Jumat, 10 Mei 2013

Yang Harus Dilakukan

Saya pernah bergabung dan mendedikasikan diri untuk belajar dan berbagi di salah satu institusi pelatihan yang katanya benar satu yang terbaik di Indonesia. Diawal bergabung dengan institusi tersebut saya begitu antusias dengan idealisme saya untuk berbagi, dalam benak saya pokoknya institusi tersebut berikut para trainernya merupakan sesuatu yang mengagumkan.

Seiring dengan waktu saya pun menikmati peran dan dedikasi saya melalui institusi tersebut. Hingga suatu hari saya melakukan sebuah hal yang sejatinya sangat bertentangan dengan nurani saya, yang hingga kini masih menjadi penyesalan terbesar saya kenapa saya melakukan hal tersebut.

Pasalnya waktu itu, setelah mengisi sebuah event pelatihan di Bali, bagi sebuah institusi kedinasan, saya ditelepon dan disodorkan tumpukan lembar pertanggungjawaban yang berisi draft nama trainer dan besaran fee yang diterima. Betapa kaget saya saat itu, ketika mendapati nama saya sebagai salah satu trainer dengan bayaran yang sangat fantastis: 54 juta untuk 3 hari. Hampir 3x lipat melebihi trainer terbaik institusi tersebut.

"Mas ini ndak bener nih, serius nih kita harus menandatangani mark up kayak gini? " kira-kira begitu tanya saya pada pria yang menyodorkan lembaran tersebut. "Tolong yah mas, kalo mas aep gak tandatangan nanti kita gak dibayar. Perusahaan juga gak dibayar sebesar yang ditulis kok mas" jawab pria tersebut seingat saya.

"Tapi direktur sudah tahu?" tanya saya. "belum tahu mas, tapi kata Ibu xyz (Manajer Keuangan) agar ditandatangani saja, ribet banget memang kalo urusan sama dinas kayak gini" jawab pria tersebut. "terus Pak  abc juga biasanya gak mau tandatangan, tapi nanti gampang, kalo dia tetep gak mau nanti tinggal dipalsuin aja" lanjut pria tersebut. Dan saya pun akhirnya membubuhkan paraf saya..

Kejadian tersebut sudah terjadi lebih dari setahun lalu, tapi kegelisahan tersebut terus mendera hingga saat ini. Dan sembari terus beriktiar mengharapkan pengampunan, saya pun memutuskan untuk meninggalkan institusi tersebut, khawatir akan mengulangi kesalahan yang sama.

Saya tahu yang harus saya lakukan dalam rangka memantaskan diri untuk mendapatkan cintaNya. Meskipun akhirnya saya dianggap sombong karena telah menjadi lebih sibuk dan menjadi hebat, hingga tidak disukai oleh beberapa oknum tersebut, tapi setidaknya kini saya lebih nyaman menjalani hobi saya mengukir guyu.

----------------------------------
aeplopyu pul

Tidak ada komentar: