Selasa, 16 Oktober 2012

Selalu Ada Terang Dalam Gelap


Menikmati tingkah polah si kecil begitu menyenangkan, bahkan seringkali teramat melelahkan hati karena sepertinya adik kecil saya ini tiada pernah kehabisan energi 'tuk bermain. Tiap kali dia jatuh, tangisnya akan keluar untuk sesaat dengan sekencang-kencangnya, tapi lucunya setelah itu, dia 'kan kembali tertawa dan kembali bersemangat mengajak kami bermain, bernyanyi, bahkan menari bersamanya.

Satu-satunya yang paling ditakuti dan akan membuatnya terdiam adalah kegelapan. Mungkin hal itulah yang menyebabkan dia sangat takut masuk ke kamar saya yang notabene hampir sepanjang hari dalam keadaan gelap.

Suatu ketika saya begitu ingin menggodanya. Sehingga sengaja saya nyalakan lampu kamar dan membiarkan ia masuk lalu menyapa. Dengan segera saya mematikan lampu, dan sungguh saya melihat reaksi yang justru membuat terinspirasi. Dalam gelap dia tentunya menangis tapi yang membuat takjub ia bukan hanya pasrah dan menangis, tapi berjalan berusaha menggapai stop kontak lampu yang sepertinya telah ia ingat posisinya sewaktu masuk ke kamar. Sungguh mengagumkan..

***
Tidakkah kita pernah mengalami masa gelap dalam hidup. Bahkan banyak dari kita yang justru terpuruk atau setidaknya pasrah yang kebablasan dalam mengartikan wejangan RA. Kartini "habis gelap terbitlah terang".

Lho bukannya pasrah adalah wujud syukur dalam keberserahan diri untuk menerima ujian-Nya ? Itu tidak sepenuhnya benar. Lho bukannya sabar merupakan keutamaan seorang pencinta ? Itu juga tidak sepenuhnya salah.

Seringkali karena lemahnya hati, kita sepenuhnya menyalahkan keadaan, kemampuan, takdir, bahkan menyalahkan Tuhan. Nah kalo itu sepenuhnya salah !

Kerapkali karena kurangnya pemahaman tentang hadirnya keadaan (atau bahkan ketidak adaan) kita hanya bisa bersabar menunggu pertolongan Tuhan. "pasrahkan segalanya dan Tuhan pun akan menolong kita", lho bukannya Tuhan juga tidak akan merubah keadaan jika kita tidak berusaha dan berdoa? Nah kalo fase ini kita hanya baru masuk fase sabar belum masuk fase “taat pajak” ('kan katanya orang bijak taat pajak ya... :p ).

Hal yang paling tepat jangan hanya meratapi keadaan hingga terpuruk. Tapi selain mensyukuri ujian sebagai sebuah nikmat, kita juga harus berusaha mencari "stop kontak" dalam kegelapan tersebut. Sehingga lampu kehidupan itu pun 'kan kembali menyala. Tak mengapa jika masih redup, tapi setidaknya kita akan tahu dimana kita harus berada, apa-apa saja yang harus dibersihkan dan harus ditata ulang.

Bukan keadaan, kemampuan, takdir, orang lain, bahkan Tuhan yang harus disalahkan. Salahkan dirimu sendiri karena melupakan kemauan, yang sebenarnya sungguh selalu setia mendampingi untuk membantumu mengatasi kegelapan itu. Berapa kalipun kamu terjatuh, merengek dan menangislah bahkan sekencang-kencangnya, tapi setelah itu kembalilah bermain, bernyanyi, menari, melukis, atau apapun yang ingin kau lakukan dalam menjalani kebaikan hidup.

Jadi jangan hanya menunggu terang. Jangan hanya berpaham "habis gelap terbitlah terang". Tapi ciptakanlah terang tersebut. Sadarilah sesungguhnya "selalu ada terang dalam gelap".

“padamkan secercah warna-warni duniamu
saat kau mulai kehilangan arah
Nyalakan secercah warna-warni duniamu
saat berjalanmu kembali tegap”
(So7 : Perhatikan Rani)

Tidak ada komentar: