melalui niatan berbagi epos (energi positif). Tapi insyaallah hal tersebut tidak menyurutkan komitmen saya untuk hidup berbagi dan berbagi hidup. Niatan saya berbagi energi positif sebenarnya bukan kepada Yani, Nala, atau siapapun orang yang mempercayai saya untuk membantunya.

Niatan berbagi energi positif adalah semata mensedekahkan energi dan waktu untuk diberikan kepada yang sudah menanti haknya: semesta, termasuk siapapun dan apapun yang ada didalamnya. Dengan demikian kita tidak akan pernah kecewa jika tidak mendapat kesejahteraan dari mereka yang sudah dibantu, karena Tuhan dan semesta sudah mengurusnya.

Bersyukurlah jika rekening epos anda semakin buncit, karena itu halal dan anda tidak perlu khawatir dikejar KPK dan lari terbirit-birit. Berbahagialah jika rekening tabungan energi positif semakin gendut, karena insyaallah akan cair dikala hidup sedang semrawut.

"Ikhlasnya hati seringkali disalah arti. Tulus membantu eh justru malah kena tipu. [Jangan] mencari sebab, [Jangan] mencari alasan, menunda berbuat kebaikan" hehehe...kira-kira gitu kali yah lirik original soundtrack buat berbagi energi positif. Bawainnya kayak Desta di OVJ.

-aeplopyu [I Love U]-

------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Senin, 10 Desember 2012

Mari Menyuap

Suap dalam rangka gratifikasi tentu saja merupakan perbuatan tercela, tapi bila suap makanan di pagi hari untuk istri merupakan perbuatan yang harus rela dibela. "Pagi-pagi senin gini nyuapin istri? please deh ndak produktif banget! buang-buang waktu, bisa kejebak macet nanti" nah orang yang beranggapan seperti inipun patut dibela, dibela masuk rumah sakit jiwa.

Bukankah salah satu tujuan bekerja, berkarya, atau menekuni maisyah adalah untuk orang tercinta. Coba yang seringkali berangkat kerja di gelap pagi dan sampai dirumah saat lelap istri, kapan terakhir kali anda menyodorkan lembut tangan mulia anda yang berisi makanan kedalam mulut terkasih yang selalu mendoakan kesuksesan dan kemuliaan anda?

Kesadaran tersebut akhirnya menggugah saya pagi tadi. Melihat istri yang sedang asyik masyuk memasak di dapur saya jadi terpikir bagaimana caranya untuk membuatnya bersyukur memiliki saya sebagai suami yang harusnya menjadi sang pelipur (penghilang gundah, lara, dan pembuat bahagia). Akhirnya, pagi-pagi segera saya pergi menunggu di warung penjual ayam goreng yang ia request dari semalam, ayam goreng pertama baru matang saya langsung membayar dan membawanya pulang sebagai persembahan sarapan bagi yang tersayang.

"Aaaaa' sayang..." tangan saya seraya menyodorkan suapan kepada istri yang tengah asyik memotong sayuran. "Aih...Popo kesambet yah? tumben-tumbenan tanpa diminta nyadar buat nyuapin Ubi?" mata istri saya memicing heran. "Iya kesambet cinta, pagi ini Popo mau nyuapin Ubi dan Singkong Super yang ada dalam rahim mu sayang" meski istri sedikit jail dengan selalu bergerak mondar-mandir untuk memasak, akhirnya saya berhasil menyentuhkan jemari saya saya kedalam mulut mulianya tanpa ada batasan sendok logam.

Alhamdulillah, tidak seperti biasanya, sarapan pagi ini istri saya sampai nambah tiga kali, mungkin karena nikmat gurih peluh tangan saya yang belum mandi...hehehehe. Ternyata nyuapin pagi ini begitu berkesan, karena saya mendapat sekaligus dua sosok mulia pendukung terbaik kehidupan: Istri dan Janin bayi yang berada dalam kandungan.

Sahabat Guyu, yuk muliakan tangan kita bukan hanya untuk berkarya. Memuliakannya untuk menebar manfaat bagi orang lain pula tidak dapat ditampik. Tapi memuliakannya untuk istri adalah keutamaan yang lebih baik.

-aeplopyu [I Love U]-

----------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Minggu, 09 Desember 2012

Power Bank Kehidupan

Dulu saya seringkali tertawa dan geleng-geleng kepala ketika berada di ruang tunggu bandara karena melihat beberapa orang yang terlihat keren dan gagah kelimpungan mencari stop kontak untuk mengisi ulang daya baterai gadget mahal yang dibawanya. Ya, tentu saja daya baterai gadget kita akan cepat terkuras seiring intensitas penggunaan aplikasi, entah untuk produktifitas, hiburan, atau bahkan lifestyle.

Namun sekarang hal tersebut sudah bisa disiasati dengan kehadiran power bank. Sebuah kotak multi daya yang besarnya sebesar smart phone, yang berfungsi sebagai gardu tenaga kapanpun gadget anda kekurangan daya, bisa dibilang itu adalah PLN mini yang kita miliki.

Nah, jika dianalogikan dengan hidup, tentu kita juga membutuhkan sebuah power bank yang bisa membuat kita "menyala" setiap waktu. Power bank tersebut akan membuat kita mudah mendapatkan kelapangan prestasi dan menyempurnakan hidup dengan menebar manfaat. Power bank kehidupan tersebut juga tidak berharga mahal. Instrumen utamanya adalah ibadah, kotak pembungkus yang menguatkan dan memperindahnya bernama sedekah, serta kabel utama penghubung ke diri kita bernama silaturahim.

Ibadah baik bentuknya shalat, kebhaktian, atau apapun merupakan indikator utama baik buruknya kualitas hidup seorang manusia. Bahkan dalam spiritualitas yang saya anut, sebagai muslim kualitas hidup saya ditentukan dari kualitas shalat lima waktu yang fardhu. So, perbaiki ibadah fardhu kita jika ingin mesin utama penjamin prestasi dalam hidup, sesukses yang kita inginkan.

Sedekah akan membuat hidup kita lebih berarti. Belum ada sebuah kisah nyata yang menyebutkan bahwa dengan sedekah akan membuat kita menjadi lebih susah. Saya pribadi pernah merasakan keajaiban sedekah, dengan hanya membantu seorang sejumlah 1,5 juta hanya dalam waktu dua minggu saya mendapat ganti dari semesta sejumlah 150 juta. Bahkan hingga kini saya pun berkomitmen untuk memuliakan minimal 20% dari setiap penghasilan untuk sedekah. . Ingat ya, sedekah itu bukan sekedar memuliakan mereka yang membutuhkan, yang terpenting justru memuliakan yang memberi sedekah. Ingat pula ada sedekah wajib yang tidak boleh kita tinggalkan, yaitu mengkaji kitab suci, jika sebagai muslim yah sedekahkan waktu kita untuk mengkaji Al Quran

Silaturahim akan menjadi kabel penghubung energi kehidupan kita. Berkunjung kepada guru spiritual, ekpert, dan guru kehidupan akan memudahkan kita menjadi masterpiece kehidupan. Berkumpul dengan sahabat dan komunitas satu visi yang membangun akan membuat kita berkelimpahan. Anajangsana ke tetangga dan saudara akan membuat kita berkelimpahan kasih sayang. Itulah energi yang melimpah dan bisa dengan mudah kita lakukan.

Jika ibadah fardhu akan memudahkan kita mencapai prestasi dan kesuksesan. Maka sedekah dan silaturahim akan menyempurnakan kemuliaan prestasi tersebut. Yuk, selalu "menyala" dengan menyiapkan power bank terbaik bagi kehidupan kita, cukup dengan berbasiskan pada Ibadah fardhu, Sedekah, dan Silaturahim.

-aeplopyu [I Love U]-

--------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Sabtu, 08 Desember 2012

Singkong Super

Saya ini gemar mengganyang makhluk penebar manfaat bernama singkong, oleh karena itulah panggilan sayang istri terhadap saya adalah Popo yang merupakan pengulangan kata depan pohong (singkong dalam bahasa jawa).

Nah, pagi ini menemani istri berbelanja ke pasar, kami mampir membeli singkong di penjual langganan yang biasa kami sapa Bu De. Tumben-tumbenan pagi ini Bu De menjual singkong seukuran kempol (betis) kaki orang dewasa, sudah besar panjang pula. "Wuik.. singkonge pintenan Bu De?" tanya saya berapa harga singkong, sengaja saya menggunakan logat jawa biar dikasih harga murah. "Buat mase, dua ribu saja sekilo" jawab Bu De. Penjual singkong ini selalu mematok dengan harga sama: dua ribu rupiah untuk satu kilo singkong yang dijajakannya.

"Pun...seperti biasa mawon, tigang kilo gangsal ewu gih" saya menawar harga lima ribu rupiah untuk tiga kilo. Biasanya dengan cara ini: menawar menggunakan logat jawa saya akan berhasil mendapat tiga kilo singkong dengan harga yang saya ajukan. Eh tapi ternyata saya gagal, "Ya, ndak boleh mas, ini kan super. Kalo yang kecil-kecil sana boleh tuh" Bu De berkata seraya menunjuk ke tumpukkan singkong yang berukuran lebih kecil.

"Yang super tentu harganya lebih mahal mas. Karena namanya saja super, nih lebih besar, lebih panjang, dagingnya juga lebih bagus" Bu De sampai harus memotong dan mengupas singkong raksasa tersebut untuk meyakinkan bahwa harga yang harus saya bayar pantas dengan kualitas yang akan saya dapat. Akhirnya, karena saya berpikir Bu De sudah mampu meyakinkan saya secara rasional terkait transaksi jual beli tersebut, saya pun sepakat membeli tiga kilo singkong.

"Lho..si mbak lagi isi (hamil) ya?" tanya Bu De. "Oh, iya Bu De ini sudah mau masuk bulan ke enam" jawab saya. "Oh alah, kalo gitu nih saya tambahin. Biar anaknya sehat, murah rezeki, dan jadi manusia unggul kaya' singkong super" Bu De mengambil sebuah singkong besar dan mengelus-eluskannya ke perut istri saya, sehingga membuat istri kegelian menahan tawa.

Dalam perjalanan istri bertanya "Maksudnya Bu De ngomong biar anaknya sehat, murah rezeki, dan jadi manusia unggul kaya' singkong super itu apa ya Po?". Saya pun menjelaskan bahwa singkong itu bukan hanya makanan, namun juga terdapat filosofi kehidupan didalamnya. Singkong adalah guru metafora kehidupan.

"Singkong mudah hidup dimana saja, tinggal tanam pasti ia akan bertuah. Tadi anak kita didoakan semoga murah rezeki toh, nah maksudnya dimanapun dia berada insyaallah anak kita kelak akan dapat hidup subur karena kemudahan mendapat rezeki, asalkan tetap berada di tanah, membumi atau rendah hati maksudnya"

"Singkong itu merupakan tanaman yang ndak rewel, perawatannya mudah dan murah. Bu De tadi juga mendoakan supaya kita diberi kemudahan dalam merawat anak. Supaya anak kita selalu sehat dan bahagia nantinya, sekalipun kita besarkan dalam serba kesederhanaan. Tapi Bu De tadi juga berdoa, sekalipun mungkin nanti anak kita merupakan sosok yang sederhana, tapi ia akan mampu menjadi sosok yang kaya manfaat bagi semesta."

"Nah terakhir tadi Bu De mendoakan supaya anak kita menjadi singkong super. Semoga anak kita kelak benar-benar mampu menjadi manusia yang berkelimpahan prestasi dan menjadi sempurna karena mampu hidup mulia menebar manfaat seluas-luasnya. Semoga ia akan menjadi manusia yang terbaik melebihi manusia lain di muka bumi, menjadi singkong super itu tadi. Pikirkan, Chaerul Tanjung yang sudah menulis buku dan berbagi kebermanfaatan besar di Indonesia saja sekedar mengklaim dirinya sebagai anak singkong. Nah, semoga anak kita nanti menjadi singkong super yang melebihi kesuksesan dan kemuliaan si anak singkong itu tadi ya" saya mencoba menutup penjelasan di sela-sela perjalanan pulang.

"Wuih Popo, berarti sebenarnya hari ini kita sungguh beruntung. Dengan enam ribu rupiah, bukan hanya singkong super yang kita dapat, namun yang lebih berharga adalah doa super dari Bu De penjual singkong ya?" Istri saya tersenyum sembari mengelus-elus perutnya.

Singkong superku ayah sungguh menyayangimu....

-aeplopyu [I Love U]-

-----------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? cukup klik kitik si burung biru

Jumat, 07 Desember 2012

Untuk Thinking Yang Angkuh

Lulus tahun dua ribu enam, alhamdulillah saat itu saya berkesempatan bekerja di sebuah perusahaan bertaraf Multi National Coorporation. Sekalipun bidang pekerjaannya sangat berbeda jauh dengan apa yang saya pelajari selama makan bangku kuliahan, namun saya tetap menjalani karena kesejahteraan yang didapat sungguh menggiurkan, diatas rata-rata pendapatan sarjana baru lokal pada tahun tersebut.

Sebagai lulusan dari PTN ternama di tanah air yang masuk secara PMDK, lulus hanya dalam waktu tiga setengah semester, dan memiliki latar belakang organisasi jua prestasi yang mumpuni, harus diakui saat itu saya menjadi manusia yang angkuh. Melejitnya prestasi saya diperusahaan semakin membuat saya lupa diri, sebagai anak baru bahkan seringkali saya mengkritik langsung dan memarahi atasan yang bisanya hanya menyuruh dan minim produktifitas.

Tak lama saya bertahan, kemudian saya bergonta-ganti perusahaan dengan kebiasaan yang tidak berubah: Memarahi atasan karena merasa diri diperdayakan bukannya diberdayakan. Di sebuah Bank Swasta international saya pernah memaki langsung manager saya yang klemar-klemer dan menganggapnya tidak becus mengelola tim. Di perusahaan food beverages nasional, saya mendamprat manager logistik karena dengan seenak congornya di kantor memaki tim saya sebagai kumpulan monyet. Aduhai sungguh saat itu saya super duper angkuh dan berpikir pendek.

Kekurangan diri saya yang paling parah adalah sifat angkuh. Hingga kini saya menyadari, meski berkurang sedikit demi sedikit keangkuhan dalam diri, namun hal tersebut masih sering saja muncul terutama jika terkait pekerjaan. Menurut rekan-rekan yang berkecimpung dalam dunia optimasi diri berdasarkan pada mesin kecerdasan tunggal (STIFIn), saya ini termasuk Thinking, yang memang termasuk manusia terangkuh yang diciptakan Tuhan di muka bumi. Dan saya pun menyadari keangkuhan tersebut merupakan ujian terbesar bagi saya dalam menyempurnakan iktiar diri, meraih kesuksesan dan berbagi kemuliaan.

Akhirnya setelah belajar dan banyak berkonsultasi, minimal saat ini saya mendapat formulasi sederhana agar keangkuhan tersebut tidak menjadi dominan dan merusak kehidupan. Formula pertama merupakan adaptasi dari ilmu optimasi STIFIn. Terkait produktifitas saya akan mengedepankan sisi akurasi, efektif, dan tidak mudah puas, hal ini akan membuat saya memberikan yang terbaik dalam hidup berbagi.

Formulasi kedua terkait dengan interaksi sosial, saya tidak ingin terjebak dan mengafirmasi stigma bahwa orang seperti saya "harus" angkuh. Oleh karenanya saya bersyukur bisa mengadopsi Ilmu Quran "Setiap kebaikan yang dilakukan meski seberat biji zarah akan mendapat imbalan. Begitupun setiap keburukan yang dilakukan meski seberat biji zarah akan mendapat imbalan". Nah prinsip ini ngena banget kan, bila ndak mau dipukul ya jangan mukul, bila mau diberi senyum yah harus senyum terlebih dahulu. Intinya perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Formula kedua membuat saya nyaman untuk berbagi hidup (berbagi kebermanfaatan).

Alhamdulillah, ketika saya mengamalkan kedua formula diatas, saudara saya semakin banyak karena shilah too rahim. Karena shilah too rahim kuat, rezeki sayapun meningkat, serta meningkat pula kemampuan saya untuk berbagi manfaat. Daripada menabur angkuh dan menabung dendam, lebih baik menjadi manusia yang luruh (rendah hati) dan menggembirakan.

Mari hidup berbagi, berbagi hidup

-aeplopyu [I Love U]-

-------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Kamis, 06 Desember 2012

Sangkakala Kebaikan Pak Andi

Pagi hari disekitar rumah tempat saya bermukim sekarang begitu menyenangkan, karena begitu banyak suara yang riuh rendah menyenangkan telinga. Dimulai dari kumandang adzan, bersambung kokok ayam, deretan burung yang berkicau di pepohonan kebun seberang, serta yang tak mau kalah eongan induk kucing memanjakan ketiga anaknya di  depan rumah.

Tapi diantara itu semua ada juga satu suara sangkakala kebaikan yang asalnya bukan dari pengeras suara masjid. Sangkakala kebaikan tersebut biasa berbunyi antara jam delapan hingga sembilan pagi. "Toet...toet..toet.." bunyi tersebut menyerupai suara soang muda yang sedang menawarkan kegembiraan. "Toet..toet..toet..." suara tersebut berasal dari terompet roti yang ditiup dengan mulut oleh seorang lelaki paruh baya bernama Pak Andi. "Toet..toet...toet..." orang yang tengah merindu akan kehadirannya akan segera bergegas keluar, berharap masih kebagian sajian cinta yang dijajakan Pak Andi.

Pak Andi adalah seorang lelaki paruh baya penjual kue keliling di kampung kami. Berangkat sebelum shubuh dari rumahnya di pelosok Citeureup Bogor menuju pabrik kue di Cilangkap Depok, Pak Andi memanggul dagangannya hingga ke kampung kami di daerah Cibinong. Pernah ia bertutur bahwa total dalam sehari jarak yang ia tempuh memanggul dan berjalan kaki adalah lebih dari lima puluh kilometer jauhnya. "Toet...toet...toet..." ketika suara itu terdengar maka perut ini pun segera tak tahan untuk segera terisi sarapan. 

"Toet..toet..toet.." Pak Andi jalannya cepat sekali, jika lengah maka hilanglah sudah kesempatan mendapat sarapan murah namun kaya nutrisi. Kue-kue yang dijajakan dalam panggulan Pak Andi dijual dengan harga amat bersahabat, maksimal lima ratus rupiah, sesuatu yang sulit didapat di kota yang serba mewah. Favorit saya adalah tahu sumedang yang ia timbun sajikan didalam keranjang panggulan, seribu rupiah dapat lima buah, rasanya uenak dan ukurannya besar merekah.

Pak Andi paling bersahabat terhadap anak-anak dan orang tua, seringkali berapapun rupiah kurang yang mereka bawa, Pak Andi akan tetap melayani dan memberikan kue kesukaan mereka. Saya pernah menyempatkan bertanya apa tidak rugi berjualan jika begitu caranya. Dengan logat khas sundanya Pak Andi menjawab "Rugi itu kalo enggak ada yang beli. Untung itu jika masih bisa berbagi". Eladhala ini orang, meski miskin namun masih mau berbagi.

"Toet...toet...toet..." sudah lebih dari seminggu ini suara itu tiada terdengar lagi. Rindu hati menyantap sajian kebaikan Pak Andi. Tidak biasanya suara itu absen selama ini, maksimal paling dua hari seperti bulan lalu. Semoga Pak Andi dalam kondisi yang sempurna, sehat wal afiat dan selalu berkeberkahan mulia. Sehingga sangkakala kebaikan itu "Toet...toet...toet..." akan berkumandang lagi dan menyenangkan kami yang merindukannya disini.

-aeplopyu [I Love U]-

-------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Rabu, 05 Desember 2012

Jemari & Hak Cipta

Bagi sahabat yang sering bershilah too rahim ke blog saya pasti menyadari ada perbedaan dalam konten postingan saya. Betul, perbedaan tersebut adalah tidak lagi adanya thumbnail gambar sebagaimana yang seringkali saya cantumkan dalam tiap postingan terdahulu. Alasan saya tidak lagi mencantumkan gambar yang sebenarnya dengan mudah didapat dari mbah google lebih karena alasan menghormati hak cipta.

Seringkali selama ini saya lupa mencantumkan darimana thumbnail gambar tersebut saya peroleh, padahal harusnya saya cantumkan. Nah, daripada saya dapat dosa dari keseringan lupa, mendingan saya tidak lagi mencantumkan, kecuali jika gambar tersebut adalah hasil karya atau jepretan kamera saya sendiri. Sayapun tidak ingin meraih kesuksesan dalam berprestasi karena menganiaya hak orang lain. Saya ingin dikenal sebagai masterpiece kehidupan karena hasil karya dan raihan prestasi terdahsyat yang benar-benar merupakan jerih payah hidup, bukan karena mencaplok dan plagiasi hasil karya orang lain.

Sebagaimana niatan awal, saya membuat blog adalah sekedar untuk berbagi, dan berbagi itu merupakan keharusan dalam hidup. Pun jika karena membuat blog membuat kita menjadi populer atau bahkan memudahkan meraih kesuksesan, itu adalah bonus pencairan energi positif karena rutin berbagi melalui tulisan itu tadi.

Nah sekedar berbagi dan saling mengingatkan itu tadi, bagi sahabat-sahabat yang rutin blogging dan rajin posting, mohon diingat untuk tidak mencaplok hak orang lain dan menggunakan karya cipta pihak ketiga dengan seenak jemari kita. 

Yuk optimalkan jemari kita dengan menulis dan menghargai hak cipta. Mari hidup berbagi, berbagi hidup....

-aeplopyu [I Love U]-

---------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Selasa, 04 Desember 2012

Jangan Percaya Omongan Orang Tua

Setiap kali menanyakan kabar ke orang tua, saya pasti mendapat jawaban "Alhamdulillah, Ibu dan Papa sehat dan baik-baik saja disini". Tapi malam tadi didalam pesawat entah mengapa kuat hati ingin mengunjungi kedua malaikat tersebut, yang membesarkan saya tanpa pamrih. Tiba di bandara dan atas kemuliaan hati istri, saya langsung memantapkan hati untuk silaturahim ke Bekasi, minimal mengantarkan makanan kesukaan mereka: Otak-Otak Bandeng khas Semarang.

Setengah dua belas malam saya tiba di rumah orang tua, disambut senyum dalam balutan tubuh kurus renta Papa dan wajah lelah Ibu. Sedihnya hati, padahal dua minggu lalu mereka lebih segar tidak seperti sekarang ini. Melihat otak-otak bandeng kesukaan, Papa tampak sumringah segera ingin makan. Ibu pun mengambil seekor dan digoreng diatas wajan, segera otak-otak bandeng tersaji Papa langsung melahap dengan berseri. "Wuih, udah lama ndak makan otak-otak bandeng semarang, sekarang rasanya jadi beda." Ujar Papa tampak senang sembari menyantap makanan dengan riang.

"Kan bisa besok-besok mas nganterinnya, apalagi kaki kamu masih belum sehat gitu" tanya Ibu. "Ndak apa bu. Sehat kok, mumpung ada waktu luang, lagian lagi kangen sama Ibu dan Papa" jawab saya sembari menghentak-hentakkan kaki untuk meyakinkan mereka bahwa kaki saya yang pasca operasi sudah bisa diajak bekerjasama. Karena sudah hampir pagi dan sama-sama lelah, kami pun akhirnya bergegas beristirahat.

Pagi hari saya pamit, saya peluk dan cium keduanya dari wajah sampai dengan tangan dengan penuh kasih sayang. "Ada yang ndak beres. Tumben-tumbenan mereka mengizinkan saya memeluk dan mencium seperti ini" gumam saya dalam hati. Papa dan Ibu bukan tipikal orang tua mellow dan romantis. Ketika mereka mengizinkan saya berlaku demikian pasti mereka sedang dirundung kesusahan.

"Ada apa bu? Kenapa Ibu ndak cerita kalo lagi kesusahan. Papa dan Ibu juga kok tambah kurus?" tanya saya mulai berkaca-kaca. "Mas, maaf ya Ibu ndak mau merepotkan. Ibu tahu sebagai kepala keluarga baru, kamu juga pasti sedang sulit, terlebih mempersiapkan kelahiran cucu Ibu, makanya Ibu ndak mau menyusahkan kamu" lirih bijak Ibu bertutur. 

"Iya Papa dah hampir dua minggu ndak minum obat..." Belum sempurna Ibu melanjutkan, saya memotong dan menangis. "Ibu, arief tahu, bahwa arief bukanlah anak yang sempurna dan belum bisa membahagiakan kalian berdua dengan limpahan harta. Tapi jika sekedar untuk membeli obat papa, atau bahkan operasional rumah insyaallah arief ada. Maafkan arief juga, karena tidak peka, maafkan arief jika sudah menjadi anak yang durhaka" Saya peluk keduanya berharap dosa karena lupa segera dimaafkan keduanya.

Sahabat yang berbahagia, semoga apa yang saya alami hari ini mampu menyadarkan kita: Jangan percaya pada omongan orang tua saat di telepon. Seringkali orang tua bicara yang baik dan bagus untuk menenangkan hati kita sebagai anak, padahal sesungguhnya mungkin saja mereka sedang dirundung kesulitan hidup.

Jadi bagi anda yang sudah menikah, yang sedang merantau jauh mencari ilmu atau nafkah. Kunjungi orang tuamu segera. Mereka merindukan hadirmu, peluk ciummu. Yuk angkat teleponmu, hubungi mereka, dan katakan "Ibu, ayah besok aku pulang untuk melepas rindu pada kalian"

-aeplopyu [I Love U]-

-----------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

Senin, 03 Desember 2012

Keindahan Dibalik Kesemrawutan

Sabtu kemarin, usai berbagi guyu dengan para remaja Al Azhar di Semarang, saya mendapat sebuah permintaan berbagi energi positif dadakan bagi sebuah event Training Of Trainer salah satu organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia. Mengetahui lokasi pelatihannya di Jepara, yang saya pikir hanya dua jam perjalanan dari Semarang, tanpa pikir panjang saya pun menyanggupinya. Tepat jam lima sore saya dijemput dan berangkat ke Jepara, hatipun senang karena kunjungan "pulang kampung" kali ini membuat saya semakin banyak berbuat kebaikan dan menabung energi positif

Eladhala...ternyata saya salah, lokasi pelatihan ternyata berada di daerah ujung pelosok Jepara, tepatnya di daerah Kelet Keling. Lebih dari empat jam perjalanan harus saya tempuh. Usai melewati alas karet yang merupakan daerah rawan begal, sulit mendapat sinyal seluler, dan ternyata tiga buah ban mobil yang saya kendarai boleh dibilang rawan meletus karena sudah gundul, membuat saya sempat ngeper juga. Pantang mengeluh, cukup mengucap sluman slumun slamet.

Akhirnya, saya pun tiba di satu-satunya hotel di daerah tersebut. "Alhamdulillah, akhirnya sampai juga, tak ngeluruske sikil sik ah (meluruskan kaki dahulu ah)" pikir saya berharap segera dapat berisitirahat di kamar. Eladhala...lagi-lagi saya salah, kamar habis tak bersisa. Seorang panitia yang terlihat lelah menawarkan bed nya untuk saya, tapi saya sungkan menerima karena tidak tega mengingat kondisi dirinya. Akhirnya saya lebih memilih tidur menyatu dengan alam, atau menyatu dengan mobil gundul tadi, karena saya berpikir privasi lebih terjaga dan saya juga tidak perlu menganiaya hak orang lain. Bersyukur tiada mengeluh, setelah membersihkan diri, akhirnya saya lelap dalam nyaman hangat dengung kepakan nyamuk malam.

Sesi saya dijadwalkan hari minggu, jam sepuluh pagi. Setelah berkoordinasi dengan panitia, saya segera menuju ruang pelatihan untuk mendapatkan gambaran pelatihan dan bagaimana karakteristik peserta. Eladhala, lagi-lagi saya salah kira. Ruang pelatihan sungguh sangat tidak kondusif untuk digunakan oleh lebih dari lima puluh orang peserta. Peserta duduk dengan tidak teratur rapi, ada yang mengangkat kaki, bahkan ada juga yang sambil merokok untuk membuat nyaman diri. Yang bikin lebih ngeper lagi mayoritas peserta berada dikisaran usia yang jauh lebih tua dan berasal dari kalangan intelektual pesantren se jawa tengah. 

iWeleh, Mbleik iki (Aduh bisa berabe nih) gumam saya dalam hati menimbang kondisi pelatihan, juga kondisi  dua simpul jahitan yang terbuka di kaki. "Ya Allah Yang Maha Memudahkan, cairkankanlah tabungan energi positif hamba hari ini dalam bentuk penerimaan dan kasih sayang" doa saya, membuang godaan mengeluh dan meyakinkan diri jika terkait hal agama mereka pasti lebih baik, namun jika terkait pelatihan saya pasti lebih baik dari mereka.

Energizing guyu pun saya sajikan. anthusiasme dan perhatian peserta mulai terfokus pada saya. Alhamdulillah seluruh peserta tergairahkan dan aktif berbagi pengetahuan selama mengikuti sesi petualangan. Di akhir sesi mereka memberikan standing ovation, membuat saya haru guyu mengesampingkan kaki yang terasa pilu. Alhamdulillah, Energi positif saya cair saat itu juga.

Mengutip RA. Kartini "Habis gelap terbitlah terang", ternyata memang dibalik kesemrawutan ada keindahan. Kesemrawutan kaki pasca operasi yang tetap mendukung saya menginspirasi, kesemrawutan perjalanan, maupun segala kesemrawutan yang saya hadapi kala berbagi energi positif di Kelet Keling, akhirnya cair dan berbuah kasih sayang. Saya begitu bahagia dan merasa sempurna, bahwa apa yang saya ikhtiarkan mampu menghadirkan tawa bahagia bagi sesama.

So, jangan mengeluhkan apa yang tersaji dihadapan, tetap fokus pada tujuan berbagi kebaikan. Berbuat kebaikan tidak akan sia-sia. Berbagi energi positif tidak akan membuat rugi. Meskipun tidak akan pernah kita duga, pencairan silaturahim pasti akan berbuah bahagia, entah dalam bentuk harta, tahta, ilmu, maupun kasih sayang, pasti ia kelak akan datang.

Mari hidup berbagi, berbagi hidup.

-aeplopyu [I Love U]-

-----------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru