Alkisah, menjelang petang seorang penjual ranting
kayu bergegas pulang. Saking tergesa-gesanya, sampai ia tidak hati-hati ketika
menyusuri jembatan bambu yang menghubungkan antara hutan dengan kampung tempat
ia tinggal. PLUNG !!! ternyata golok yang ia gunakan untuk menebang ranting,
jatuh tercebur ke sungai yang ada dibawah jembatan.
“Hik..hik..hik... “ penjual ranting kayu tersebut
menangis dan mengundang iba Sang Dewa penunggu sungai. Sang Dewa pun muncul
bertanya “Hai manusia, mengapa engkau menangis?”.
“Dewa, golokku satu-satunya, alatku untuk
mencari nafkah jatuh ke dasar sungai..” jawab penjual ranting kayu. “oh itu
mudah..." Sang Dewa turun ke dasar sungai dan kembali muncul ke permukaan.
“Apakah golok emas ini milikmu?” tanya Sang
Dewa
“Bukan Dewa” jawab sang penjual ranting
kayu
Sang Dewa pun kembali turun ke dasar sungai
dan muncul ke permukaan membawa sebilah golok.
“Apakah golok perak ini milikmu?” kembali Sang
Dewa bertanya
“Bukan Dewa... itu bukan milik saya. Golok
saya bukan terbuat dari emas ataupun perak. Golok saya hanya terbuat dari besi
tempa biasa dan sudah berkarat” jawab sang penjual ranting kayu.
Sang Dewa yang sebenarnya sudah menyimpan
golok karatan tersebut jadi terkagum-kagum.
“Hai manusia ini golokmu, lalu bawalah golok
emas dan golok perak ini sebagai hadiah atas kejujuranmu”. Dan penjual ranting
kayu pun pulang dengan bahagia.
Pagi hari, penjual ranting kayu tersebut
mengajak istrinya untuk berjualan ke pasar. Berada di depan, menyusuri jembatan
yang licin, terdengar suara keras JBURRR!!! Ternyata istri dari penjual ranting
kayu tersebut jatuh ke sungai.
“hik..hik..hik...” penjual ranting kayu kembali
meratap.
“Hai manusia kenapa engkau menangis?” kembali
tangisan tersebut mengundang rasa iba Sang Dewa.
“Dewa, istri yang amat ku cintai dan begitu
setia padaku jatuh ke dasar sungai” jawab penjual ranting kayu. “oh itu
mudah.....” jawab Sang Dewa. Kemudian Sang Dewa turun ke dasar sungai, dan
kembali muncul ke permukaan dengan membawa serta Luna Maya yang tengah
menyanyikan lagu “suara dengarkanlah aku apa kabarnya pujaan hatiku”.
“Inikah
istrimu?” Tanya Sang Dewa sambil menunjukkan Luna Maya.
Lama penjual ranting kayu berpikir, didampingi
Luna yang semakin asyik bergoyang dan bernyanyi.
“Iya Dewa, itulah istri saya” jawab penjual
ranting kayu, yang kontan membuat Sang Dewa kaget dan murka.
“Hey manusia, sungguh kemarin aku tengah
terkagum dan berbangga padamu. Tapi mengapa hari ini kau mengecewakanku, dengan
mengaku bahwa Luna Maya adalah istrimu. Sungguh aku akan mengutuk dan mengambil
semua kebahagiaanmu” Murka Sang Dewa
Ketakutan, penjual ranting kayu mencoba
menjelaskan “Tunggu dulu Dewa, ada alasannya saya mengaku bahwa Luna Maya
adalah istri saya”. “Nanti jika saya menolak Luna Maya, maka mungkin Dewa akan
muncul lagi membawa Cut Tari”. “Kemudian saya sadar untuk mendapatkan kembali
istri sebenarnya, saya harus menolak Cut Tari. Sebagaimana yang pernah saya
lakukan untuk mendapatkan golok saya kemarin”. “Lalu ketika saya menolak Cut
Tari, Dewa akan memberikan bukan hanya Istri saya, tapi juga Luna Maya dan Cut
Tari, jadinya saya akan memiliki Tiga orang istri” Penjual ranting kayu
menjelaskan.
“Dewa, saya sudah berjanji bahwa saya hanya
akan memiliki seorang istri seumur hidup. Itulah sebabnya saya langsung
mengiyakan ketika Dewa menunjukkan Luna Maya sebagai istri saya”
Sang Dewapun kembali terkagum akan bijaknya
hati si penjual ranting kayu. “Hai manusia lagi-lagi aku terkagum padamu, siapakah
namamu?” tanya sang Dewa.
“Nama saya Sutikno” jawab penjual kayu.
“Ini istri yang engkau cintai dan mulai
hari ini engkau bukan lagi Sutikno, karena ku hadiahkan nama baru padamu: Arief
Eko Prasetyo, yang artinya Manusia bijak dalam memenuhi janji pada yang satu” Sang
Dewa pun mengembalikan istri, pula menambahkan pesona Luna Maya dan semua
kelebihan Cut Tari dalam diri Istri penjual ranting kayu.
Setiap nama memilki arti, bahkan setiap
nama juga merupakan doa orang tua bagi anaknya. Namun ternyata bukan hanya arti
dan doa apa yang terkandung dalam sebuah nama, yang lebih menarik adalah
mengetahui dari mana nama itu berasal, alias asal asul nama tersebut.
Nah, bagaimana dengan asal usul nama anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar