Selasa, 16 Oktober 2012

Hidup Dalam Sebatang Coklat

Warna yang menenangkan. Rasanya yang nikmat membuat nyaman. Hmmm...coklat memang penganan ajib bukti karunia-Nya yang ajaib.

Aduhai sahabat, tidakkah hidup itu selayaknya sebatang coklat. Awal dari rasa manis itu adalah pahit buah yang mengalami proses hingga mampu hadir dalam wujud yang memberi nikmat kebahagiaan. Coklat memberikan rasa nyaman dan menenangkan ketika hati dilanda gulana akibat kesedihan maupun gundah karena kekecewaan.

Untuk menjadi sebatang coklat yang membahagiakan. Tentunya kita harus melalui segala kepahitan hidup. Terpisah dari kenyamanan pohon, dikuliti untuk didapatkan butir biji buah, dipanaskan untuk mendapatkan saripati, hingga kelak kita akan dikemas dalam wujud baru. Dimana kita akan mampu bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Segala proses tersebut juga akan menyingkirkan radikal berbahaya dalam tubuh dan jiwa, dan justru akan mengeksplorasi zat manfaat yang akan membahagiakan lagi menentramkan.

Warnanya yang pekat mengingatkan darimana sebenarnya kita berasal, tanah. Oleh karenanya pula, janganlah engkau berlaku angkuh seraya dirimu menganggap paling mulia hanya karena semua hiasan yang melekat. Sedangkan ternyata keangkuhanmu itu ternyata merupakan laku bodoh yang engkau paksakan sekalipun menyadari bahwa semua itu hanyalah titipan Tuhan. Tidakkah engkau mengerti sahabat, bahwa kesegalaan didunia ini hanyalah amanah yang seringkali menipu daya akal dan nafsu kita ? Tidakkah kesederhanaan pikir dan kebersahajaan laku merupakan kebahagiaan yang mampu melahirkan kenyamanan dan memuliakan dirimu ?

Jadi, tidakkah hidup itu tak lebih dari sebatang coklat ?

Tidak ada komentar: