Saya: Ubi, popo bersyukur karena Allah berkenan menghadirkan wanita yang terjaga kesuciannya sepertimu, mampu menahan diri untuk tidak pacaran, hingga ayah datang memberi pancaran.
Saya: Ubi, popo bersyukur karena engkau bersedia menjadi pendamping hidup. Sekalipun usia kita terpaut jauh sepuluh tahun waktu.
Saya: Ubi, popo bersyukur karena engkau berkenan merendahkan hati menerima pinangan ayah. Meskipun engkau tahu secara medis ayah berpeluang meninggalkanmu terlebih dahulu.
Saya: Ubi, popo bersyukur mampu melihat senyum pengabdianmu. Sekalipun engkau lelah menimba ilmu dan merawat janin yang ada dalam rahimmu, namun engkau masih berbahagia ketika ayah pulang, lalu kita beribadah bersama.
Saya: Ubi, popo selalu bersyukur karena engkau begitu 'nrimo terhadap ketiadaan segala hal atribut mewah dunia yang belum mampu ayah hadirkan untukmu.
Saya: Sungguh benar adanya bahwa kita memang pasangan ahli syurga. Popo akan selalu bersyukur atas turun hadir mu didalam kehidupanku. Begitupun Ubi, yang selalu bersabar atas nyelonongnya popo didalam kehidupanmu.
[menatap dalam, tersenyum, kemudian mengecup kening saya]
Istri: Popo, sungguh tersipu Ubi jadinya. Namun Ubi merasa tidak benar adanya dan tidak adil jadinya jika popo berkata seperti itu.
Istri: Popo, bukankah Allah tidak bermain dadu dalam penciptaan setiap kejadian di alam semesta. Tidak pula dengan pertemuan hati kita.
Istri: Ubi selalu bilang, sedih hati jika melihat dan mendengar popo merendahkan diri seperti itu. Karena, andai popo tahu, sesungguhnya Ubi pun selalu bersyukur setiap waktu.
Saya: Oh ya ?
Istri: .................................
Saya: Benarkah? Benarkah Ubi selalu bersyukur setiap waktu? Sekalipun popo sudah nyelonong masuk dalam hidupmu sayang?
Istri: Iya Sayang. Ubi selalu bersyukur setiap waktu.
Istri: Bersyukur karena terus mampu bersabar terhadap popo......
Saya: Weleh.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar