Tahun dua ribu dua belas sudah berlalu, berterima kasih pada Tuhan Semesta Alam karena mampu melaluinya dengan bersabar terhadap lecutan nikmat, jua bersyukur atas berlimpahnya ujian hidup. Bisa dibilang tahun lalu merupakan awal momentum pelayaran mengarungi lautan cita dalam bahtera bernama keluarga, kemudi ego dan layar profesi bernama eduguyu.
Beberapa tahun lalu kumpulan orang yang mengklaim dirinya sebagai pakar kesehatan memvonis sulit bagi saya untuk menikah, pun harus memupus mimpi memiliki keturunan. Tapi semua itu terbantahkan oleh Dzat Yang Maha Kuasa. Ia hadirkan seorang gadis delapan belas tahun yang termunajatkan dalam tirakat hajat, berkurun waktu tiga puluh sembilan malam, yang kini bahkan Rabb mudahkan ruh mulia menghuni rahim permaisuri welas asih tersebut.
Vonis dunia terbantahkan! Ketika saya pikir itu nikmat ternyata kerap membuat saya lalai, sehingga harus saya anggap ujian sehingga saya akan memberikan effort terbaik sebagai bentuk tanggungjawab terhadap amanah yang diberikan. Pengabulan doa bukanlah semata merupakan nikmat, ada ujian besar di dalamnya: bertanggungjawablah.
Tahun lalu, banyak yang bilang dan menjatuhkan bahwa saya tidak akan pernah berprestasi maksimal dengan profesi yang saya geluti saat ini. Bahkan halangan terbesar datang dari diri sendiri, monster pikiran yang menghambat saya, jangankan untuk meloncat setinggi mungkin, bahkan membuat saya berjalan menyeret kaki dalam menekuni profesi pilihan. Tapi karena dukungan orang-orang terkasih: Ibu dan Papa, Istri tercinta, Para kakak guru yang selalu memberikan dukungan seperti MA, DD, RB, dan HS. Jua para guru JA dan FP yang memberi inspirasi dan koreksi demi pelejitan profesi.
Ketika saya pikir cemoohan dan hinaan adalah ujian, ternyata saya salah. Dalam ujian yang datang terdapat nikmat terselubung untuk dipahami, yang akan membuat kita nyaman dan lebih berani dalam menjalani pilihan hidup yang kita buat: makanya bersyukurlah ketika ujian datang.
Bersyukur terhadap datangnya ujian dan bersabar terhadap lecutan nikmat. Bersyukur terhadap datangnya nikmat adalah hal yang utama, tapi itu biasa. Bersyukur terhadap hadirnya ujian, masalah, atau musibah itu lebih utama jua lebih luar biasa. Bersabar terhadap ujian itu juga sudah anjuran umum, tapi bersabar terhadap datangnya nikmat membuat kita tidak lalai dan serakah menghabiskannya sendiri, melainkan mengutamakannya dengan berbagi.
Bijaklah terhadap apa yang datang karena didalamnya terselubung cinta dari Yang Maha Penyayang.
-aeplopyu [I LOve U]-
--------------------------------------------
Ingin berbincang & bersama Guyu? Cukup klik kitik si burung biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar