Aku tak pernah menanyakan kenapa beliau selalu saja
menghidangkan menu tersebut. Itu ku lakukan karena tak pernah merasa bosan
terhadap kelezatan cinta si mbah dalam menu tersebut. Lagipula tahu goreng dan
sambel berambang sepertinya sudah menjadi santapan terfavorit pilihan pemirsa,
eh pilihan saya maksudnya.
Suatu kala, si mbah bercerita selayaknya mendongeng seraya
menyuapiku. "le.., tahu itu makanan murah yang banyak manfaat buat kamu.
Kandungan dalam tahu akan sangat bermanfaat bagi perkembangan tubuhmu nanti.
Sedangkan berambang akan mampu membuat nafasmu menjadi lebih panjang, juga bisa
membunuh sel-sel penyakit dalam tubuhmu. Membuatnya pasti akan menitikkan air
mata sakit, tapi nek kamu memakannya
sekarang, kamu menitikkan air mata kepuasan bukan ?"
Kini aku mulai memahami arti perkataan si mbah tersebut.
Kandungan yang dimaksud si mbah dalam tahu, ku pahami sebagai nilai ketabahan
tuk bermanfaat sebagaimana kedelai berproses menjadi tahu. Dimana ia harus
direndam, dikupas, digiling, dimasak, diaduk, dan seterusnya hingga dia
digoreng dan bisa dimakan bagi perut yang lapar. Bahkan ketika si tahu
terproses melalui saluran pencernaan ia tetap saja bermanfaat menjadi mineral
penyubur tanah ‘kan ?
Esensi kehidupan adalah agar bermanfaat. Manusia bisa dikatakan
hidup jika mampu memberikan manfaat. Untuk menjadi lebih bermanfaat dan
memberikan kebahagiaan manusia harus memiliki bekal cinta. Bekal cinta
diperoleh dari proses ketabahan yang menghasilkan ketangguhan tuk berjuang.
Berjuang untuk menjadi hidup, perjuangan untuk berbagi cinta, perjuangan untuk
menjadi bermanfaat bukan hanya bagi yang membutuhkan, bagi sesama, juga seisi
semesta.
Proses untuk menjadi berbahagia tersebut memerlukan pengorbanan.
Karenanya akan banyak air mata yang menetes ketika kita melalui tahap demi
tahap proses tersebut. Jangan pernah malu untuk menangis, karena menangis mampu
memperpanjang asa dan membunuh kebencian akan keterpurukan, karena dalam tangis
terdapat butir mutiara ketabahan dan kemudahan.
Sambel berambang mengandaikan bahwasanya air mata ketabahan
dalam proses hidup mampu membunuh bibit penyakit keputusasaan, sehingga kelak
akan mampu mengolah kita menjadi manusia yang bermanfaat. Menjadi bermanfaat
setidaknya melalui silaturahmi akan mampu memperpanjang nafas (usia), bukankah
rasulullah juga pernah bersabda demikian ?
Seiring proses tersebut. Air mata yang kita teteskan diawal
perjuangan tentu akan berubah menjadi air mata kebersyukuran. Betapa dengan
segala keteguhan dan ketabahan hati dalam keterbatasan diri, kita mampu
menyadari bahwasanya kita mampu berbahagia dan membuat yang lain menjadi
bahagia karena kehadiran kita.
Aduhai si mbah terima kasih atas kesegalaan ke-welasasihan-mu.
Duhai Sang Maha Pengasih 'ku titipkan air mata kerinduan seraya mengemis doa
untuk kebahagiaan si mbah di syurga-Mu....amin..
Dan diakhir suapan si mbah mengingatkan aku dengan suaranya yang
serak tapi lembut
"nah le...kelak tiap kali kamu menghadapi kesulitan hidup
ingatlah untuk menyantap tahu goreng plus sambel berambang ya..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar