Perlahan seiring berjalannya waktu. Setelah genap kemantapan
hati dan kebijaksanaan dalam bertindak. Setelah cukup dirinya bersembunyi di
lubang pertapaannya yang gelap, ia memutuskan untuk mencoba kembali. Hanya
saja, tetap saja ia berjalan mundur layaknya undur-undur.
Detik berganti menit, dan begitu seterusnya ia kembali ke
rutinitas jalan mundurnya. Hingga pada suatu saat ia berpikir akan sampai kapan
dirinya harus menjadi undur-undur yang berjalan mundur ?
"apakah aku harus terus mundur seperti ini...?",
"adakah yang mampu ku lakukan agar aku bisa menikmati
nyaman mentari yang tak menjahati tubuhku. Adakah cara agar aku bisa melaju
menuju kepadanya dalam lembut belaian sang udara...?" asanya bertanya
dalam hati.
ternyata ia bersungguh dalam ketetapan hati dan berupaya agar
hal tersebut tak hanya menjadi belaka angan. Penuh dengan kesantunan hati dan
kebersahajaan tindak, dia sepenuh berusaha belajar, menanam, dan menyemai
cinta.
Denting waktu berlalu sebagaimana biasa. Hingga pada suatu hari
Tuhan mengabulkan doanya.
Entah kenapa hari itu ia merasakan kelelahan yang amat sangat.
Tubuhnya terasa begitu rapuh tak menggeliat terbalut sesuatu yang sangat
mengungkungnya erat. "Ah..mungkin ini memang sudah waktuku.."
kesahnya menerima kejanggalan tersebut. Dan si undur-undur pun hilang dalam
kealpaan....
Ternyata si undur-undur bukan dijemput untuk pulang kepada Sang
Tuhan. Dan ketika dia tersadar dia begitu kaget mendapati dirinya diatas
genangan kecil dimana dia bergantung pada suatu ranting. "Siapakah dia
yang terus memandangiku dengan aneh ?". Dia mencoba menyentuhnya dan
mendapati bahwasanya itu adalah dirinya sendiri.
Aduhai ternyata dia belum mati. Tuhan memberikan kesempatan kedua
dalam metamorfosis hidupnya. Kini ia menjelma menjadi serangga bersayap dan
merasakan betapa dirinya merasa begitu ringan. Wujudnya kini memang tak seelok
kupu-kupu yang rupawan. Juga tidak memiliki ketangguhan seperti capung, Sang
Naga di dunia serangga. Tapi dia memiliki wujud baru, lebih kecil dari capung,
namun punya corak yang tidak kalah elok dari Sang kupu-kupu.
Dalam hati ia bergumam penuh rasa haru, "terima kasih Tuhan
telah memberiku kesempatan kedua dan membekaliku dengan wujud yang baru. Kini
aku tak akan takut lagi menatap matahari, bahkan kini aku benar-benar nyaman
menikmatinya dalam lembut belaian udara"
Kini undur-undur itu tak lagi harus berjalan mundur.
***
--Berlarilah menghadap matahari maka
bayangan akan mengikutimu. Sebab, bila engkau membelakangi matahari,
bayang-bayanglah yang kan engkau kejar.--
[Ibn A'thailah dalam Al Hikam]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar