Senin, 11 Maret 2013

Sampaikan Dengan Cinta

Dalam perjalanan menuju medan beberapa waktu lalu, saya mendapati seorang laki-laki memaki kasar petugas check in bandara hanya karena permasalahan sepele, karena laki-laki tersebut tidak mau membayar tambahan biaya untuk kelebihan bagasi yang ia bawa. Ternyata masalah menjadi semakin kusut karena akhirnya ia menjadikan hal yang tidak relevan dengan permasalahan yang sedang ia hadapi sebagai bahan bakar amarahnya.

Selang seminggu kemudian seorang sahabat saya yang hendak menuju Makasar, yang membeli tiket secara terpisah dari Pekanbaru - Jakarta kemudian melanjutkan Jakarta - Makasar, juga akhirnya melakukan hal serupa. Pasalnya penerbangannya di Delay selama 50 menit, sehingga menyebabkan ia tertinggal penerbangan selanjutnya ke Makasar. Sahabat saya ini dikenal sangat humoris, tapi kali itu dia tidak terima karena diperlakukan tidak adil oleh pihak maskapai "Raja Singa", sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan dan membeli tiket baru, padahal menurutnya ini adalah murni kesalahan maskapai "Raja Singa" tersebut. 

Setelah kembali mengalami penundaan selama 4 jam, akhirnya jam 11 malam dia tiba di penginapan. Dengan bangganya dia bercerita bahwa hari ini dia bisa marah dan memaki orang bahkan dalam bahasa Inggris. "Ternyata marah itu enak ya, saya harus sering-sering marah kalo gitu" tuturnya bercerita. 

Tiga hari di Makasar sayapun bertolak ke Kaliurang, Jogjakarta. Disana saya mendapat fasilitas menginap yang memang dari luar terlihat sangat mewah, tapi sayang kebersihan fasilitas MCK ruang pelatihan sangat mengenaskan, tidak terlihat layaknya penginapan eksklusif lebih terlihat seperti MCK terminal bis. Melihat hal tersebut saya pun menghampiri langsung sang recepsionis "Mba boleh saya sumbang saran? tapi ini saran lho bukan menggurui" saya memulakan berbicara. "Oh iya pak boleh...boleh" jawab sang recepsionis.

"Akan lebih baik dan membahagiakan tamu lho, jika toiletnya dibersihkan apalagi diberi pengharum ruangan. Jadi biar ndak terkesan kaya terminal bis. Kan sayang kalo kamar tidur bagus tapi ruang publiknya kumuh seperti itu" asertif saya menyampaikan. "Oh iya pak segera saya bersihkan" jawab recepsionis tersebut. "wah kalo begitu terima kasih lho ya. Dengan mba siapa ini saya berbicara?" tanya saya menghargainya. "Dengan Weni, pak" jawabnya. "Baik mba weni suwun banget lho ya" saya mengucapkan terima kasih.

Sahabat Guyu, jauh akan sangat lebih baik ketika mendapatkan sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita, sampaikan keluhan, kritik, maupun saran dengan cara asertif. Entah saat di bandara, saat di restoran, penginapan, maupun di tempat-tempat lain.

Penyampaian asertif itu menyampaikan dengan cinta, ketika kita menyampaikannya ada unsur menghargai orang lain sebagaimana kita ingin dihargai. Apakah dengan marah atau memaki akan menyelesaikan masalah anda? Apakah orang yang anda marahi atau maki merupakan orang yang tepat untuk menerima makian marah anda? jawabannya tentu TIDAK.

Orang pertama yang memaki kasar di bandara sebenarnya hanya mempermalukan dirinya sendiri, karena ia  terbukti tidak cerdas emosi dan menjadikan dirinya layaknya topeng monyet yang ditonton banyak orang. Sahabat saya juga akhirnya mendapatkan pencairan atas makian bahasa inggrisnya, karena sekalipun ia telah membeli tiket baru tetap saja akhirnya penerbangannya mengalami delay selama dua jam. Ketika sampai di Bandara Hasanudin Maksar pun, jemputannya mengalami penundaan selama 2 jam, total ia mengalami penundaan 4 jam pasca dia marah. Ingat amarah dan makian anda bisa menjadi tabungan energi negatif karena telah membuat orang lain teraniaya, dan percayalah energi negatif anda pasti akan cair.

Sedangkan saya yang setiap kali menyampaikan keluhan atau bahkan meminta bantuan dengan cara asertif, menyampaikan dengan cinta, mendapatkan pencairan energi positif. All hotel compliment saya gunakan digratiskan. Bahkan salah satu pengelolanya justru berterimakasih dan menobatkan saya sebagai salah satu pelanggan dengan keramahan terbaik. Sang pengelola tersebut meminta kartu nama dan menjanjikan akhir tahun nanti akan ada paket penghargaan yang akan langsung dikirim kerumah saya.

-Yuk sampaikan dengan cinta dan bersilaturahim Guyu @cakaep-

Kamis, 07 Maret 2013

Iman Oh Iman

Bersamaan dengan kehadiran istri dan anak yang diamanahkan, niscaya sudah diatur besaran aliran rezeki baginya untuk kita gapai. Begitupun hal yang saya rasakan menjelang kelahiran buah hati tercinta. Pasalnya alhamdulillah saya mendapat amanah untuk berbagi inspirasi bagi para ujung tombak penjualan salah satu vendor alat komunikasi internasional. Dan Innalillah sudah seminggu ini saya berada diluar kota, jauh meninggalkan istri yang tengah hamil tua yang gelisah menanti kepulangan saya, agar ada saat sang buah hati terlahir ke dunia.

Eladhala.. akhirnya saya bisa merasakan penderitaan para supir truk AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) yang berjuang mencari nafkah dengan pengorbanan jauh dari anak dan istri #TepokJidat. Begitupun tantangan yang harus saya hadapi ketika berbagi inspirasi bagi peserta yang mayoritas perempuan. Etika Profesi sebagai seorang trainer, juga etika amanah sebagai suami dan ayah harus saya jaga kuat erat.

Sebagaimana beberapa hari lalu ketika saya mengisi di salah satu kota yang berada di Sulawesi. Pasalnya kondisi ruangan begitu panas sehingga membuat saya bermandikan keringat. Ketika break istirahat saya berusaha untuk mencari tisu untuk menghapus keringat yang mengucur deras. Saya pun bergegas menuju meja yang dipenuhi oleh peserta yang asyik menyantap hidangan coffe break. Saking penuhnya saya tidak mendapatkan tisu yang saya maksud, "Haduh tisunya habis lagi...huft..mana keringat mengucur" keluh saya. 

Tiba-tiba seorang peserta menghadap dan berkata spontan kepada saya "panas ya pak? ini dilap pakai ini saja" seraya mengarahkan bagian atas pakaiannya yang ia biarkan terbuka ke arah saya. "Hah..??" saya jadi kikuk dan sedikit berang hingga akhirnya saya pergi berwudhu dan segera mengganti picture profile BB dan Twitter saya dengan foto yang menunjukkan kemesraan saya bersama istri dan si buah hati. Ini saya lakukan agar saya tetap menjaga kehormatan yang diamanahkan Tuhan melalui istri dan si buah hati. Kala ujian serupa datang maka saya akan langsung mengingat istri dan si buah hati di rumah.

Mengutip anekdot yang sering dilontarkan guru saya: Iman tetaplah engkau menjadi Iman. Janganlah engkau menjadi a*iel dan meruntuhkan kehormatanku sebagai suami dari wanita yang rela merendahkan hatinya untukku. Teguhlah engkau menjagaku menjadi Ayah yang patut diteladani para keturunanku.

Rezeki bagi istri dan anak tentu sudah ditetapkan dan harus kita hantarkan ke mereka melalui maisyah yang halal dan baik. Benar satu agar rezeki tersebut berasal dari maisyah yang baik adalah dengan tetap menjaga Etika profesi dan Etika Amanah sebagai suami juga seorang ayah. Minimal dengan demikian semoga iman akan tetap menjadi iman.


-Mari Berbincang & Bersama-sama Guyu @cakaep-