Jangan anda bayangkan bahwasanya ia terbuat dari kain nan
lembut pun kehalusan sutra. Tidak pula rajutan dan pilinan yang indah. Ia
hanyalah kain dengan sablonan cetak jua bertekstur kasar, yang mudah menjadi
compang nan camping, serta sobek sana dan sini selayaknya kain murah nan usang.
Meskipun demikian, semenjak itu saya selalu menjadikannya sejawat
tererat yang bahkan mengalahkan kesemuaan pakaian yang pernah melekat.
Ia selalu setia menuntun bodoh hati dalam menuju arah Tuhan.
Ia memberikan kelembutan saat kefanaan dunia menyapa dengan kasar. Ia
meneduhkan saat mentari terasa berlaku terlalu kejam. Ia membasuh saat saya terasa begitu sangat rapuh.
Hadirnya membuat mengerti akan apa itu arti diri.
Kesegalaannya membuat kesemuaan menjadi terutuh. Begitu banyak rayuan rindu
telah saya bisikkan dan semoga tersampaikan pada-Nya. Begitu tak terhitung peluh
perjuangan terbasuh demi meraih kasih-Nya.
Kala lelah ia membentang memberikan hantaran kasih sayang. Kala
rindu ia terjembar melembutkan kalbu yang liar tersasar. Kalah resah ia
terteduh mengusap kepala meredakan segala amarah. Kala sedih ia setia
menghamparkan diri, menjadi labuhan bagi tiap tetes air mata hingga mampu
meredakan semua duka.
Dalamnya tersimpan banyak doa mengiba cinta. Padanya banyak air
mata pengharapan, tempat segala kesedihan tertetirah. Ia sahabat terbaik yang
selalu setia mendampingi asa. Guru kesederhanaan dalam meraih kasih nan
tersahaja.
Sembilan tahun sudah ia mendampingi dan menjadi buni-buni
pengharapan. Kini di pusara si mbah, saya titipkan ia bersama kesalehan jiwa
terkasih. Semoga semua air mata kasih, seluruh doa cinta dan peluh juang
penghambaan diri, mampu mewujud pengabdian seorang anak manusia untuk menjadi
saleh bagi sosok terkasih yang kini tenang meninggalkan kefanaan dunia.
Aduhai sorban merah, sahabat jua guru terkasih. Kini
dampingilah si mbah dengan kesederhanaan cinta yang tersimpan dalam wujudmu.
Hangatkan ia kala dingin malam menusuk. Teduhkan ia kala panas membakar.
Kelak bila tiba waktu, semoga engkau masih berkenan untuk
mengenali, kawan perjalanan yang banyak berhutang budi cinta karena hadirmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar