Lama sepertinya sudah, Sang Pencinta meringkuk diruang rindu yang tiada jua berujung, karena
sekonyong-konyongnya kerinduan itu juga tiada
berbentuk. Ingin sekali Ia menyampaikan
kerinduan itu, tapi tak ada daya karena ketidakmampuan akibat ketidakwarasan
yang masih saja senang mencumbui lemah raganya.
Satu-satunya sahabat terbaik hanyalah tembok biru kamar, yang
mengandai luas lautan. Sesaat memberi semangat, kala rapuh ia memberi rasa
teduh.
"salam alaykum....?"
tertegun Sang Pencinta mendengar suara mungil yang menyapa
lamunan.
"Duhai sang pencinta gerangan apa yang membuatmu begitu
bersedih... ?" tanya sapa seekor hitam semut membuatnya tertegun tak percaya.
"wa alaykum salam...engkaukah
itu duhai semut..yang menyapa dan mengajakku berbicara" jawabnya memaksakan kesopanan dalam keterbata-bataan kata.
"benar duhai sang pencinta...apa yang membuatmu begitu
bersedih? Adakah yang bisa makhluk kecil ini lakukan untuk membesarkan hatimu
?" Tanya semut
"aduhai semut sesungguhnya aku sedang dirundung rindu.
Namun keadaanku menghalangiku tuk menyampaikan kerinduan tersebut" kesah sang pencinta pada semut.
"bolehkah 'ku bantu... Aku memang bertubuh kecil. Namun aku
memiliki banyak saudara diseluruh muka dunia. Aku pasti akan menyampaikan
kerinduan itu pada kekasih yang kau rindu" sahut semut menawarkan pertolongan.
"hanya saja.... Pasti akan membutuhkan waktu lama hingga
kerinduan itu bisa tersampaikan" sesal semut memperjelas pertolongan.
"Aduhai semut.. Sungguh kerinduan ini tengah membuncah dan
tiada sanggup lagi tertahan. Aku ingin segera kerinduan ini tersampaikan.
Bisakah kau ?" jelas sang pencinta dalam tanya.
"maafkan aku sang pencinta.. Jika demikian kehendakmu maka
sungguh aku tidak mampu membantumu. Bersabarlah
semoga Rabbi memberikan kemudahan" sesal semut hingga kemudian berlalu
meninggalkan sang pencinta dalam keheningan.
Ternyata kegundahan Sang Pencinta mengusik rasa iba sang angin. "Aku bisa membantumu
!" suara angin lembut membelai telinga.
"jangan bersedih duhai sang pencinta. Biarkan aku
membantumu. Akan ku sampaikan kerinduanmu secepat mungkin seperti apa yang kau
inginkan" tukas angin berusaha menghibur hati sang pencinta murung.
"sekarang katakan pada siapa dan dimana kerinduan itu harus
ku sampaikan ?" Tanya angin seraya bergegas
untuk segera berangkat.
"itulah dia duhai angin. Masalahnya aku tak tahu pada
siapa, untuk apa, dan dimana kerinduan ini harus ku labuhkan" jawab sang pencinta yang lantas membuat sang angin
semakin bingung.
"haah.. Engkau ini lucu atau bahkan menyedihkan wahai sang
pencinta! Bagaimana mungkin engkau bisa begitu tersiksa dalam kesedihan karena
kerinduan. Namun engkau sendiri tak tahu pada siapa kerinduan itu harus
bermuara ?" Tanya angin yang justru
membuat sang pencinta semakin rapuh.
"bila keadaannya demikian... Sungguh aku menyesal tak bisa menolongmu. Semoga Rabbi memberi ketetapan pengetahuan
bagimu" Anginpun berlalu
melintas meninggalkan sang pencinta.
..............
Dan.... sang pencintapun kembali
terpuruk dalam kesedihan........
"Kenapa tidak kau titipkan pada-Ku" Suara itu begitu sangat
indah menenangkan gundah.
"Aku bisa lebih cepat tuk menyampaikan rindumu. Bahkan
engkaupun tak perlu mengatakan pada mana kerinduan itu harus Ku sampaikan.
Karena Akulah yang menciptakan rasa rindu. Bahkan sadarkah kau duhai yang
mengaku sang pencinta ! Akulah kerinduan itu"
suara itu begitu hangat memberikan terang bijak kebajikan.
“Aduhai aku sungguh malu. aku sungguh lupa. Tentunya hanya Engkaulah yang pantas untuk ku
jadikan sebagai Sang Pujaan, satu-satunya yang pantas untuk aku rindukan” sesal sang pencinta
"tak usah merasa bersalah juga menghinakan diri. Karena
engkau juga merupakan salah satu kemuliaan yang Aku ciptakan. Sudah fitrahmu
untuk merasakan kerinduan bukan hanya pada-Ku untuk kau jadikan sebagai Sang
Pujaan Hati. Bahkan juga bagi sesamamu, karena seperti yang Ku bilang, sudah
fitrah kalian untuk berpasang-pasangan." Dan suara itu pun sayup
menghilang perlahan membuyarkan keheningan dan membangkitkan sang pencinta untuk segera mensucikan hati, bersimpuh diri untuk memohon ampunan dan
keberkahan.
Duhai Rabbi Sang Pujaan Hati, jadikanlah kerinduan ini hanya
akan bermuara kepada wujud-Mu. Dan bila Engkau berkenan, kelak jadikanlah bunga
kerinduan itu dalam wujud ciptaan-Mu. Kesalehan jiwa... sang pujian hati yang
akan selalu menuntun kami untuk bermuara
diri hanya kepada-Mu. Siapapun ia... dalam apapun wujudnya...dan dimana ia
berada...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar