Ibu mertua saya adalah seorang wanita luar biasa. Meskipun bukan Xena The Warior Princes, bagi saya beliau adalah wanita perkasa. Enam tahun hidup menjanda dan hidup sangat sederhana, beliau pantang menerima santunan dan lebih memilih menjadi buruh jahit di pabrik pakaian, meskipun melelahkan dan mendapat penghasilan tak seberapa. "Ibu masih bisa bekerja, ndak nyaman dirumah dan bergaul gosip sama tetangga" Itu pula yang seringkali dilontarkan Ibu mertua untuk menolak rupiah yang saya berikan. Alhasil, daripada rupiah, saya lebih memilih memberikan bahan pangan yang tidak akan rela untuk beliau buang.
Selain keteguhan dalam memperoleh maisyah, Ibu mertua saya juga kekeh dalam hidup menjanda. Sebagaimana yang terjadi dua malam lalu. Seorang teman sekolah, laki-laki yang GR lama memendam rasa sejak masa SMK, datang dari kampung berkunjung larut malam dan meminta untuk menikahinya. Dipersembahkan pada Ibu mertua sekantung besar biji kopi yang dibawa dari Temanggung sebagai bukti keseriusannya. Menolak halus, Ibu mertua saya bertutur "Bagi saya cinta itu seperti biji kopi yang kamu bawa"
"Cinta itu datangnya tidak instan, seperti biji kopi mentah yang kamu harap agar langsung saya konsumsi. Agar matang dan siap dikonsumsi, cinta tersebut harus dijemur dahulu dibawah terik panas matahari ujian. Setelahnya, biji kopi cinta harus disangrai hingga hitam kecoklatan dan matang. Pasca disangrai di atas wajan panas cobaan, biji kopi cinta harus digiling menjadi bubuk kopi, agar cita rasa dan keharuman perjuangan siap untuk dinikmati. Tapi itu juga belum selesai, agar bisa dikonsumsi kamu harus siap disiram air mendidih tantangan, untuk menghidupkan cinta yang kamu inginkan. Jika itu semua terselesaikan, maka pasti saya akan menikmati manisnya perjuangan kopi cinta yang kamu tawarkan" Ibu mertua saya panjang lebar halus menolak pinangan.
"Wuih Ibu kok keren banget perkataannya" puji saya takjub. "Nanti bila dia berhasil dan menagih memangnya Ibu siap untuk menikah lagi" tanya saya jail. "Endak mas, itu hanya penolakan saya karena sebenarnya dia mau menjadikan saya istri keduanya" Tukas Ibu mertua.
Ibu mertua jadi malah balik bertanya sama saya "memangnya mas arief mau poligami nanti?". Mengandaikan kopi cinta itu tadi saya menjawab "Bu, saya dengar dari banyak orang kopi itu enak dan menyehatkan, apalagi kopi bukan minuman yang diharamkan. Bahkan saya sering diejek bukan laki-laki bila ndak suka kopi. Tapi bu, saya bukan penikmat kopi. Bagi saya cukup air putih, sebagaimana putri Ibu yang menyehatkan saya dengan ketulusannya, berkenan menerima saya yang serba kurang"
Dari kamar istri saya seketika keluar dan mencubit gemas pipi saya "UUhhh, Co Cweeet popo"
-aeplopyu [I Love U]-
----------------------------------------------------
ingin berbincang langsung dan bersama-sama guyu, cukup klik kitik si burung biru
"Wuih Ibu kok keren banget perkataannya" puji saya takjub. "Nanti bila dia berhasil dan menagih memangnya Ibu siap untuk menikah lagi" tanya saya jail. "Endak mas, itu hanya penolakan saya karena sebenarnya dia mau menjadikan saya istri keduanya" Tukas Ibu mertua.
Ibu mertua jadi malah balik bertanya sama saya "memangnya mas arief mau poligami nanti?". Mengandaikan kopi cinta itu tadi saya menjawab "Bu, saya dengar dari banyak orang kopi itu enak dan menyehatkan, apalagi kopi bukan minuman yang diharamkan. Bahkan saya sering diejek bukan laki-laki bila ndak suka kopi. Tapi bu, saya bukan penikmat kopi. Bagi saya cukup air putih, sebagaimana putri Ibu yang menyehatkan saya dengan ketulusannya, berkenan menerima saya yang serba kurang"
Dari kamar istri saya seketika keluar dan mencubit gemas pipi saya "UUhhh, Co Cweeet popo"
-aeplopyu [I Love U]-
----------------------------------------------------
ingin berbincang langsung dan bersama-sama guyu, cukup klik kitik si burung biru
2 komentar:
Gubrak bruk pyarrrrr klontang klontang........
@mba khotim: weleh ono kucing golek iwak asin ik.... :D
Makin keren selain climbing saiki blogging yo mba
Posting Komentar