Selasa, 04 Desember 2012

Jangan Percaya Omongan Orang Tua

Setiap kali menanyakan kabar ke orang tua, saya pasti mendapat jawaban "Alhamdulillah, Ibu dan Papa sehat dan baik-baik saja disini". Tapi malam tadi didalam pesawat entah mengapa kuat hati ingin mengunjungi kedua malaikat tersebut, yang membesarkan saya tanpa pamrih. Tiba di bandara dan atas kemuliaan hati istri, saya langsung memantapkan hati untuk silaturahim ke Bekasi, minimal mengantarkan makanan kesukaan mereka: Otak-Otak Bandeng khas Semarang.

Setengah dua belas malam saya tiba di rumah orang tua, disambut senyum dalam balutan tubuh kurus renta Papa dan wajah lelah Ibu. Sedihnya hati, padahal dua minggu lalu mereka lebih segar tidak seperti sekarang ini. Melihat otak-otak bandeng kesukaan, Papa tampak sumringah segera ingin makan. Ibu pun mengambil seekor dan digoreng diatas wajan, segera otak-otak bandeng tersaji Papa langsung melahap dengan berseri. "Wuih, udah lama ndak makan otak-otak bandeng semarang, sekarang rasanya jadi beda." Ujar Papa tampak senang sembari menyantap makanan dengan riang.

"Kan bisa besok-besok mas nganterinnya, apalagi kaki kamu masih belum sehat gitu" tanya Ibu. "Ndak apa bu. Sehat kok, mumpung ada waktu luang, lagian lagi kangen sama Ibu dan Papa" jawab saya sembari menghentak-hentakkan kaki untuk meyakinkan mereka bahwa kaki saya yang pasca operasi sudah bisa diajak bekerjasama. Karena sudah hampir pagi dan sama-sama lelah, kami pun akhirnya bergegas beristirahat.

Pagi hari saya pamit, saya peluk dan cium keduanya dari wajah sampai dengan tangan dengan penuh kasih sayang. "Ada yang ndak beres. Tumben-tumbenan mereka mengizinkan saya memeluk dan mencium seperti ini" gumam saya dalam hati. Papa dan Ibu bukan tipikal orang tua mellow dan romantis. Ketika mereka mengizinkan saya berlaku demikian pasti mereka sedang dirundung kesusahan.

"Ada apa bu? Kenapa Ibu ndak cerita kalo lagi kesusahan. Papa dan Ibu juga kok tambah kurus?" tanya saya mulai berkaca-kaca. "Mas, maaf ya Ibu ndak mau merepotkan. Ibu tahu sebagai kepala keluarga baru, kamu juga pasti sedang sulit, terlebih mempersiapkan kelahiran cucu Ibu, makanya Ibu ndak mau menyusahkan kamu" lirih bijak Ibu bertutur. 

"Iya Papa dah hampir dua minggu ndak minum obat..." Belum sempurna Ibu melanjutkan, saya memotong dan menangis. "Ibu, arief tahu, bahwa arief bukanlah anak yang sempurna dan belum bisa membahagiakan kalian berdua dengan limpahan harta. Tapi jika sekedar untuk membeli obat papa, atau bahkan operasional rumah insyaallah arief ada. Maafkan arief juga, karena tidak peka, maafkan arief jika sudah menjadi anak yang durhaka" Saya peluk keduanya berharap dosa karena lupa segera dimaafkan keduanya.

Sahabat yang berbahagia, semoga apa yang saya alami hari ini mampu menyadarkan kita: Jangan percaya pada omongan orang tua saat di telepon. Seringkali orang tua bicara yang baik dan bagus untuk menenangkan hati kita sebagai anak, padahal sesungguhnya mungkin saja mereka sedang dirundung kesulitan hidup.

Jadi bagi anda yang sudah menikah, yang sedang merantau jauh mencari ilmu atau nafkah. Kunjungi orang tuamu segera. Mereka merindukan hadirmu, peluk ciummu. Yuk angkat teleponmu, hubungi mereka, dan katakan "Ibu, ayah besok aku pulang untuk melepas rindu pada kalian"

-aeplopyu [I Love U]-

-----------------------------------
Ingin berbincang & bersama-sama guyu? Cukup klik kitik si burung biru

2 komentar:

Dewanti mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Dewanti mengatakan...

sedih mas T_T langsung nangis baca postingan ini. saya juga sering digituin tiap telp ortu. takut mereka kenapa-kenapa pas saya ga ada di deket mereka

cokelatmerahmarun.blogspot.com