Suatu waktu, ba'da isya saya dapati pasangan sepuh tersebut
sedang istirahat mengumpulkan tenaga untuk pulang. Saya beranikan diri tuk
memberi salam dan menghampiri mereka. Saya tanyakan mengapa sudah sesepuh ini
mereka masih harus bersusah payah membanting tulang mencari penghidupan?
tiadakah putra-putri atau sanak famili yang dapat meringankan beban hidup
mereka di usia yang terbilang uzur ini?
Sang Ibu yang masih memiliki kekuatan 'tuk bicara menjawab
dengan sangat bijak. Beliau menuturkan bahwasanya mereka menjalani semua ini
sebagai cara untuk menikmati kemesraan diantara mereka berdua, juga dengan
Rabb-Nya, terlebih di penghujung sisa waktu yang masih mereka miliki.
Sang Bapak yang sepertinya tidak ingin ketinggalan memberikan
wasiat pada saya melanjutkan dengan sebuah perkataan bersahaja, sehingga membuat
takjub dibuatnya, "Selama kami masih memiliki sepiring nasi untuk
berdua, segelas air untuk berdua, dan pakaian yang melindungi tubuh kami,
insyaAllah kami tidak pernah mengeluh, dan buat apa pula bersedih
karenanya".
============
Seyogyanya manusia harus selalu bersyukur dan merasa cukup dengan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar hidupnya, tanpa harus meminta-minta dari
orang lain. Selayaknya lirik nasyid Suara Persaudaraan, yang memberikan
pelajaran bagaimana hendaknya kita bersikap terhadap dunia:
"letakkanlah ditangan, agar siap ditinggalkan, tiada
menjadi beban dalam kehidupan"
"Dan, barangsiapa merasa cukup dengan apa yang Allah
berikan maka Allah akan mencukupkannya"
[Al Hadist]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar