Melihat wajah teduh Ibu, saya jadi teringat kisah waktu itu.
Seperti biasa, ba'da isya itu saya diminta Ibu mengantarkan
beliau untuk berbagi cinta dengan kaumnya. Bersama Si Jupi saya antar beliau ke
tempat tujuan. Di persimpangan tiba-tiba saja hal lucu tersebut terjadi.
Ketika tiba disebuah persimpangan Ibu bilang agar saya belok kanan.
"kanan..kanan.." perintah Ibu agar saya berbelok. Ketika saya
berbelok ke kanan Ibu berkata protes
"eh kanan..kanan..kok kesini.." seraya menunjuk arah berlawanan
dengan jarinya yang menunjuk ke arah kiri.
Jujur dengan sedikit nada jengkel dari sudut pandang saya,
bahwasanya saya telah benar menuruti perintahnya. Saya menjelaskan bahwasanya
arah yang ditunjuknya adalah kiri. Ibu pun terdiam menyadari bahwa dirinya
salah. Tapi ketika saya menengok ke belakang bahwasanya Ibu duduk menyamping
karena beliau saya bonceng kan..
*************************
Bukankah banyak tangis dan kesedihan yang disebabkan hanya
karena hal sepele seperti kanan atau kiri, telur atau ayam. Masing-masing pihak
akan mempertahankan ego dari sudut pandangnya saja, tanpa pernah mau mengalah,
atau lebih tepatnya peduli dengan perasaan orang yang sedang bersama kita.
Belajarlah untuk peduli, karena itu hal terpenting dengan nilai
kemuliaan tertinggi. Hargailah orang yang tengah bersamamu karena dia adalah
orang terpenting dalam hidupmu. Dan tunjukkanlah saat ini, bukan menundanya
karena malu atau ego. Bukankah saat ini merupakan waktu terpenting dalam
hidupmu, bukan kemarin ataupun esok yang tidak pasti.
Akhirnya ketika sampai ditempat tujuan, saya pun bertanya lembut
pada Ibu "mau dijemput jam berapa bu..?" . Kemudian Mata Air Kasih tersebut
menjawab "ehmmm.. setengah Sembilan ya" sembari melenggang tersenyum
lucu layaknya anak kecil yang begitu ingin dimanja..
I do love U.... Bu.... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar