Selasa, 16 Oktober 2012

Tahu Goreng, Sambel Berambang

Sewaktu kecil di kampung, seringkali pada akhir minggu si mbah mengajakku ke pemandian umum di kabupaten, bila aku tak salah ingat namanya Tirtasari. Bukan hanya sekedar untuk berenang riang, tapi juga untuk tertawa menikmati beberapa tingkah satwa yang jenaka disana, hingga akhirnya kami harus beristirahat di sekitar danau buatan yang banyak iwak tawes, disaat kaki kami mulai terasa lemes.

Satu hal yang pasti dan akan selalu dilakukan oleh si mbah ketika kami berwisata disana adalah menghidangkan tahu goreng berserta sambel berambang. Dan menu itulah yang akan selalu kami santap bersama ketika kami beristirahat karena kelelahan seusai senang berenang ataupun pusing tersasar karena berkeliling.

Aku tak pernah menanyakan kenapa beliau selalu saja menghidangkan menu tersebut. Itu ku lakukan karena tak pernah merasa bosan terhadap kelezatan cinta si mbah dalam menu tersebut. Lagipula tahu goreng dan sambel berambang sepertinya sudah menjadi santapan terfavorit pilihan pemirsa, eh pilihan saya maksudnya.

Suatu kala, si mbah bercerita selayaknya mendongeng seraya menyuapiku. "le.., tahu itu makanan murah yang banyak manfaat buat kamu. Kandungan dalam tahu akan sangat bermanfaat bagi perkembangan tubuhmu nanti. Sedangkan berambang akan mampu membuat nafasmu menjadi lebih panjang, juga bisa membunuh sel-sel penyakit dalam tubuhmu. Membuatnya pasti akan menitikkan air mata sakit, tapi nek kamu memakannya sekarang, kamu menitikkan air mata kepuasan bukan ?"

Kini aku mulai memahami arti perkataan si mbah tersebut. Kandungan yang dimaksud si mbah dalam tahu, ku pahami sebagai nilai ketabahan tuk bermanfaat sebagaimana kedelai berproses menjadi tahu. Dimana ia harus direndam, dikupas, digiling, dimasak, diaduk, dan seterusnya hingga dia digoreng dan bisa dimakan bagi perut yang lapar. Bahkan ketika si tahu terproses melalui saluran pencernaan ia tetap saja bermanfaat menjadi mineral penyubur tanah ‘kan ?

Esensi kehidupan adalah agar bermanfaat. Manusia bisa dikatakan hidup jika mampu memberikan manfaat. Untuk menjadi lebih bermanfaat dan memberikan kebahagiaan manusia harus memiliki bekal cinta. Bekal cinta diperoleh dari proses ketabahan yang menghasilkan ketangguhan tuk berjuang. Berjuang untuk menjadi hidup, perjuangan untuk berbagi cinta, perjuangan untuk menjadi bermanfaat bukan hanya bagi yang membutuhkan, bagi sesama, juga seisi semesta.

Proses untuk menjadi berbahagia tersebut memerlukan pengorbanan. Karenanya akan banyak air mata yang menetes ketika kita melalui tahap demi tahap proses tersebut. Jangan pernah malu untuk menangis, karena menangis mampu memperpanjang asa dan membunuh kebencian akan keterpurukan, karena dalam tangis terdapat butir mutiara ketabahan dan kemudahan.

Sambel berambang mengandaikan bahwasanya air mata ketabahan dalam proses hidup mampu membunuh bibit penyakit keputusasaan, sehingga kelak akan mampu mengolah kita menjadi manusia yang bermanfaat. Menjadi bermanfaat setidaknya melalui silaturahmi akan mampu memperpanjang nafas (usia), bukankah rasulullah juga pernah bersabda demikian ?

Seiring proses tersebut. Air mata yang kita teteskan diawal perjuangan tentu akan berubah menjadi air mata kebersyukuran. Betapa dengan segala keteguhan dan ketabahan hati dalam keterbatasan diri, kita mampu menyadari bahwasanya kita mampu berbahagia dan membuat yang lain menjadi bahagia karena kehadiran kita.

Aduhai si mbah terima kasih atas kesegalaan ke-welasasihan-mu. Duhai Sang Maha Pengasih 'ku titipkan air mata kerinduan seraya mengemis doa untuk kebahagiaan si mbah di syurga-Mu....amin..

Dan diakhir suapan si mbah mengingatkan aku dengan suaranya yang serak tapi lembut
"nah le...kelak tiap kali kamu menghadapi kesulitan hidup ingatlah untuk menyantap tahu goreng plus sambel berambang ya..."

Tidak ada komentar: