Rabu, 02 Januari 2013

I Believe I Can Sail


Beberapa saat lalu dalam sebuah pelatihan saya sempat ditanya "cak aep sudah berapa lama menekuni dunia pelatihan ?". Secara jujur saya menjawab "jatuh cinta sama dunia pelatihan sih sudah semenjak tahun dua ribu sepuluh, tapi baru full berlayar menjadi seorang trainer profesional ya baru tahun dua ribu dua belas".

"Lho kok bisa? saya kira jam terbangnya sudah banyak, soalnya perform didepan dah kayak trainer kondang" tanya peserta tersebut. "Ndak lah mas saya masih harus banyak belajar. Lagipula saya bukan trainer kondang lawong saya jarang kondangan. Saya juga ndak punya jam terbang, lha wong saya lebih senang memperbanyak jam berlayar" jawab saya. 

"Lho bercanda lagi kan cak aep ini, hidupnya kayaknya guyon terus. Masa jam berlayar? dimana-mana kesuksesan profesi orang kan dilihat dari jumlah jam terbangnya" jawab peserta tersebut. "Jam terbang itu menunjukkan prestise profesi seseorang. Pesawat terbang itu kendaraan ekspres super cepat, mahal, lalu kalo sering terbang berarti kan sudah sering tampil di belahan bumi lain. Makin sering orang naik pesawat terbang dan punya jam terbang makin hebatlah dia toh?" tukas peserta tersebut seraya menunjukkan keanggotaan "frequently flyer" salah satu maskapai penerbangan terkemuka indonesia yang ia jadikan gantungan kunci di tas back packernya.

"saya tumbuh hingga bisa seperti sekarang bukan dengan cara instan ekspress super cepat. Berbagai tempaan gelombang hingga tsunami kehidupan alhamdulillah sudah saya lalui dalam lautan cita-cita masterpiece kehidupan saya. Dan yang lebih penting saya mengendarai perahu buatan saya sendiri, kendaraan yang terbuat dari tambal sulam bahan ala kadar jerih payah saya dalam menggapai diri menjadi masterpiece kehidupan. Perahu saya saat ini mungkin belum besar dan hanya mampu membawa serta beberapa penumpang, tapi itu lebih baik daripada saya yang menumpang" jawab saya.

"hayo mana yang mampu membuat bahagia dan memiliki nilai kebanggaan lebih baik: menjadi penumpang dalam balutan kemewahan atau orang yang memberi tumpangan?" lanjut saya. "lagipula ada sebuah pengibaratan profesi: bahwa pelaut ulung tidak akan lahir dari lautan yang tenang. Ndak pernah ada toh pengibaratan profesi: pilot yang ulung tidak akan lahir dari langit yang tenang, apalagi penumpang ulung. Masa bangga berprofesi sebagai penumpang?" saya kembali melanjutkan.

"lagipula berdasarkan catatan sejarah ada loh lagu kebanggaan menjadi pelaut yang memiliki jam berlayar bukan jam terbang: nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa" lanjut saya bernyeleneh ria.

"Uhuk" kontan jawaban saya tersebut membuatnya tersedak sehingga mukanya memerah, entah karena malu, entah karena kepedesan, atau memang mungkin karena kebiasaan orang yang naik pesawat terbang mudah tersedak. "Maaf mas saya mau minum air dulu" orang tersebut akhirnya bergegas pergi. "Oh ya mas jangan minum air dulu nanti bisa sakit lho, lebih baik minum air yang baru disediakan tuh disudut sana insyaallah rasanya ndak beda jauh sama yang di pesawat" saya coba membantu mengingatkan demi kebaikannya.

Nah bagi sahabat yang tengah memantapkan diri dalam membuat desain hidup di tahun baru ini, yang sedang mencari kerja atau bahkan sedang akan mencari kerja. Buang anggapan bahwa bekerja di perusahaan bonafit akan membuat kehidupan anda akan lebih prestisius. Daripada bangga menjadi karyawan di perusahaan terkemuka namun anda tetap saja menjadi seorang penumpang. Lebih baik hayo perkaya Indonesia dengan menjadi self employee wal wirausahawan. Meskipun tidak mudah karena akan menghadapi banyak gelombang badai yang cetar membahana, namun percayalah: I Believe I Can Sail.

-aeplopyu [I Love U]-

------------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru


Tidak ada komentar: