Selasa, 16 Oktober 2012

Cahaya Sejati

Alkisah, seorang musafir yang tengah memasuki hutan belantara nan gelap gulita, mendapati sebatang lilin dalam sebuah bejana yang lusuh. Entah bagaimana caranya, Sang Musafir akhirnya mampu membuat lilin tersebut menyala, untuk kemudian digunakan sebagai lentera penerang jalannya, untuk menuju impian hidupnya: Dunia Cahaya.

Waktupun berlalu dan Sang Musafir pun akhirnya mampu melalui hutan tersebut, dan kemudian mendapati Dunia Cahaya yang dipenuhi dengan lentera-lentera yang memancarkan warna-warni cahaya nan indah memikat mata. Pada penghujung jalan hutan tersebut, Sang Musafir kemudian melihat Sang Lilin dalam bejana lusuh tersebut, dan kemudian berpikir, "lebih baik lilin ini kutinggalkan saja disini. Toh tubuh nya sudah tinggal sedikit dan tempatnya lusuh pula!". "Hanya akan merepotkan dan bisa malu aku bila dilihat orang lain membawa-bawa lentera lusuh dan murahan ini", lanjutnya berpikir. "Lagi pula nanti di Dunia Cahaya aku bisa mendapatkan lentera yang jauh lebih baik dan lebih indah, terlebih dengan kelebihan yang 'ku miliki' ".

Begitulah, akhirnya Sang Lilin dibuang di penghujung jalan hutan, dan tidak dibawa serta oleh Sang Musafir dalam perjalanannya memasuki Dunia Cahaya. Meskipun demikian Sang Lilin tiada larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Pikirnya, "tak mengapa dia meninggalkanku disini. Meskipun nyalaku tinggal sedikit lagi dan hampir redup, aku tetap berbahagia mampu memberi manfaat 'tuk mengantar dia yang telah memberiku arti walau sejenak,untuk menuju impiannya".

======================================
Kesejatian Cahaya bukanlah dinilai dari keabadian "nyala" fisik yang dihasilkan suatu "lentera". Kesejatian Cahaya lebih merupakan sedalam, sebesar, dan sejauh mana manfaat dari "nyala" cahaya suatu"lentera", yang mampu tersimpan dalam senyuman kenangan sebagai sebuah pentasbihan kepuasan atas keberadaannya.

Manusia dikatakan "hidup" jika dia mampu memberi manfaat kepada lingkungan disekitarnya, atau jika tidak, maka dia hanya sekedar "ada". Kehadirannya di muka dunia akan lebih rendah bahkan lebih tidak bernilai dari sikat kakus di kamar mandi.

Sebuah perumpamaan bijak berkata:
"Ketika engkau lahir, engkau menangis, dan dunia tertawa. Berbuat baiklah dan lakukan yang terbaik 'tuk jadi manfaat yang baik dalam hidup. Niscaya, jika kau engkau wafat kelak, engkau akan tertawa bahagia, dan dunia pun akan menangisi kepergianmu"

Selamat menjadi Cahaya Sejati;
Selamat menjadi Insan yang penuh arti.

Tidak ada komentar: