Selasa, 13 November 2012

Cintai, Kuasai, Menghasilkan

Setiap kali Bhisma Dewabrata memanggil Bima dan Arjuna untuk berlatih memanah, ia tidak akan pernah memberikan porsi latihan yang sama. Hingga pada suatu hari ketika kedua cucunya tersebut mulai beranjak remaja, Bima protes kepada kakek tercintanya.

"Kakek aku merasa memanah bukanlah hal yang aku cintai, makanya secara diam-diam sebenarnya aku berlatih memukul menggunakan kuku ibu jariku, dan lihatlah hasilnya aku semakin kuat, lalu kemarin seekor gajah jahat sekejap saja mampu aku lumat". Bhisma tersenyum dan berkata "Baiklah Bima jika memang demikian, mulai hari ini berlatihlah menggunakan kuku ibu jarimu, hingga kelak engkau akan mahir dengannya. Mulailah dengan menghantam kawanan jahat gajah, jika berhasil tingkatkan kemampuanmu dengan melumat kawanan raksasa. Jika telah berhasil kelak kau pasti mampu meluluh lantakkan deretan pegunungan disana".

Bima pun terus berlatih hingga seringkali bukan hanya kuku bahkan tangannya patah. Hari demi hari hingga berujung puluhan tahun berlatih, Bima pun beranjak dewasa, hasilnya akhirnya Bima menjadi yang terkuat di negeri Astina Pura berkat keampuhan kukunya.

Tak mau kalah dengan protes Bima, Arjuna pun berkeluh kesah pada kakeknya "Kakek Bhisma mampukah aku menjadi kuat seperti Bima? Tapi aku sungguh tidak menyukai cara kekerasan sebagaimana yang ditempuh Bima". Sekali lagi dengan penuh cinta Sang Bhisma tersenyum dan berkata "Engkau pasti bisa, tapi engkaupun tak bisa berpaling dari mengeluarkan darah. Mulailah dengan memanah sejauh kawanan gajah yang ada disana. Jika sudah cobalah memanah setinggi raksasa yang ada di negara sebelah. Pun ketika engkau telah berhasil cobalah untuk meluluh lantakkan deretan pegunungan dengan sekali panah". 

Arjuna terus berlatih, meski terus mengorbankan jari yang terus terluka akibat tercabik tali busur panah. Arjuna akhirnya tumbuh menjadi pemanah terbaik di Astina Pura. Pria rupawan nan santun meskipun jari tangannya kasar akibat berlatih memanah dalam waktu puluhan tahun.

Bima dan Arjuna sama-sama menjadi manusia yang terkemuka di negerinya dikarenakan keahlian utama mereka. Mereka mampu menjadi yang terbaik karena mengetahui hal yang mereka cintai sehingga mereka kuasai. Mereka mampu meraih prestasi terdahsyat tersebut karena rutin berlatih tiap hari dalam porsi dan level yang terus meningkat.  Bahkan dalam meningkatkan keahlian mereka harus merasa sakit dan menghadapi kondisi yang sulit.

Konsisten tidak akan menjadi konsist that will bring you perfect ten jika yang sekedar kita lakukan adalah rutinitas pengulangan. Untuk menjadi seorang yang expert (pakar), kita harus ingat ada faktor kecintaan disana. Orang yang mencinta tidak akan pernah memberikan hal yang sama kepada yang ia cinta, harus selalu memberikan yang terbaik. Ada juga faktor meningkatnya penguasaan keahlian, kesempurnaan tidak akan hadir karena pengulangan pekerjaan melainkan karena adanya perbaikan dalam setiap kesempatan. 

Yang terakhir adanya faktor kesulitan atau ujian. Pelaut yang handal tidak akan lahir dari lautan yang tenang. Begitupun keahlian anda tidak akan sempurna tanpa adanya ujian. Jadi mari terus memperbaiki diri. Cintai, kuasai, dan menghasilkan. Mari menyempurnakan diri dengan menjadi manusia terbaik dalam berbagi kebermanfaatan.

- aeplopyu { I Love U] -

3 komentar:

kabar mengatakan...

jos semikn licin tulisanmu ep...

kabar mengatakan...

jos semikn licin tulisanmu ep...

Unknown mengatakan...

wah mas inul yang masih pake foto jadul........

semoga hidupnya berlimpah dengan PrestasiSempurna ya...

betul...betul..betul...