Selasa, 16 Oktober 2012

Kerupuk Upil

Mendengar namanya pertama kali, aku begitu jijik membayangkan sebuah makanan yang terbuat dari limbah hidung. sehingga saat Si Mbah menghidangkannya aku sama sekali tak mau menyentuhnya, karena jijik membayangkan bahan pembuatnya.

Tapi ternyata aku salah. Aku perhatikan benar-benar bentuk dan warnanya begitu sederhana namun menggoda mata meskipun belum mampu menggugah selera. Aku beranikan mengambil satu, lalu........KRESS (kira-kira begitu bunyinya) kerenyahan itu upil--eh maaf maksudku itu kerupuk upil-- sekonyong-konyong membuat mulut ini tak henti menguyahnya.

Tengoklah itu kerupuk. Kenapa mampu membuat mulut ini tak lelah untuk mengunyahnya. Padahal rasanyapun bisa dibilang tawar, bentuknyapun teramat sederhana? Aku begitu penasaran layaknya tokoh kartun kera kecil kegemaranku yang ditayangkan disalah satu tv swasta nasional setiap pukul 7 pagi. Si Mbah pun menunjukkan cara pembuatannya padaku dan tentunya bahan dasar kerupuk upil ternyata bukan limbah hidung.

Itu adonan dibanting-banting hingga tiada rongga udara. Kemudian jika mau kau dapat memberinya warna--tapi tentu saja aku lebih memilih warna aslinya putih, karena keaslian itu merupakan keindahan lezat yang paling hakiki. Itu adonan lalu dijemur diterik panas mentari. Itu adonan kemudian disangrai dengan butiran-butiran pasir diatas tungku panas. Dan lihatlah adonan itu kini menggeliat sempurna menjadi panganan non kolesterol, yang meskipun minim nilai gizi, membuat tenggorokan kering jika terlalu banyak mengkonsumsinya, tapi setidaknya dia mampu menjadi panganan yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Manusia jika ingin disebut hidup lebih dari sekedar ada, haruslah seperti kerupuk upil. Arti hidup adalah mampu memberi manfaat meskipun kita bukanlah yang terbaik bagi yang membutuhkan. Tapi setidaknya kita mampu menunjukkan inti keluhuran hidup yaitu peduli.

Menjadi bentuk yang bermanfaat terkadang juga harus berbekal ketabahan. Berbagai ujian akan membanting kita hingga terluka. Namun justru hal tersebut akan membuat wujud kita sebagai adonan kehidupan akan semakin baik. Dan ingatlah kita dapat menggunakan topeng dengan warna apa saja agar terlihat lebih bagus, lebih indah, dan lebih-lebih lainnya. Namun justru menjadi diri sendiri adalah hal tersempurna. Pasir-pasir ujian yang tadi menerpa akan menyempurnakan kita sebagai adonan kehidupan, menjadi wujud panganan yang rendah kolesterol. Karena semua zat negatif yang kita miliki, entah itu amarah, ego, telah tiris dengan sendirinya melalui proses tersebut.

Tak peduli mereka menyebutmu apa. Karena bukanlah nama yang menentukan kualitas diri, melainkan apa yang bisa kamu lakukan bahkan melebihi namamu sendiri. Sehingga kamu benar-benar pantas disebut hidup, karena kamu mampu memberi manfaat sekalipun dalam hal yang remeh temeh, layaknya makanan ringan, layaknya kerupuk upil.

Jadi...ada yang mau kerupuk upil ?

Tidak ada komentar: