Setiap kali bergabung dengan komunitas baru saya memiliki kebiasaan unik dalam berkenalan. Ini saya maksudkan untuk mengetahui kadar penerimaan mereka terhadap orang baru seperti saya. Biasanya saya akan memperkenalkan diri dengan nama Sutikno. Dan bagi rekan-rekan komunitas yang berada pada generasi Y, nama Sutikno identik dengan "kampungan banget".
Ketika saya mengatakan "nama saya Sutikno" disertai dengan logat jawa kental, maka akan timbul berbagai ekspresi wajah yang menghakimi dan muncul 3 tipe manusia. Tipe pertama, yang langsung mengalihkan pandangan dan memilih untuk bergaul dengan orang lain, "ndak level gitu loh". Tipe kedua, yang sekilas bersalaman kemudian dengan nada yang berubah menjadi datar dan wajah berubah menjadi seperti ngenyek, "ndak penting banget nih orang" sekedar mendengar karena enggan bergerak menemui orang lain.
Tapi ada pula tipe ketiga, yang langsung tertawa dan ngomong "ikh...namanya lucu banget", "trus saya mesti manggil apa nih mas?". Jika saya sudah ditanya seperti ini maka saya akan menjawab "tikno, njalok ngetik opo wae tak gawekno" (minta ketik apa saja saya buatkan). Sahabat seperti inilah yang saya butuhkan, sekalipun saya terlihat bodoh dan kampungan, tapi orang-orang seperti ini mau menerima persahabatan. Tidak menghakimi dan tidak merendahkan.
Disangkal atau tidak orang-orang dengan tipe pertama dan kedua masih terdapat dan bahkan mendominasi di berbagai komunitas yang saya atau bahkan di komunitas yang mungkin anda ikuti.
"Wah, ini kader potensial harus diutamakan",
"Wah, ini dari keluarga terpandang, harus diutamakan",
"Wah, dia mah digembleng berapa kalipun tetap saja ndak akan membuat image komunitas kita terangkat".
Wah..wah..dan berbagai wah itulah yang akhirnya mampu membunuh karakter seseorang. Orang disepelekan, dikucilkan, di non prioritaskan, padahal siapapun yang bergabung dalam komunitas harus mendapatkan prioritas yang sama. Bukankah siapapun yang kita temui memiliki kelebihan, bahkan dalam kekurangannya pun orang tersebut pastinya mampu menjadi guru kehidupan bagi kita.
Judge The Cover From It's Book. Jangan terlebih dulu menilai orang dari tampak luar, bukan pula melihat terlebih dulu potensi, melainkan kembangkanlah orang tersebut menjadi berprestasi. So stop menghakimi mari berkarya, karena semua orang pastinya berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar