Tapi ternyata aku salah. Aku perhatikan benar-benar bentuk dan
warnanya begitu sederhana namun menggoda mata meskipun belum mampu menggugah
selera. Aku beranikan mengambil satu, lalu........KRESS (kira-kira begitu
bunyinya) kerenyahan itu upil--eh maaf maksudku itu kerupuk upil--
sekonyong-konyong membuat mulut ini tak henti menguyahnya.
Tengoklah itu kerupuk. Kenapa mampu membuat mulut ini tak lelah
untuk mengunyahnya. Padahal rasanyapun bisa dibilang tawar, bentuknyapun
teramat sederhana? Aku begitu penasaran layaknya tokoh kartun kera kecil
kegemaranku yang ditayangkan disalah satu tv swasta nasional setiap pukul 7
pagi. Si Mbah pun menunjukkan cara pembuatannya padaku dan tentunya bahan dasar
kerupuk upil ternyata bukan limbah hidung.
Itu adonan dibanting-banting hingga tiada rongga udara. Kemudian
jika mau kau dapat memberinya warna--tapi tentu saja aku lebih memilih warna
aslinya putih, karena keaslian itu merupakan keindahan lezat yang paling
hakiki. Itu adonan lalu dijemur diterik panas mentari. Itu adonan kemudian
disangrai dengan butiran-butiran pasir diatas tungku panas. Dan lihatlah adonan
itu kini menggeliat sempurna menjadi panganan non kolesterol, yang meskipun
minim nilai gizi, membuat tenggorokan kering jika terlalu banyak
mengkonsumsinya, tapi setidaknya dia mampu menjadi panganan yang bermanfaat
bagi yang membutuhkan.
Manusia jika ingin disebut hidup lebih dari sekedar ada,
haruslah seperti kerupuk upil. Arti hidup adalah mampu memberi manfaat meskipun
kita bukanlah yang terbaik bagi yang membutuhkan. Tapi setidaknya kita mampu
menunjukkan inti keluhuran hidup yaitu peduli.
Menjadi bentuk yang bermanfaat terkadang juga harus berbekal
ketabahan. Berbagai ujian akan membanting kita hingga terluka. Namun justru hal
tersebut akan membuat wujud kita sebagai adonan kehidupan akan semakin baik.
Dan ingatlah kita dapat menggunakan topeng dengan warna apa saja agar terlihat
lebih bagus, lebih indah, dan lebih-lebih lainnya. Namun justru menjadi diri
sendiri adalah hal tersempurna. Pasir-pasir ujian yang tadi menerpa akan
menyempurnakan kita sebagai adonan kehidupan, menjadi wujud panganan yang
rendah kolesterol. Karena semua zat negatif yang kita miliki, entah itu amarah,
ego, telah tiris dengan sendirinya melalui proses tersebut.
Tak peduli mereka menyebutmu apa. Karena bukanlah nama yang
menentukan kualitas diri, melainkan apa yang bisa kamu lakukan bahkan melebihi
namamu sendiri. Sehingga kamu benar-benar pantas disebut hidup, karena kamu
mampu memberi manfaat sekalipun dalam hal yang remeh temeh, layaknya makanan
ringan, layaknya kerupuk upil.
Jadi...ada yang mau kerupuk upil ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar