Pagi tadi saya bertemu dengan satu lagi guru kehidupan. Seorang pemuda bernama Kak AJ yang mendedikasikan diri melukis senyum bahagia anak yatim melalui keajaiban sulap. Sebenarnya jauh-jauh hari saya sudah sedikit jail kepada guru saya ini, tentunya dengan menggunakan teknik Sutikno. Lagi-lagi Sutikno, sebenarnya siapa sih Sutikno ini? Nah kali ini saya sepertinya harus memperkenalkan siapa sebenarnya Sutikno ini.
Sutikno adalah sahabat ketika saya sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di kampung. Parasnya tampan, tinggi, pintar, baik hati, rajin mengaji, gemar menabung, dan banyak digandrungi oleh teman-teman wanita di sekolah. Tapi bukan itu yang membuat saya seringkali menggunakan nama Sutikno dalam tiap kali keisengan saat pertama berkenalan.
Biasanya, setiap hari ketika pulang sekolah saya akan menemani nenek ke sawah. Tapi hari itu karena Pak Guru memberikan pekerjaan rumah yang cukup sulit, maka saya memutuskan untuk belajar ke rumah Sutikno dan tidak menemani nenek ke sawah. Seusai ganti baju saya pun beranjak menuju rumah Sutikno. Sore hari saya pun baru pulang.
Malam hari saya tidak mendapati nenek pulang. Pagi hari pun nenek belum pulang. Hari berganti hari, nenek belum juga pulang. Hampir seminggu nenek menghilang saya pun jadi kebingungan. Hingga pada hari rabu esoknya, nenek sudah ditemukan terkubur di ladang tebu, dibunuh oleh adiknya sendiri hanya karena si pembunuh tersinggung oleh ucapan nenek.
Hingga saat ini saya menyadari, mungkin jika hari itu saya tidak pergi ke rumah Sutikno dan memilih ikut nenek ke ladang pasti saya juga akan menjadi korban pembunuhan keji sebagaimana yang dialami oleh nenek saya. Makanya secara tidak langsung sebenarnya Sutikno sudah menyelamatkan nyawa saya.
Saya memilih menggunakan nama Sutikno dalam tiap kali pertama berkenalan, bukan sekedar untuk menguji penerimaan seseorang terhadap sosok saya. Lagipula tidak sepenuhnya benar jika nama Sutikno identik dengan sosok pemuda ndeso yang yang bodoh, tidak seperti teman saya tersebut. Hingga hari ini bahkan sampai kapanpun saya akan tetap menggunakan nama Sutikno untuk mengingatkan tentang betapa harus bersyukurnya saya masih hidup hingga saat ini, meskipun sekaligus membuat sedih mengenang tragedi yang menimpa nenek terkasih.
nami kulo Sutikno and aeplopyu no :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar