Saat itu sebenarnya aku sedang asyik menjelajah di padang rumput terluas di negeriku. Langit begitu indah, matahari pagi hari ini juga begitu bersahabat. Hari terbaik untuk menikmati semilir angin yang sejuk menerpa kulit. Ahhhh, entah mengapa aku merasa hari ini adalah hari terbaik sepanjang usiaku. Sampai-sampai aku berpikir pun jika Allah berkehendak ini sebagai hari terakhir untuk dinikmati, aku tak akan kecewa.
Di kejauhan sana, aku melihat panutanku Ibrahim Alaihi Salam, duduk tertekur seperti sedang memikirkan masalah pelik. Kebimbangan terlihat di wajah beliau. Aku pandangi wajah teduhnya dari kejauhan, perlahan beliau terlihat sedang berdoa begitu khusyuk bersimpuh diatas hamparan luas sajadah hijau. Tak lama beliau datang berjalan ke arahku, pun terlihat kegundahan hatinya sudah sirna.
Kembali aku menjelajahi padang rumput bersama sahabat-sahabatku, hingga akhirnya tubuh ini pun mulai terasa lelah. Aku pun akhirnya terlelap dalam hangat nyaman mentari saat itu. Entah kenapa tidur 'ku kali ini terasa begitu nyaman. Aku merasa dibuai awan, tubuhku begitu ringan, dan merasa sepertinya saat ini aku sedang terbang melintasi khayang.
Tiba-tiba aku terbangun diatas sebuah batu besar dan merasakan sedikit perih disekitar leher. Sekalipun aku mulai tersengal-sengal bernafas dan pandangan ini mulai memudar, namun aku tidak merasakan sakit sedikitpun. Yang ada justru aku merasa begitu hangat dan bahagia, melihat pemandangan yang begitu mulia saat ini. Sebuah pemandangan yang aku yakin, jika seluruh makhluk hidup di dunia akan menjadi iri dan cemburu padaku. Aku melihat panutanku Ibrahim Alaihi Salam sedang memeluk erat putranya Ismail Alaihi Salam dengan penuh cinta dan keharuan sembari melafalkan puja puji kepada Allah.
Akhirnya Izrail pun datang dan tersenyum kepadaku. Ia berkata Allah khusus memerintahkannya untuk menjemputku karena aku hewan Qurban pertama yang mati mulia, pengganti ketulusan hati dua manusia terbaik. Pengabdian Ibrahim Alaihi Salam serta kepatuhan Ismail Alaihi Salam kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Kini aku sedang menikmati hamparan hijau rumput di surga. Bersyukur mengetahui menjadi hewan yang mati syahid, dan berbahagia karena Allah berkenan memuliakan aku dan ras ku hingga kini.
-- wawancara imaginer Sang domba Qurban pertama --
2 komentar:
soo farr soo good.. btw embeknya 11:12 sama penulisnya yah :p
LAnjutkan mengembekkan dunia... HaHa.. :D
mbek...mbek...mbek.....
Posting Komentar