Aduhai sahabat, tidakkah hidup itu selayaknya sebatang coklat.
Awal dari rasa manis itu adalah pahit buah yang mengalami proses hingga mampu
hadir dalam wujud yang memberi nikmat kebahagiaan. Coklat memberikan rasa
nyaman dan menenangkan ketika hati dilanda gulana akibat kesedihan maupun
gundah karena kekecewaan.
Untuk menjadi sebatang coklat yang membahagiakan. Tentunya kita
harus melalui segala kepahitan hidup. Terpisah dari kenyamanan pohon, dikuliti
untuk didapatkan butir biji buah, dipanaskan untuk mendapatkan saripati, hingga
kelak kita akan dikemas dalam wujud baru. Dimana kita akan mampu bermanfaat
bagi mereka yang membutuhkan.
Segala proses tersebut juga akan menyingkirkan radikal berbahaya
dalam tubuh dan jiwa, dan justru akan mengeksplorasi zat manfaat yang akan
membahagiakan lagi menentramkan.
Warnanya yang pekat mengingatkan darimana sebenarnya kita
berasal, tanah. Oleh karenanya pula, janganlah engkau berlaku angkuh seraya dirimu
menganggap paling mulia hanya karena semua hiasan yang melekat. Sedangkan
ternyata keangkuhanmu itu ternyata merupakan laku bodoh yang engkau paksakan
sekalipun menyadari bahwa semua itu hanyalah titipan Tuhan. Tidakkah engkau
mengerti sahabat, bahwa kesegalaan didunia ini hanyalah amanah yang seringkali
menipu daya akal dan nafsu kita ? Tidakkah kesederhanaan pikir dan
kebersahajaan laku merupakan kebahagiaan yang mampu melahirkan kenyamanan dan
memuliakan dirimu ?
Jadi, tidakkah hidup itu tak lebih
dari sebatang coklat ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar