Saya memiliki langganan optik di pusat perbelanjaan di bilangan Cempaka Putih semenjak tahun dua ribu enam. Optik tersebut menjual kacamata dengan kualitas atas namun dengan harga sangat bersahabat, jauh lebih bersahabat daripada optik-optik ternama yang menjual produk sejenis. Bersahabat disini maksudnya bukan hanya dari segi harga namun juga dari segi pelayanan .
Semenjak tahun dua ribu enam saya selalu terpuaskan jika membeli kacamata di optik ini. Namun kunjungan terakhir membuat saya kecewa, seperti biasa karena melihat hampir keseluruhan manajemen baru dan orang baru saya berbelanja menggunakan profil Sutikno: sosok ndeso yang hendak membeli kacamata. Aspek keramahan dalam pelayanan hilang total, sang manager berlogat ketus dalam melayani, yang akhirnya berimbas kepada para frontlinernya. Hanya ada satu orang operator teknisi yang masih mengenali saya dan tetap melayani dengan ramah. Melihat ketidaknyamanan saya, sang teknisi tersebut menyarankan agar saya berkunjung ke gerai satunya yang terletak di pusat perbelanjaan di bilangan Senen.
Kemarin akhirnya saya menuju ke tempat yang dimaksud, dan sengaja karena tempat dan orang baru saya menggunakan setelan Sutikno: menggunakan celana bahan yang sudah kusam, kaos oblong, dan logat jawa medok. Hal ini saya lakukan karena saya mencari vendor yang benar-benar mau melayani dengan sepenuh hati dalam memuaskan pelanggannya, tak peduli siapapun dan apapun penampakan strata ekonomi sosialnya. Namun apa daya, ternyata saya mendapat pelayanan yang sama sebagaimana yang saya alami di gerai sebelumnya. Kecewa dengan brand optik tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk mencari vendor lain dan akhirnya mendapatkan satu gerai tujuan.
Saya sengaja mengamati untuk beberapa saat, memastikan bagaimana pelayanan di gerai tersebut. Akhirnya tetap dengan setelan Sutikno saya menghampiri gerai tersebut. Luar biasa hati ini begitu tersanjung dengan first impression yang diberikan para front liners. Sebagai orang kampung saya merasa benar-benar diperlakukan layaknya seorang kekasih: Ingat pembeli bukanlah lagi Raja, melainkan kekasih yang harus dilayani dengan tulus dan sepenuh hati, jaga ia sehingga tidak akan selingkuh ke lain hati.
Karena merasa cocok dengan kualitas pelayanan yang diberikan, sayapun sepakat untuk membeli sebuah kacamata. Saya akhirnya merogoh kocek untuk membayar, meski sebenarnya saya tahu benar harga yang diberikan masih kemahalan. Namun saya rela membayar dengan harga tersebut, karena saya mengeluarkan uang bukan hanya untuk kacamata, namun pelayanan yang luar biasa prima: kekeluargaan para front liners, pesanan saya selesai hanya dalam waktu dua puluh menit dan dalam kualitas pengerjaan terbaik, ditambah lagi saya mendapat banyak bonus gimmick. Sebagai hadiah untuk para front liner akhirnya saya melakukan sedikit stand up comedy, yang alhamdulillah mampu menghadirkan guyu bahagia bukan hanya bagi mereka, tapi juga para customer lainnya.
Sahabat Guyu yuk berikan pelayanan terbaik bukan hanya bagi kepuasan pelanggan namun juga pembeli yang baru datang. Perlakukan mereka layaknya kekasih, sehingga mereka menjadi loyal dan menyadari bahwa mereka mendapat nilai melebihi dari harga yang mereka bayar.
-aeplopyu [I Love U]-
------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar